Hening siang ini membangkitkan kenangan dua peristiwa minggu itu melihat cerminan kehidupan. Tentang hubungan, cinta dan nilai kebaikan. Antara begitu nyata dinginnya hubungan dan masih ada api hangat terlihat dari laku seorang bapak pada anaknya.
***Disclaimer: Sebelum lebih lanjut menulis tentang pengalaman nyata di hari minggu waktu itu, aku mau sampaikan bahwa semua tulisanku ini murni dari pemikiranku semata, tanpa ada maksud menyudutkan hal apapun. Murni sebagai pemikiran dan pandangan pribadi. Jika ada pihak-pihak yang merasa kurang nyaman, mohon dimaafkan seluas-luasnya.
Aku perlu menyampaikan hal ini karena sungguh rasa yang tergores dalam hatiku sangat bercampur aduk. Terbiasa melihat dengan detail peristiwa di manapun aku berada, memberi pandangan tersendiri dan seringkali mengolahnya dalam pemikiran.
Tidak jarang kadang aku suka meneteskan air mata antara terharu atau marah pada keadaan. Betapa sering manusia berlaku sesuka hati tanpa melihat, bahwa apa yang dilakukan berdampak besar bagi sekitarnya. Mungkin merasa sah karena itu persoalan pribadi. Tetapi betapa egonya pribadi, kalau sudah keluar dari lingkungan rumah sendiri, semua laku akan menjadi cerminan kehidupan.
Suka tidak suka akan hal itu.
Karena itu penting menjaga diri untuk bersikap diluar, karena tidak pernah tahu siapa dan bagaimana orang mengambil energi atau mendapatkan pengetahuan dari peristiwa yang terjadi.
Contohnya, aku sendiri tidak pernah berusaha untuk mencari tahu, tetapi apa yang terlihat didepan mata akan menjadi informasi, atas bagaimana kehidupan bergerak dan membentuk sesuatu. Seperti di minggu waktu itu di sebuah mall, dua peristiwa menjadi cerminan kehidupan yang menurutku penting menjadi catatan khusus di blogku ini.
Sepenting kisah kopi ini bersama tempat yang mewariskan ilmu dengan pitutur di Kopi Ranin Bogor: Sudut Teduh dan Pitutur Sederhana di Minggu Awal Oktober sebuah cerminan kehidupan yang aku suka sekali.

Memutuskan menjadi pekerja kehidupan, tentu antara sadar dan tidak, di manapun aku berada, sering melihat laku pribadi-pribadi, seperti menganalisa alur waktu sebagai cerminan kehidupan.
Baca Juga: Life Coach Hidup Berkehidupan – Cara Waktu memberi Tugas 2024
Kasih Menutupi Segala Sesuatu – Cerminan Kehidupan Hubungan
Pandanganku lurus melihat para insan lalu lalang mencari pilihan makanan di kantin Mall siang itu. Sambil menunggu orderan kwetiau nyemek, aku menikmati buah potong dengan segarnya.
“Gado-gado sudah kupesan, tapi belum untukmu.!!!”
Kalimat itu terdengar kencang, ketus dari seorang wanita. Aku kaget dan tanpa sadar menengok, mencari sumber suara dan aku dapati seorang wanita cukup cantik memandang lelaki di depannya dan aku melihat wajahnya terlihat ketus.
Sedangkan lelaki di depannya, diam seribu bahasa. Lalu aku melihat dari sudut ekor mataku, lelaki bergerak mengambil makanan dan menyajikan ke wanita itu dan dia sendiri. Sepertinya sang suami belum langsung memakannya. Tiba-tiba terdengar lagi,
“Sudah jam 11 bisalah makan, makan aja” Kembali suara ketus itu memerintah dan terlihat lelaki itu langsung makan dengan diam seribu bahasa.
… dan aku sungguh miris dan ingin sekali berkata, “Mba, tidakkah punya nada yang lebih tenang”. Sehebat apapun persoalan diantara kalian, bukankah di luar perlu untuk saling menjaga dan menghormati. Terlepas mungkin ada banyak luka yang sudah kau terima oleh pasangan.
Duduk satu area di meja panjang, aku sudut kiri dan mereka sudut kanan, ditengahnya kosong. Sungguh aku ingin cepat-cepat beranjak dari peristiwa itu, tidak ingin melihat bagaimana pasangan tidak saling menghargai.
Lelaki makhluk bertelinga tipis dan Harga diri Setinggi langit
Sepanjang waktu bersama dalam langkahku, aku melihat dengan jelas bagaimana lelaki memiliki kelemahan dalam telinga dan harga diri sangat tinggi.
Mengerti sekali selalu ada alasan di setiap peristiwa, namun aku sebagai pengamat hidup. Bagaimana kehidupan akan baik-baik saja kalau aturan untuk menghormati seorang laki-laki dipatahkan sedemikian rupa. Di depan umum dan aku tidak perlu tahu bagaimana mereka punya persoalan.
Yang jelas di depan mataku, aku paling tidak setuju jika perempuan punya sifat arogan terhadap laki-laki, apalagi aku melihat orang itu cenderung diam dan tidak berkata apapun. Sedangkan disana begitu banyak pasang mata melihat, terlebih anak-anak muda.
Mereka tanpa sadar melihat dan menyerap. Tidak semua pihak punya kesempatan untuk memberi tahu kalau hal itu kurang tepat, yang ada mereka hanya melihat itu hal biasa. Tetapi sesungguhnya itu sumber penyakit dalam hubungan. TIDAK HORMAT.
Sedangkan karakter saling menghormati adalah dasar bagaimana cerminan kehidupan akan membentuk alur pada tempatnya. Satu peristiwa minggu ini menjadi cerminan kehidupan, alangkah baiknya sikap saling hormat di jaga di depan umum.
Jika tidak mampu berkata baik, paling tidak sampaikan lebih pelan, tanpa perlu terlihat arogan pada pasangan. Jika di depan umum saja terbiasa seperti itu bagaimana dirumah?
Jika itu terus terjadi, bukankah itu sudah melukai pasangan dan diri sendiri. Aku sadar tidak banyak orang mampu menyampaikan dengan tenang, tetapi berjuang untuk bersikap tenang di luar atau tempat umum, bukankah itu tanggung jawab kita semua?
Maka kemudian penting untuk terus menajamkan bagaimana cinta kasih perlu dirawat dengan sebaik-baiknya. Satu ungkapan yang mungkin perlu diingat,
Kasih Menutupi Segala Sesuatu
Peristiwa yang aku temui sebagai cerminan kehidupan saat ini, di mana hubungan semakin sering terlihat tidak menghormati. Mungkin jika sadar, kalau luka terlalu sering diterima oleh pasangan sehingga lahir sikap kasar, baiknya mengingat bahwa sebagai sesama manusia perlu saling menutupi ketidaktepatan. Paling tidak di tempat umum.
Kadang memang lucu kehidupan, seringkali kali menuntut dicintai tapi berapa sering untuk memulai menghormati saja tidak mampu, dengan dalil terlalu capek dan sering tidak dihargai.

Baca Juga:Mencintai Lebih Kuat: Cara Menghadapi Hidup yang Tidak Baik – Kembali ke Akar #14
Bersihkan Mejamu – Mudahkanlah Orang Lain
Di hari yang sama, Minggu siang itu setelah melihat peristiwa pahitnya hubungan, aku lanjut berkegiatan di Mall tersebut dan setelah itu aku duduk di salah satu coffee shop yang paling sering aku datangi di setiap minggunya.
Sambil menunggu pesanan datang, aku membuka laptop dan seperti biasa menulis dan sedang asyiknya tiba-tiba Bapak sebelahku berkata pada anaknya,
“Nak, bersihkan mejanya dan peralatannya taruh disana”
Mataku masih tertuju di laptop, tetapi ekor mataku memandang dengan jelas bagaimana anak remaja itu nurut intruksi Bapaknya dan melakukan dengan senang hati.
Sepertinya, Bapak itu kurang puas dengan pelayanan anaknya dan dia langsung turun tangan memberi contoh, membersihkan meja dan menaruh perlengkapan kotor yang habis mereka pakai di tempat yang tersedia, tepat di depan meja kami. Area ruang peralatan kotor dan penyimpanan tissu.
Aku berhenti sejenak menulis, dan termangu melihat bagaimana bapak dan anak tersebut sungguh-sungguh membersihkan meja mereka, dan ketika mereka pergi, meja kembali bersih dan orang lain mendapatinya dengan senang hati.
Sebelumnya, aku sungguh ingin berterima kasih pada bapak itu, karena sudah mendidik buah hatinya yang begitu cantik untuk membuat meja tetap bersih ketika ditinggalkan, sebuah cerminan kehidupan yang begitu indah.
Namun, lidahku kelu dan terpaku hanya mampu berterima kasih dalam hati dan pada hidup. Ditengah keegoisan insan yang semakin tebal, masih ada sosok pribadi yang begitu tekun mendidik buah hatinya memiliki jiwa memudahkan orang lain.
Aku melihat bapak tersebut memiliki perawakan yang disiplin terlihat dari postur tubuhnya yang tegap, bersih dan berbusana sangat rapi. terlihat berkelas, berpendidikan dan putrinya terlihat sekali seorang anggun dan elegan. Sepertinya walau kehidupan yang terbiasa dilayani, mereka tetap menjaga kehidupan dengan baik dengan mempermudah orang lain melalui meja tetap bersih ketika mereka tinggalkan.

Baca Juga:Harapan Resiko Tanggung jawab – Kisah Seorang Kaisar – 2025
Hidup Bukan Hanya Tentang Saya
Akhirnya dari dua peristiwa di hari minggu kala itu, aku melihat cerminan kehidupan begitu ragam. Ketidakmampuan insan untuk tetap tenang ditengah luka dan bersikap ketus di tempat umum. Begitu juga diperlihatkan bahwa masih ada pribadi yang memperjuangkan mempermudahkan orang lain.
Hidup bukan hanya tentang saya
Jika saja setiap insan sadar atas itu, bahwa ketika berlaku akan selalu mempunyai dampak bagi sekitar. Suka ataupun tidak, sadar ataupun tidak.
Maka,
Semoga kita selalu sadar memperjuangkan untuk selalu membawa dampak baik untuk bisa menjadi cerminan kehidupan yang baik, sehingga hidup berjalan lebih baik.
Bagaimana denganmu?
Adakah peristiwa yang kadang membuatmu terusik untuk menceritakan cerminan kehidupan yang terlihat. Yuk komen di kolom komentar.
Jakarta Selatan, Oktober 2045
Ditulis untuk menjadi catatan penting kehidupan dan berharap banyak bertemu pembaca dan sadar bahwa hidup tidak hanya soal saya.


3 Responses
Daku pernah menemukan hal serupa Kak Nik di konten media sosial, ada yang pasangannya (si suami) seperti tidak dihargai gitu oleh istrinya. Terus komenan nengtijen pada geregetan sama tingkah si istri. Sebab walau bagaimana pun pastinya gak ada laki-laki yang mau dipermalukan di depan umum oleh istrinya sendiri. Kayak jatuh harga diri kan ya
Aku kalau lihat orang kek gitu langsung ngebayangin di depan umum aja kelakuannya gitu apalagi di rumah.
Sedih yaa. Soalnya pernah liat anak kecil disabet tas sama emaknya di depan umum krn rewel 🙁
Kalau liat manusia2 kek gini jadi diingetin utk jd lebih be kind lagi ma orang yaa, masing2 hidupnya berat walau kadang ta tampak.
Soal beresin meja kalau makan di luar keknya emang manusia2 Indonesia nih kebanyakan gak kenal manner kek gitu. Pdhl di beberapa resto udah disediakan meja buat naruh piring bekas makan.
Kyknya emang Indonesia nih gawat pendidikan karakter. Bersyukurlah kita yang punya akses mencari tahu dengan baca buku, sering berinteraksi dengan banyak org, dll
Kaak Niek, saya seyuju dengan kak Niek,,,memangnya betul banget sih laki-laki itu egonya tinggiiii bangeet. Gak mau terlihat rendah atau direndahkan. Makanya mereka adalah Qowam atau pemimpin di rumah tangga. Sehingga Allah menciptakan karakternya sepertib itu. Mungkin yaa jadi diselaraskan dengan kodratnya sebagai pemimpin. Perempuan apalagi sebagai istri, seyogyanya menghormati egonya dengan tidak merendahkannya di depan umum. Kalau di rumah mau berantem gpp, nanti juga baikan lagi hehe.