Buku

Review Novel Canting – Cinta & Gadis Jahe

Sejak awal membaca novel canting niat hati sudah tertanam ingin review. Ceritanya menyentuh dan membuat angan terbang dalam satu pertanyaan adakah lelaki seperti Hadi ?

Selain Hadi memberi warna kuat dalam Novel Canting, ada beberapa tokoh yang menjadi perhatianku.

Seperti halnya review buku lainnya , aku memang senang mengulik karakter tokoh-tokohnya yang memberi pelajaran untuk melangkah.

Contoh, tentang Tetralogi Om Pram ataupun Novelnya Dee yang menjadi hal berkesan saat membacanya.

Bagaimana hasil dari suatu penolakan dan dipulihkan oleh penerimaan terlihat dari karakter tokoh yang dibangun oleh mba Fissilmihamida sebagai penulis Novel Canting.

Lirih & Kejamnya Penolakan

Tak banyak orang yang mampu mengelola penolakan menjadi suatu yang baik.

Review novel canting ini aku memperlihatkan bagaimana penolakan punya dampak sangat besar.

Prasangka dan Penolakan – Ajeng

Ajeng gadis cantik tokoh menarik yang ingin aku ulik, diceritakan hidupnya terlihat sempurna , cantik kaya dan pintar.

Rasanya tak ada yang bisa menolak wanita sekarakter itu, namun sayangnya dia hidup dalam prasangka yang berujung penolakan.

Ajeng dengan prasangkanya menganggap kedekatan Hadi merangkai ornamen bayang cinta.

Iya, hanya bayang karena Hadi tak sedikitpun punya rasa sama dengan Ajeng. Prasangka Ajeng membawa penolakan telak saat Hadi melamar wanita lain.

Kejamnya penolakan membuahkan buta hati disaat rasa dan harap dipupuk terlalu tinggi.

Buta hatinya tak melihat bagaimana rasa sesama wanita tak ingin didua. Tak perduli dengan itu, Ajeng dengan butanya meminta pada gadis yang dilamar Hadi untuk mengijinkan Ajeng menjadi madunya.

Lupa dengan akal, lupa dengan nurani yang diingat hanya rasa.

Sejatinya itu bukanlah Cinta.

Lirihnya Penolakan – Sekar

Berbeda dengan Ajeng, Gadis Jahe begitu sebutannya Sekar, penolakan yang di terima oleh Sekar bukanlah hasil dari diri.

Namun berasal dari pihak yang seharusnya memberikan warna indah dalam hidup Sekar. Ayahnya.

Lirih terbangun dalam diri Sekar, menjadi gadis yang tak merasa pantas untuk di gapai. Namun semesta itu begitu adil karena dia diberi Ibu yang karakternya tentang penerimaan.

Karena itu walau dengan lirihnya penolakan yang diberi oleh Ayahnya, Sekar tumbuh menjadi gadis yang punya kemauan kuat.

Kekuatan penerimaan

Simbok , Ibu Sekar adalah karakter kuat dalam Novel Canting, dia punya peran besar, melalui dialah bagaimana hanya penerimaan membawa langkah semakin ringan.

Ada banyak wejangan yang dilontarkan oleh simbok yang membawa pemulihan dalam diri Sekar.

Penerimaan yang memperjuangkan Cinta – Hadi.

Duh entah kenapa ya, mengingat karakter Hadi hatiku kok deg-deg an, pesan penulisnya tentang tokoh Hadi terasa sekali di hati.

Bukan gambaran tentang lukisan wajahnya yang ganteng atau perawakan yang kekar tertanam kesan dalam diri tokoh Hadi.

Hanya penerimaan , itu yang membuatku melayang.

Bagaimana tidak,

Dengan begitu banyak ujian dalam meraih cintanya dia tetap dengan gigih berjuang.

Mungkin itu yang disebut Cinta, tak perduli siapa kenapa dan bagaimana banyak ujiannya, hatinya tetap satu sinyal pada satu orang.

Sekar gadis beruntung yang menjadi sinyal hati Hadi bukanlah sosok sempurna yang dilukiskan seperti Ajeng.

Ditambah dengan kerumitan diri dalam karakter yang tercipta oleh penolakan tak membuat Hadi Mundur.

Begitu kuatnya penerimaan dan begitu kuatnya Cinta.

Menarik buatku dimana penulis memberikan karakter kuat tentang tentang Sekar. Gadis Jahe ( hal 60)

Bunga Mawar terlihat pesonanya, mudah untuk di gapai, tidak dengan Jahe , dia tumbuh didalam tanah, tersembunyi dalam bumi, perlu perjuangan untuk meraihnya.

Membiarkan jemari dan kukunya kotor untuk meraih dari pada dengan mudah memetik pesonanya mawar.

Jika mawar memberi keindahan berbeda dengan jahe dia memberi hangat dan ketenangan.

Karakter gadis yang sulit ditemui di zaman ini.

Memulihkan dalam penerimaan – Airlangga.

Hadi mungkin ada dalam bumi ini tapi rasanya mustahil menemukan sosok seperti Airlangga.

Terlalu sempurna.

Ganteng, kaya, baik hati, pejuang. Tak ada Cela.

Tapi aku belajar sesuatu dalam diri Airlangga.

Dengan segala penolakan Ajeng yang buta dengan prasangka, Airlangga dengan setia tetap ada kapanpun Ajeng membutuhkan.

Cinta yang Tulus membuat Airlangga bertahan. Kepenuhan diri akan hal yang baik memampukan Airlangga menjadi air dalam keringnya Ajeng.

Dengan Penerimaan Airlangga memulihkan Ajeng dari buta, tersadar apa yang telah di lakukan terhadap Hadi adalah hal sia-sia.

Manisnya Waktu Saat Cinta bersemi.

Hari ini orang menyebut hari kasih sayang, entah kebetulan atau memang waktu begitu manisnya membawa diri merangkai review novel canting hari ini.

Novel sebulan yang lalu telah aku selesaikan namun baru saat ini punya kesempatan untuk mereviewnya.

Ada banyak hal-hal yang indah terlukis dalam novel canting, terutama dengan filosofi jawa nya. Rasanya Novel yang wajib di baca oleh setiap orang.

Buatku dalam novel Canting satu hal yang aku pahami,

Semesta dengan waktunya punya pengaturan yang sempurna memadu padankan jiwa , menyatukan raga dalam seminya cinta.

Selamat merayakan Cinta.










Tinggalkan Jejakmu... Karena itu Sangat Berarti!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: