Langkahku My Universe

Langkah Besarku Ketiga

Ke tujuh akhirnya aku harus rela melepasmu…

Juli, tujuh tahun yang lalu, seseorang hadir dalam kehidupanku. Sulit baginya untuk masuk dalam kehidupanku, karena waktu itu karakterku sungguh keras.

Masa itu aku termasuk wanita yang tidak percaya dengan setiap kata lelaki. Usiaku waktu itu masih belum memikirkan serius apa itu pasangan. Aku merasa mampu hidup sendiri. Bahkan berpikir hidup sendiri lebih baik karena pasangan itu merepotkan.

Namun semua pemikiran itu patah oleh kegigihan dan kesabaran dia. Lelaki itu sangat sabar menerima segala kekuranganku. Karakterku yang keras, lebih sering mau menang sendiri alias EGOIS.

Waktu demi waktu egoku menurun, dan hal yang negative dalam diriku berkurang semua berkat didikannya. Ada masa di mana aku menerima ujian dalam hidupku.

Saat aku diberi penyakit, paru-paruku dipenuhi air yang mengharuskan aku di operasi local dan minum obat dalam setahun tanpa boleh putus dalam sehari pun.

Dia adalah alarmku, setiap hari, dalam setahun, dia setia mengingatkanku sebelum tidur. Memastikan hari itu aku sudah minum obat apa belum. Dan dalam masa minum obat di tahun itu, kami sempat berkelana bersama, mengunjungi salah satu pulau indah bumi pertiwi.

3

Langkah besarku

Aku merasakan bagaimana dia sungguh merawatku. Waktu itu kami melakukan perjalanan sembilan hari, dan aku semakin merasakan bagaimana dia sungguh tulus menerima dan menyayangiku.

Dalam masa ke tujuh tahun bersamanya, rasanya tidak ada hal perlakuannya yang menyakitiku. Ada masa di mana kami bertengkar hebat.

Itu satu-satunya pertengkaran yang kami alami dan itu semua di sebabkan oleh pihak ketiga. Tidak butuh waktu lama untuk kami kembali saling menerima dan memaafkan. Karena syarat utama kami dalam berhubungan adalah jika ada amarah, sebelum tidur harus selesai.

Untuk bisa lakukan itu kami harus berpelukan, karena dengan itu kami saling sadar bahwa semua itu hanya emosi.

Hal yang terbesar yang dia lakukan buatku adalah ketika dia meninggalkan kotanya, keluarganya, sahabatnya, pergi dan tinggal satu kota bersamaku.

Hal ini kami sepakati karena kami tidak bisa berhubungan jarak jauh. Tinggal satu kota dengannya, membuat karakterku berubah banyak. Awalnya, aku adalah gadis yang serba melakukan apapun sendiri.

Dengan keberadaan dia, semuanya berubah. Saat berangkat kerja, diantar sampai stasiun. Pulang dijemput di stasiun. Makan malam selalu bersama dan selesai makan selalu ada waktu untuk berbincang bersama, sekedar berbagi apa yang dialami hari itu.

Ada saatnya aku sebagai wanita ketika tamu bulanan datang. Dia menjadi tumpahan emosiku yang meledak ledak, dia sangat sabar untuk membuatku tenang.

Elusan punggung adalah terapi buatku untuk tenang dan itu dia beri hampir setiap hari.

Jika tubuhku adalah sebuah rumah, ada satu kamar di dalam rumahku itu yang sangat gelap, kotor, berantakan, hanya satu dua orang yang tahu keberadaan kamar itu.

Salah satunya dia. Dan dia orang yang paling tekun, rajin untuk mampir. Bagaimana tidak, karena setiap hari aku bersama dia, kecuali ketika aku berkelana ke pelosok negeri.

Dengan ketulusan hatinya dia membuka kamar itu, menyalakan lampu membersihkannya sekaligus menatanya. Sekarang ini kamar itu sudah indah, yang ku lakukan hanya rutin untuk membersihkan kembali.

Jika aku ditanya, adakah kekurangan dia… PASTI ADA. Karena tidak ada di muka bumi ini manusia yang tidak mempunyai kekurangan. Namun aku lebih memilih tidak mengatakannya karena buatku pantang untuk mengungkapkan kekurangan orang lain apalagi pasangan.

LANGKAH BESAR KETIGAKU

Akhirnya, aku diingatkan oleh waktu bahwa kebersamaan dengannya harus di akhiri. CUKUP.  Itulah yang terdengar di hati.

Kami berbeda keyakinan, namun kami tetap melangkah bersama, mungkin di antara kami berharap ada yang mengalah. Tapi hingga ke tujuh tahun ini akhirnya aku memutuskan melepaskannya dengan ikhlas.

Apakah waktu ke tujuh itu sia-sia? Jawabaku adalah TIDAK.

Aku menyakini setiap hal dalam hidupku mempunyai arti, ketika aku dipertemukan, begitu juga ketika orang harus pergi. Setiap orang yang hadir dalam hidupku mempunya arti yang berbeda-beda.

Aku sering berpikir kalau orang itu adalah kelas, mengenal orang baru adalah kelas baru yang aku pelajari.

Ada banyak pelajaran yang kami lalui dalam bersama di ke tujuh itu. Aku selalu mempunyai pemikiran pasangan itu adalah orang yang membuat aku lebih baik, begitu juga sebaliknya.

Karena sejatinya itulah arti sebuah hubungan. Dan dia sudah berhasil melakukan itu. Aku sebelum bersamanya dan setelah bersamanya adalah pribadi yang sangat berbeda.

Jika suatu saat ada orang yang menerimaku sebagai teman hidup, aku sangat berharap orang itu berterima kasih padanya. Karena dialah, aku menjadi pribadi seperti sekarang ini.

Dengan janjiku tidak akan pernah membandingkan, karena sejatinya tidak akan ada manusia yang sama di muka bumi ini, selalu mempunya kelemahan dan kelebihan yang berbeda.

Melepaskan dia adalah hal paling terberat dalam hidupku, tapi itu harus.

Aku tidak boleh menahannya lebih lama. Kami memang bisa bersama tapi kami tidak bisa bersatu. Semuanya demi kebaikan kami berdua. Akhirnya di dua ribu enam belas, tepatnya di ke tujuh tahun kami bersama, aku ikhlas melepasnya.

Kawan, dari kisahku ini aku berbagi dengan kalian untuk sama-sama belajar.

Seperti apapun mantan marilah kita tetap mengingat kebaikannya karena bagaimanapun dia pernah menjadi orang yang dekat di hati, mungkin orang yang melepasmu atau kau melepasnya tidak seperti orang yang aku lepaskan.

Apapun itu, cobalah belajar ikhlas.  Karena sesungguhnya setiap orang yang hadir di kehidupan kita itu kelas. Ada pelajaran yang harus kita pahami dari kelas itu.

Edited by : Ryan

8 Comments

  1. dani 19 Mei 2016
    • Nik 20 Mei 2016
  2. Ella 26 Mei 2016
    • Nik 26 Mei 2016
  3. asteria 1 Juni 2016
    • Nik 1 Juni 2016
  4. aairsp 12 September 2020
    • Nik 25 September 2020

Tinggalkan Balasan ke Nik Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: