Senja selalu bertanya, apakah waktu telah berlaku adil? Diri melihat kembali semua hal yang diberikan waktu. Tidak bisa bilang kalau waktu itu kejam, karena kenangan atas hal-hal baik hadir dalam ingatan. Seperti masa yang berulang menikmati Black Lava Camp, tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur Kintamani.
Selalu saja ada momen membangkitkan hal-hal baik yang sudah diberi waktu, konon setiap langkah membingkai suatu tujuan dan sebuah kisah yang memberi kekuatan besar didalamnya.
Aku sendiri setuju dengan hal itu, bahwa kisah akan memberi arti, terlebih disetiap cerita ada rasa yang membalutnya. Begitu juga tentang Black Lava Camp, bertemunya ada kisah yang membawa diri untuk tetap teguh akan semua keadialan waktu.
Black Lava Camp, tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur Kintamani
Bercerita tentang keteguhan, di antara pertanyaan tentang keadilan waktu, ketika bertemu dengan primadona Bali yaitu Kintamani, Black Lava Camp seperti memanggil untuk dipeluk dan dinikmati dengan rasa penuh sukacita.
Mengetahui tempat ini dari saudara yang memberi tahu bahwa Black Lava Camp layak untuk dicoba. Sebagai penyuka pengalaman baru, aku tentu tak menolak kesempatan ini—terlebih setelah tahu betapa menggoda tempatnya.

Kintamani bukanlah tempat favoriteku, karena area disana suhunya sangat dingin. Orang-orang setempat terkenal dengan jarang mandi karena saking dinginnya. Tetapi bukan berarti aku tidak mau menikmatinya.
Buktinya, bertemu Kintamani tidak hanya sekali atau dua kali. Sudut timur Bali itu memang pintar menarik hati, aku yang penyuka kehangatan selalu saja tergoda untuk kembali. Salah satunya ketika menikmati Black Lava Camp, tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur Kintamani.
Aku tergoda dan langsung jatuh hati pada tempat ini saat mengetahui lokasinya yang berhadapan langsung dengan Gunung Batur—gunung paling bersahabat untuk dikunjungi di Pulau Bali.
Gunung Batur, Satu Pesona Kintamani Sejak dulu
Kintamani selalu punya cerita unik, termasuk tradisi pemakaman Desa Trunyan yang berbeda dari tempat lain. Namun, hari itu, perhatianku sepenuhnya tertuju pada pesona Gunung Batur
Terbaik darinya pemandangan matahari terbit yang spektakuler dari puncaknya dan keberadaan kaldera yang unik.
Tidak hanya itu bagi warga setempat, Gunung Batur bukan hanya sekadar gunung berapi, tetapi juga memiliki nilai budaya, spiritual, dan ekonomi yang sangat penting.
Karena itu, ketika tahu ada tempat yang memberi pemandangan gunung tersebut, aku langsung mencari informasi bagaimana caranya bisa mendaki Gunung batur.
Ternyata di Black Lava Camp, menyediakan fasilitas untuk melihat matahari terbit di Gunung Batur. Mulai dari kendaraan, sarapan dan guide. Rasa senang tidak bisa aku tutupi. Aku langsung mengambil fasilitas itu.
Pukul 3.00 pagi, guide membangunkanku. Aku bersiap dan sampai di kaki gunung langkah ini pelan-pelan mendaki. Ketinggian gunung ini memang tidak terlalu tinggi, tetapi tetap saja buatku yang anti dingin, ini sebuah tantangan.

Bertemu pagi di atas Gunung Batur
Setapak demi setapak aku jalani, nafas dengan berselimut dingin bukanlah hal menyenangkan. Tetapi ketika senyum pagi itu mulai hadir, biru bersemu orange bercahaya menyapaku. Hatiku mulai hangat dan semangat itu makin kuat.
Ternyata bersama Black Lava Camp, tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur dihadirkan langsung untuk bertemunya. Menikmati keindahan Kintamani di pagi hari.

Mengenal lebih dekat Gunung Batur
Aku duduk cukup lama setelah menikmati Indomie terenak saat itu. Memandang lukisan Tuhan yang begitu sempurna. Matahari memeluk hangat, danau itu memberi rasa tenang dan rumah penduduk diantaranya, seakan memberi pengertian penuh atasku, Bahwa semua kebutuhan insan telah disediakan-Nya
Matahari semakin tinggi dan kawanku mengingatkan untuk kembali melangkah, karena jika sudah terlalu siang, tidak baik karena panasnya membuat langkah semakin berat.
Aku bangkit dan melangkah dengan bahagia, bertekad kelak akan kembali.
Jalur mendaki dan turun berbeda, membuatku semakin bersemangat karena itu artinya bertemu hal baru.
Benar saja, sepanjang perjalanan turun, Gunung Batur menyuguhkan keindahannya yang sangat memuaskan jiwa. Memandang kaldera dan berada diantara tebing pasir dan hijaunya tebing.

Hal paling menyenangkan saat turun adalah melewati jalan berpasir, yang memaksaku berlari atau bahkan merosot—bukan jalur biasa seperti yang terlihat di foto diatas. Lihatlah foto dibawah ini, dibelakangku ada bukit yang ada seperti jalan, tapi sebenarnya jalur pasir.
Perjuangan terakhir dengan berlari, merosot dalam pasir adalah suatu perjalanan yang seru, menikmatinya sebuah kesenangan tersendiri.

Rasa sukacitaku begitu penuh ketika sampai di pos terakhir. Tempat menunggu jemputan untuk kembali ke Black Lava Camp. Sambil menunggu jemputan, rasa puas membasuh dalam jiwaku. Perjalanan mendaki sampai turun memberikan banyak makna.

Walau sebenarnya lelah itu tetap hadir dalam raga, tetapi terpuaskan hati dan jiwa atas perjalanan itu membuatku punya tenaga untuk berfoto dengan kendaraan yang menghantarkan kami kembali.
Fasilitas Black Lava Camp – Menyamankan
Sampai di Black Lava Camp, sepertinya memang tepat menjadi pilihan untuk tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur Kintamani , karena selain di ajak langsung ke Gunung tersebut, setelah mendakinya pun bisa menikmati hal yang membuat diri nyaman.
Setelah mendaki Gunung Batur, menikmati fasilitas bathtub. Berendam dengan air hangat dibubuhi garam, setelah perjalanan jauh itu sungguh nikmat bumi yang tak bisa dijabarkan dengan kata.
Tidak hanya itu, menikmati hangatnya air garam menjadi sempurna ketika disuguhkan pemandangan indahnya gunung Batur.

Puas berandam, aku membersihkan diri dan bersiap menikmati makan siang dan bersantai dengan melihat pesonanya Kintamani. Kolam renang dengan pemandangan gunung Batur.

Tentu saja ketika sore menyapa, aku tidak menyia-nyiakan waktu untuk bermain-main di kolam renang.

Kisah Tentang Rasa yang Tak pernah Lunas
Bertemu dengan Black Lava Camp, tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur pertama kali setelah Pandemi, pernah sekilas ditulis Menyapa Bali saat Pandemi – 5 Tempat terbaik dan Kisahnya
Kisah tentang pertemuan dengan tanah kelahiranku, sebagai pelunas rindu pada pertualangan. Saat langkah terhenti ketika pandemi. Tetapi siapa sangka pertemuan dengan Black Lava Camp, menoreh kisah yang tidak pernah terlunaskan.
Kali kedua bertemu tetap saja ada rindu untuk kembali. Mungkin tempat itu mengajarkan beberapa hal tentang, perjuangan dan keadilan waktu.
Perjuangan akan selalu bertemu dengan hadiah manis, yang diperlukan hanya lalui saja semuanya dengan semangat, waktu akan selalu adil mempersiapkan hal terbaik.
Hal itu terpikirkan saat ini, melihat masa pandemi langkah terhenti karena keadaan, tapi ketika diberi kesempatan, waktu melunasinya seindah itu. Contohnya ketika aku bertemu Black Lava Camp.
Tidak ada rencana besar, semuanya dihadapkan dengan begitu saja. Terlebih ketika bertemu dengan Gunung Batur, tidak ada persiapan khusus tapi menyapanya seperti dijawab dengan pelukan mesra.
Mendakinya, menikmati pagi diatasnya, melalui dan turun sampai menikmati air hangat dengan garam tetap saja Gunung Batur melihatku dengan tatapan bahagia.
Rasa yang begitu besar, bagaimana tidak berkata kalau Black Lava Camp sebagai tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur.

Saat berpamitan dengan tempat ini, ada rasa enggan yang sulit dijelaskan. Namun, seperti halnya perjalanan lain, selalu ada tugas dan panggilan baru yang menanti.

Kemudian
Rasa yang tak pernah lunas tentang pengalaman bersama Black Lava Camp, tempat terbaik untuk menikmati Gunung Batur, mengingatkan tentang perjuangan dan keadilan waktu, seakan memanggilku untuk menikmati kembali suasana Glamping itu.
Ketika membaca blog Mba Isti, bertemu dengan tulisan Review Glamping di Lenirra Villa & Resto, Se-Worth It Apa Sih? seperti dipanggil untuk bertemu di Lenirra Villa & Resto. Apalagi lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalku saat ini.
Mungkin dipanggil untuk membentuk suatu kisah baru dan mengatur langkah untuk membantuk tujuan lain dari kehidupan.
Seperti kisah Black Lava Camp membawa perjalanan memberi pelajaran tak terlupakan.
Kamu pernah sudah bertemu dengan Gunung Batur atau Black Lava Camp? Atau punya pengalaman serupa? Kisah apa yang sudah dialami? Cerita dong di kolom komentar.
7 Responses
Dari fotonya, itu keren sekali, mbak dengan latar gunung. Ini wajar akalu udaranya dingin, karena memnag letaknya di ketinggian. Jadi selama di sana Mba Nik ga mandi? hehehe. Pastinya berada Black Lava Camp ini, jadi pengalaman yang indah ya, Mbak. Semoga saya juga bisa ke Black Lava Camp. Aamin.
Habis menikmati sunrise di puncak Gunung Kintamani. Terus berendam sama air hangat yang dikasih garam tuh rasanya nyaman banget ya, Kak.
Mantep banget pengalamannya. Mana pas mendaki dan turunnya menggunakan jalur yang berbeda.
Berasa selalu punya pengalaman baru atuh, Kak. Keren banget Black Lava Camp ini.
Belum pernah ke Gunung Batur sih, tapi sudah sering baca kalau di sana memang menawarkan pengalaman yang luar biasa, terutama saat menyaksikan matahari terbit dari puncaknya. Pendakian dini hari yang menantang langsung berasa sesuai ya dengan melihat panorama Danau Batur dan Gunung Abang yang memukau. Selain itu, menikmati hidangan khas Bali di restoran sekitar Penelokan sambil memandangi keindahan alam juga menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Bagi yang ingin menjelajah keindahan alam Bali, wajib baca postingan ini deh.
Mba Nik, tulisan ini sangat berenergi sekali. Iya sih benar waktu tidak melulu kejam kok. Hanya terkadang disaat momen lagi kurang oke, rasanya ingin marah dan kesal hahhaa. Padahal hanya perlu lebih kuat dan lalui semuanya yak.
Beneran indah banget sih Black Lava Camp. Nyaman dan begitu bikin betah. Perjalanan penuh kesan dan salah satu cara semesta membuktikan bahwa selalu ada momen manis di setiap perjuangan.
Setujuu banget ama mba Lala.
Vibes positifnya nulaarr banget.
jadi ikut gembira bacanyaaaa 🙂
Dan mupeng cuss ke sana 🙂
Indah sekali, jadi selain dapat menginap juga dpt menikmati keindahan alam, bs ada guide dan akses kendaraanya juga. Opsi yg sangat oke untuk ke Black Lava Camp jika berkunjung ke Bali
seru banget mba Nik, saya menginap juga di situ sayangnya datangnya pas mau magrib dan besok paginya udah panas banget jadi ga bisa banyak foto, saya kalau udah panas udah males foto hehe, dan beberapa foto di dalam kamarnya juga hilang yang bagus-bagusnya, asik banget memang menginap di sana, nyaman sayangnya pagi jam 7 aja udah panas ya hehe, padahal viewsnya bagus dna bikin betah