#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Ketika Waktu Berkuasa: Kisah Self-Healing dan Perpisahan Dibantu Seseorang dari Seattle

Bagikan

Jakarta, 8 Juni 2025 mengingatkanku akan kuasa waktu atas segala hal, termasuk kisah self-healing dan perpisahan yang terbantu oleh seseorang dari Seattle.

Perpisahan selalu meninggalkan pedih, walau sehebat apapun ketidaknyamanan dalam hubungan. Ketika bersama, ada rasa yang terpaut, dan seiring waktu, pengujian itu hadir. Sebentar atau lama bukanlah soal – tetap saja, rasa sedih menghampiri saat keputusan untuk tidak bersama lagi harus diambil.

Waktu itu, setelah tujuh tahun bersama, akhirnya kami memutuskan berpisah. Rasanya lebih menyakitkan karena perpisahan ini bukan terjadi akibat hilangnya rasa sayang, melainkan karena keadaan yang mengatur. Bisa dikatakan waktu berkuasa, dengan segala caranya ia membuatku berbicara padanya—saatnya berpisah.

Sebenarnya, dua tahun sebelumnya, keinginan itu sudah hadir karena tidak ada titik temu yang baik. Namun, keterpautan rasa lebih kuat dibanding keadaan yang seharusnya sudah cukup menjadi alasan untuk berpisah.

Waktu selalu punya cara mengatur porosnya. Jika sesuatu bukan hak kita, apa pun akan diatur untuk menjauh.

Kesadaran itu baru benar-benar hadir bertahun-tahun kemudian, waktu sungguh berkuasa atas segala hal, termasuk perpisahan saat itu. Yang membuatnya unik adalah kehadiran seseorang dari Seattle yang memberi keberanian untuk meninggalkan hubungan itu dan menjadikannya sebuah kisah self-healing yang tak terlupakan.

Tentang perpisahan itu pernah aku tulis disini Langkah Besarku Ketiga – 2016

Bagaimana proses self-healing itu menjadi perjalanan yang ajaib? Semoga kamu terus membaca dan menemukan sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran—menjadikanmu lebih berkehidupan.

Seseorang dari Seattle – Kisah Self-Healing

Aku pertama kali mengenal kota Seattle dari Buku the Innovators – Memikirkan kepentingan banyak orang – Review 4 Tokoh yang mengulas pemikiran besar dan tokoh-tokoh berpengaruh dalam dunia teknologi. Saat membaca, aku tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari seseorang dari kota ini akan menemani proses perpisahanku, mengubahnya menjadi kisah self-healing yang penuh makna.

Kisah Self-Healing

Tujuh tahun dalam kebersamaan, dan sejak tahun kelima, keinginan untuk berpisah sebenarnya sudah muncul. Namun, kasih yang tak pernah pudar membuatku ragu. Di sinilah waktu berperan, seakan berkata, cukup. Ia mengatur segalanya, membawaku pada kenyataan bahwa perpisahan adalah sesuatu yang tak lagi bisa dielakkan.

Mengatur hati yang masih dipenuhi kasih adalah tantangan tersendiri. Berpisah dengan seseorang yang begitu berjasa dalam hidupku bukanlah hal mudah. Meskipun ia tetap menjalani kehidupannya di tempat lain, kami telah berkomitmen untuk tidak mencari satu sama lain setelah perpisahan terjadi. Membuat kalimat cukup itu terasa getir. Pedih membayangkan kehilangan yang tak lagi bisa dihindari.

Dan di tengah semua itu, datanglah sebuah pesan:

“Bolehkah saya mengenalmu lebih dekat?”

Pesan langsung di Instagramku dari seseorang yang, pada saat itu, masih asing. Tanganku refleks mencari tahu siapa pengirimnya. Setelah melihat lebih dalam, entah mengapa, ada rasa percaya yang muncul begitu saja. Aku menjawab:

“Boleh.”

Sebut saja Adrian—sosok hangat yang sering membuatku tertawa dengan celotehnya. Saat aku berada dalam masa penuh keraguan, ia hadir membawa harapan bahwa aku akan baik-baik saja. Hari demi hari, ia menemani melalui percakapan di chat dan telepon, memberi kekuatan dalam proses perpisahan ini.

Adrian tidak hanya menawarkan kata-kata dukungan. Dengan pesonanya, ia berusaha meyakinkanku bahwa meninggalkan masa lalu adalah keputusan yang tepat. Bahkan, ia merencanakan kepulangannya ke Indonesia, ingin bertemu langsung dan mengajakku ke Seattle. Ia menawarkan segalanya, kemudahan hidup, tempat tinggal, serta masa depan yang lebih terjamin.

Namun, aku menolak dengan halus. Bagiku, hubungan tidak bisa dibangun tanpa pertemuan nyata, dan aku belum siap untuk sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.

Meski begitu, Adrian tetap menemani. Ia tidak peduli jika aku sering mengabaikannya. Bahkan, saat aku mulai berkemas untuk pindah dari tempat tinggalku, ia menawarkan bantuan dengan mengirim timnya dari Jakarta. Baginya, membantu adalah hal yang mudah, karena ia memiliki bisnis dan koneksi di kota ini. Tapi sekali lagi, aku menolak secara halus.

Pada akhirnya, kisah self-healing ini mengambil arah yang tak terduga. Setelah perpisahan selama tujuh tahun akhirnya selesai, hubungan dengan Adrian pun mencapai akhirnya.

Waktu berkuasa. Dan ia, dengan segala misterinya, terus membentuk perjalanan hidupku

Kisah Self-Healing

Kuasanya Waktu dan Drama Perpisahan

Kisah cinta dengan perpisahan yang unik menjadi tak terlupakan ketika proses self-healing menjadi bukti nyata bagaimana waktu berkuasa.

Tepat di tahun ketujuh dalam kebersamaan, dengan dua tahun penuh keraguan, seseorang yang awalnya asing hadir dari kejauhan, membantu meyakinkanku untuk melepaskan. Namun, drama perpisahan itu bukan terjadi dengan dia yang menemani tujuh tahun, melainkan dengan seseorang dari Seattle.

Kisah lama ditutup dengan manis, tempat tinggal baru terasa nyaman, dan seolah waktu memiliki skenarionya sendiri, Adrian, sosok yang semula begitu meyakinkan, tiba-tiba bersikap berbeda

“Aku capek mengejarmu, meyakinkanmu untuk mau bersamaku, tetapi kamu belum juga memberi kepastian,”

katanya suatu ketika, saat aku memintanya bersabar mengenai status hubungan kami. Aku hanya ingin dia pulang dulu ke Indonesia, sebuah bukti bahwa kehadirannya nyata.

Namun, kehadiran seseorang yang hanya dikenal lewat layar selalu menyisakan tanda tanya. Apakah dia benar-benar ada sebagaimana yang aku yakini? Apakah semua kata-katanya bukan sekadar ilusi yang dibangun dari jarak dan keakraban digital?

Untuk menjawab keraguan itu, bersama seorang sahabat, aku meminta alamat tempat tinggalnya di Seattle dengan dalih menitip barang pesanan sahabatku. Ini bukan sekadar soal efisiensi biaya pengiriman, tapi juga cara halus untuk membuktikan keberadaannya di dunia nyata.

Alamat diberikan, proses berjalan tanpa kendala, hingga akhirnya barang itu sampai ke Indonesia, namun kami tak pernah bertemu.

Tahun berlalu. Dalam refleksi perjalanan ini, aku melihat bagaimana perpisahan dan proses self-healing ternyata adalah cara waktu mengatur segalanya. Kehadiran seseorang di saat yang tepat bukan untuk menggantikannya, melainkan untuk membantu melepaskan.

Waktu, dengan segala kuasanya, seakan berkata: cukup.

Waktu, Self-Healing, dan Perpisahan yang Mengajarkan

Pada akhirnya, perjalanan ini bukan sekadar tentang kehilangan, tetapi tentang bagaimana waktu mengatur segalanya membantu melepaskan, menghadirkan keberanian, dan mengajarkan bahwa setiap perpisahan memiliki caranya sendiri untuk menyembuhkan.

Kisah Self-Healing

Melalui kisah self-healing dan kehadiran seseorang dari Seattle, aku belajar bahwa sehebat apa pun kita mempertahankan, selalu ada jalan untuk melepaskan. Dan dari sana, aku semakin memahami, hidup bukan sekadar tentang diri sendiri, tetapi tentang bagaimana benar-benar berkehidupan

Pernahkah waktu mengatur perpisahan dalam hidupmu? Jika iya, bagikan kisahmu di kolom komentar ya.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

19 Responses

  1. Puk puk puk…
    Berpisah kadang jadi sesuatu yang menakutkan. Tapi ketika perpisahan terjadi dan kita kasih waktu buat sembuhin. it works.

    Kata ibuk dulu sebelum pergi tuh, “nggak ada yang abadi. Tapi jangan terlalu mengikat diri terlalu kencang. Secukupnya saja.” Pelan-pelan saja.

    Semoga di perpisahan, di pertemuan dan di kesempatan lain, kita bisa merasa cukup. Dirimu sudah cukup baik dan keputusan yang diambil juga sudah cukup baik. ☺️❤️

  2. Baca tulisan ini jadi sebuah kalimat sederhana, “Cinta tidak bisa dipaksakan”, hehehe.
    Aku pernah merasakan jadi Adrian, mbak. Berjuang sepenuh hati, melakukan semuanya agar bisa mendapatkan sebuah kepastian dan validasi. Namun ya apa daya, cinta itu bukan sesuatu yang bisa kita atur begitu saja. Jika dinding pengahalang itu tetap tak tertembus, ya kita mesti legowo.

    Jodoh itu pasti. Bersama siapanya, itulah yang senantiasa jadi misteri.

  3. Hmm… pernah berada di posisi mbak dan juga Adrian
    Ketika saya percaya Tuhan sudah memberikan jalan untuk bersama
    Namun, ternyata semua keburukan ditampakkan di depan mata
    Anehnya waktu itu tetap saja aku terus berjuang karena menganggap manusia bisa berubah
    Dan memang segala sesuatu yang dipaksakan tak ada baiknya

  4. memang ada saatnya kita digiring untuk bisa membaca pertanda kalau memang kita tidak berjodoh dengan si A, si B atau si C.
    pastinya banyak yang relatable dengan kisah hidup di artikel ini ya

  5. “Jika sesuatu bukan hak kita, apa pun akan diatur untuk menjauh” jleb banget ☹️ sederhana tapi dalam. Dan endingnya, meski Adrian hadir selama masa healing, ternyata bukan tentang mengganti, tapi membantu melepaskan. Sangat powerful Mba tulisannya ♥️♥️

  6. Namun akhirnya semua kini sudah diikhlaskan kan mba?? Sudah bisa mulai move on dan berjalan maju dengan segala keyakinan..semoga semua akan berbuah manis pada waktunya..
    Tapi memang sie bagaimana kita bisa yakin kalo bertemu saja belum pernah, kalo memang bener2 menginginkan seharuskan dia juga berjuang untuk bisa hadir secara langsung bukan hanya lewat layar ho dan mencukupi semua kebutuhan karena menurutku dengan bertemu langsung kita jadi bisa lebih mngenal lebih dalam sie…

  7. Cukup lama juga dan entah gimana perasaannya selama 2 tahun itu mbak. Pasti gak mudah untuk akhirnya bisa merasa “cukup”. Tapi waktu dan perasaan memang akan menuntun ke arah takdir yang terbaik untuk kita. Mereka membantu self healing dalam diri.

  8. Bukan sesuatu yang mudah untuk memutuskan berpisah, selalu ada pertimbangan. Waktu 2 tahun itu rasanya udah cukup untuk menentukan proses perpisahan. Nggak ada yang benar-benar siap untuk berpisah, tapi kehadiran seseorang dari Seattle cukup membantu untuk kita mengambil keputusan. Kehidupan emang selalu mengajarkan banyak hal ya mbak dan pastinya selalu penuh kejutan.

  9. Jadi ingat film Sleepless in Seattle. Apakah Seattle memang benar sebagai love city atau sebaliknya?
    Jika sudah ditakdirkan untuk berpisah ya sudah, walau nyesek bangettt dan butuh waktu untuk menyesuaikan diri ke status baru. Tapi sebuah hubungan memang selalu memberi pelajaran hidup (walau pahit).

  10. Pernah mbak, walaupn menyakitkan tetapi harus dilepaskan karena rasanya tidak mungkin untuk dilanjutkan dan dia pun akhirnya menghilang begitu saja, ya sudahlah saya pun tak menaruh harapan besar padanya
    Selalu akan ada hikmah daris etiap peristiwa walaupun memerlukan waktu yang lama untuk menyadarinya

  11. Kalau saya percaya. pertemuan atau perpisahan sudah diaturoleh sang pencipta. Bila yang kuasa sudah berkehendak, maka semua bisa apa saja terjadi. Perpisahan mbak Nik mungkin sudah ditentukan. waktu 7 tahun tidak cukip untuk membuat dua hati menyatu. Tapi pastinya, ada yng pergi maka akan ada yang datang. Mbak Nik akan merasakan, semua indah pada waktunya.

  12. JD dr yg aku baca, kalian tetep ga pernah ketemu dari awal sampai akhir?

    Mbaaa, kalo aku jadi kamu, aku bakal ngelakuin hal yg sama. Ga akan mau melanjutkan hubungan. Dia harus datang dulu, membuktikan eksistensi nya, wajah sama seperti vidcall, dan benar2 tidak ada yg dimanipulasi. Toh kalo dia serius, dia juga hrs ketemu dengan ortu dulu. Yakali kita sebagai cewe yg kesana kan… Aku ga akan mau sih.

    Lagi2 ini mindset ku yg memang cendrung curiga terhadap banyak hal. Udah terlatih sejak di HSBC 🤣.

    Kalo yg kita minta dia ga bisa kasih, mau sebaik apapun, semanis apapun tuh janji, maaf, aku ga bakal mau melanjutkan juga. Mending jadi sahabat online selamanya 😁

  13. Koq saya mrwmber mili yaaa mbaa membacanya…sedih saya. Memang gak mudah berpisah dengan orang yg kita cinta. Gak kebayang move on nya gimana. Semoga bahagia dengan seseorang yang Tuhan hadirkan saat ini…membersamai dalam suka dan duka.

  14. Peluk virtual mba, atas perpisahan dan kehilangan salah satu orang terbaik di masanya. Tak mudah pasti melepaskan yang tercinta. Namun iya, ada benarnya. Jika memang bukan milik kita, sekuat apapun menggenggam akan terlepas juga. Perlu sembuh serta rasa ikhlas agar bisa melanjutkan hari.

    Sosok dari Seattle ini beneran bikin penasaran sih. Sahabat dunia Maya yang begitu baik hati membersamai dalam proses self healing dari cinta 7 tahun, bukan waktu yang sebentar.

    Salam hormat karena begitu ikhlas dan damai menerima setiap ketepanNya. Beneran mba punya hati yang luas dan lapang bahkan terkait percintaan sekalipun.

  15. Perpisahan tu bikin sedih banget, terutama buat yang ditinggalkan, biasanya butuh waktu lama buat ngilangin perasaan sendunya.
    Tapi kalau dipikir2 kembali di masa sekarang pasti udah menemukan hikmahnya jadi bikin beban2 itu ilang dan rasa ikhlas akhirnya datang, malah bisa mentertawakan perpisahan yang telah lalu.
    Aku pribadi percaya kalau pertemuan dan perpisahan udah diatur sama Allah jadi gak perlu terlalu gimana2. Sedih, wajar, tapi terlalu sedih ya jangan.

  16. Nyesek bacanya Mbak Nik, memang tak mudah melepaskan seseorang apalagi terlalu lama bersama ya padahal tanda-tandanya sudah terlihat dua tahun sebelumnya..

  17. Daku lagi nonton ulang kisah dengan pepatah yang amat tersohor: “sejak dahulu begitulah cinta, ceritanya tak akan pernah berakhir” Hehe pasti Kak Nik tahu deh itu kata² siapa.
    Iya juga sih, kalau hanya bertemu dalam dumay kan gak engeh siapa orangnya. Kecuali berani berhadapan langsung, nah gentle banget dah tuh. Semangat selalu Kak Nik, biarkan waktu yang akan menyembuhkan itu

  18. Untuk sebuah perpisahan, aku gakkan berkata banyak selain kedukaan dan kesedihan.
    Pasti ada rasa berat, apalagi dari yang tadinya ada, kini tiada.

    Namun, kalaupun ini yang kan menjadi takdir terbaik, semoga proses ini akan memberikan kedewasaan dengan maknanya.

    Semoga kesabaran ini menemukan muaranyaa..
    Kelak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink

Daftar dan dapatkan update terbaru

Subscription Form