#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Fase Kehidupan – Belajar Menemukan Mewariskan – Cara Kembali Ke Akar #5

Bagikan

Hidup selalu memberi kejutan dan itulah yang aku lihat ketika setiap fase kehidupan yang sudah terlewati. Seperti saat ini, tidak ada rencana untuk pergi ke Solo, tetapi waktu memang selalu pintar untuk mengatur kalau itu sudah haknya.

Pagi ini aku sudah berada di kota yang memberi banyak kenangan. Seketika teringat dengan seorang kawan blogger. Mba Eryka, menuliskan tentang tempat manis, kuliner yang menggoda. Sering aku mampir ke tulisannya dan membuatku ingin mencobanya. Semoga saja pertemuan kembali dengan Solo kali ini bisa menikmati salah satu tempat yang ditulisnya.

Perjalanan ini caraku merawat kehidupan dan berada di fase mewariskan. Walau dalam badai, tetap saja keputusan melangkah ini diambil. Semua atas rasa kasihku pada hidup yang sudah mendidik, dan memeliharaku hingga sampai saat ini.

Semuanya dipeluk untuk menghidupi sebuah puzzel hidup. Terhubung pada insan lain, waktu dan kehidupan yang berbeda. Membentuk sebuah gambaran besar yang telah tergaris.

Baca juga: Kepingan Puzzle membentuk Tujuan – Terhubung Menjadi satu Gambar Indah – 2024

Jika untuk mengerti bahwa setiap kita adalah satu bagian gambaran rencana kehidupan, perlu terhubung dengan yang lainnya dan melihat diri sebagai puzzle, maka fase kehidupan ini menyadari, bahwa diri sebagai bibit sempurna dan butuh berakar untuk memahami prosesnya.

Fase Kehidupan

Setiap Hidup Menyimpan Fasenya Sendiri

Setiap kita adalah benih yang baik. Memiliki tujuan untuk kehidupan, namun semua prosesnya tergantung tanahnya. Setiap proses hidup menyimpan fasenya sendiri.

Sebelum lebih lanjut bagaimana aku bercerita tentang fase kehidupan, mengingatkan pada pembaca bahwa apa yang kutulis ini murni pengalaman hidup, beserta melihat dari setiap kisah insan yang mempercayakannya padaku, ketika memakai jasaku sebagai pelatih kehidupan. Namun untuk bisa menguatkan apa yang telah aku dan beberapa orang alami, aku menilik lebih dalam pada teori yang sudah ada untuk menyelaraskannya.

Sebelumnya aku sudah pernah menulis tentang fase waktu kehidupan dan kali ini aku buatkan table untuk lebih mudah memahami, bisa menjadi landasan pemahaman rangkaian aksaraku selanjutnya.

Kerangka Fase Usia → Apa itu Fase Berkehidupan

Fase UsiaTema HidupFase BerkehidupanCiri Emosional & Reflektif
0–20Menerima dunia apa adanyaBelajarPolos, ingin tahu, gelisah
20–30Mencari arah & identitasBelajarMulai MenemukanAmbisius, rapuh, mengelana
30–40Menyusun makna & pondasiMenemukan HidupDalam, sadar, penuh pilihan
40–50Memberi, bukan lagi mencariMewariskanTeduh, selektif, bijak

Dengan kerangka diatas mari selanjutnya, lebih jelasl melihat bagaimana fase umur penting di maknai, serta melihat proses hidupku sehingga membentuk tiga fase kehidupan, belajar, menemukan hidup dan mewariskan.

Belajar – Fase Menerima dan Mengamati Dunia

Aku tertegun sejenak saat menulis bagian ini, karena begitu banyak hal getir terlihat dalam faseku disini, tidak hanya aku tetapi sebagian besar yang datang padaku, cenderung menjadi akar persoalannya berada di rentang usia ini tidak memiliki proses yang tepat.

Seperti bibit, berakarnya tidak mudah karena berada dalam tanah yang kering, dan sebagian berbatu. Tidak hanya itu tanpa ada air yang menyirami, tanpa mentari yang cukup. Dingin dan gelap.

Tetapi waktu selalu punya cara untuk menghidupkan benih yang memang sudah terpilih untuk hidup. Walau tertatih tumbuh, benih rentang waktu 0-20 terus berproses melihat dunia dan menerima dengan kekuatannya.

Baca Juga: Ketidakadilan – Iman & Kasih

Kemudian masuk usia 20-30, apa yang telah dilihat dan terima sepanjang hidupnya, mulai ingin dipraktekan, mencoba dengan caranya. Kadang dengan caranya sendiri itu membawa tekanan pada sekelilingnya. Terutama keluarga.

Ketika anak ingin praktek dengan caranya, dan tidak selaras dengan cara keluarga maka disinilah letak persoalan. Keluarga atau orang tua dan anak sama-sama punya tujuan baik , tetapi cara berbeda menjadikan tujuan yang sama tidak bisa selaras.

Maka disinilah penting mengerti pertanyaan ini,

Bagaimana kalau perbedaan cara ini adalah bagian dari saling belajar?

Mari sejenak melihat kembali dengan tenang, adakah kita sudah hidup dalam fase kehidupan belajar, tidak hanya pada anak yang berada fase waktu itu, tetapi siapapun yang menjadi bagian proses itu.

Coba ingat satu momen ketika perbedaan itu hadir, cara beda tapi sama-sama ingin yang terbaik. Apa yang di pelajari dari itu?

Karena seperti benih yang berakar, dia hanya butuh hangatnya mentari untuk bisa tumbuh dengan baik. Seperti waktu itu aku dalam fase belajar rentang 20-30, walau tanpa orang tua, tetapi orang sekelilingku menyirami air segar dan memberi kehangatan sehingga bertumbuh dengan baik. Walau fase sebelumnya begitu kering.

Baca juga: Langkah Besarku Kedua – 1995

Di sinilah pentingnya kenapa bersama siapa melangkah akan membentuk kita seperti apa dikemudian hari. Untuk lebih menyelaraskan, temukan juga bagaimana strategi bijaksana dalam tulisan Pijar Psikologi, sebagai fase kehidupan belajar dalam rentang usia remaja.

Cara Kembali ke Akar: Menemukan Makna Hidup di Usia 30-an

Masa fase kehidupan rentang usia 30-40 inilah aku menemukan hidup. Boleh dibilang masa ini adalah musim semiku. Banyak hal baru dan pertualangan hidup. Namun menjadi begitu bernilai dalam masa ini ketika semua proses ditemukan dengan penuh makna.

Seperti aku menjelajahi pesona Indonesia, disini aku menemukan bagian-bagian tujuan hidupku, sebuah makna perjalanan. Mengerti kehidupan setiap sudut negeri, bagaimana mereka bangun, tersenyum, menangis dan hidup.

Baca juga: Terbaik Bumi Pertiwi – Langkahku Indonesia – Part 2

asyik traveling- fase kehidupan menemukan hidup

Begitu juga dalam proses pekerjaan, dalam rentang usia inilah aku memahami, bahwa semua hal yang diberikan waktu adalah kepingan untuk membentuk langkah selanjutnya.

Fase kehidupan menemukan hidup buatku, seperti pelunasan waktu ketika semua proses yang telah dilalui. Namun semuanya bisa didapatkan dengan ketekunan percaya bahwa hidup itu adil dan dengan itu berani memutuskan melakukan hal-hal yang mungkin orang pada umumnya sebagai kebodohan.

Baca juga: Semua Akan Kembali Padamu – Rahasia Waktu – 2016

Prasangka baik akar dari cara menemukan hidup, dengan itu bertemu dengan tujuan, makna dan nilai sesungguhnya

Mewariskan – Fase Mengalirkan Nilai, Bukan Lagi Mengejar Bentuk

Dalam fase kehidupan mewariskan ini mungkin banyak insan, lebih mengutamakan materi seperti uang. Percaya kalau uang bernilai dari apapaun, dengan uang semua persoalan bisa selesai.

Terus apa kabar era sekarang, anak-anak yang sudah memiliki semuanya tetapi tidak di wariskan pembentukan akar, bagaimana cara mereka menghadapi hidup?

Uang memang penting tetapi tidak semua bisa dibayar dengan uang. Bersyukur proses hidupku menemukan makna dan nilai itu, bahwa untuk mewariskan lebih utama tentang bagaimana hidup tumbuh dan berbuah.

Baca juga: Tidak Semua dibayar dengan Uang – 2016

Kemudian dalam fase kehidupan mewariskan ini, bisa dilakukan ketika semua fase kehidupan menemukan hidup sudah di miliki dengan baik. Semuanya di uji, apakah benar atau hanya sebuah keinginan ego semata.

Karena tentang mewariskan, bukan hanya bagaimana diri memberi sesuatu. Tetapi tentang memberi buah manis pada kehidupan, seperti buah dimakan oleh setiap orang dan bijinya pun jadi benih dan bertumbuh lalu berbuah lagi, Terus berputar membawa kehidupan.

Fase Kehidupan Mewariskan

Fase Kehidupan Manusia: Belajar, Menemukan, Mewariskan | Cara Kembali ke Akar Spiritual dan Psikologis

Fase Kehidupan Manusia

Buah yang manis semua kembali pada akarnya, seberapa kuat dan mengerti untuk apa dia ada. Setiap kita punya proses dan tujuan dalam kehidupan. Tetapi penting untuk menilik makna dan nilainya, supaya kelak sebelum kembali pada empunya kehidupan, tugas sudah dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Semua fase kehidupan berjalan baik saat kita sadar, bahwa hidup dimulai dari keputusan-keputusan kecil.

Makan apa, bangun jam berapa, bersama siapa, hal kecil tapi itu akar yang membawa arah pertumbuhan dan dari sanalah berkehidupan berbuah. Karena hidup bukan hanya tentang diri.

Apa yang kamu pilih hari ini – dengan sadar, bukan karena kebiasaan?

Kembali ke akar, penuh kesadaran seperti tulisan ini dibuat sebagai series setiap Jumat, melihat lagi apakah langkah dilalui sudah selaras dengan tujuan awal. Karena hidup begitu riuh sering mengaburkan tujuan.

Baca Juga: Series Kembali Ke Akar Kehidupan

Lalu,
Kamu sekarang berada di fase kehidupan yang mana? boleh dong ceritanya, barangkali bisa jadi bagian indah untuk pembaca lainnya. Tulis di kolom komentar ya.

Salam Sayang,
Nik Sukacita || Life Coach.
🌱Pejuang Hidup Berkehidupan

Sumber tambahan:
Legacy Is Not For You

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

3 Responses

  1. Bersyukurlah wahai orang-orang yang di rentang umur 0-25 sudah mendapatkan ujian hidup yang berat. Karena sejatinya, itulah bekal untuk kelak bisa menjadi lebih tenang, kuat dan bijak dalam melanjutkan kehidupan di rentang waktu berikutnya.
    Aku dulu juga ngerasa masa mudaku tuh beratttt banget. Ortu ketipu, gagal kuliah di kampus impian, bahkan luntang-lantung di Jakarta. Tapi ternyata itu semua ada maknanya mbak, ada tujuannya. Pada akhirnya, semua proses itu membuat kapasitas diriku jadi lebih tinggi, lebih besar. Makanya sekarang, ketika menghadapi berbagai problema bisa lebih tabah, sabar, dan tak banyak mengeluh.

    Dan aku setuju mbak perihal warisan. Aku memang tetap mengusahakan uang dan materi, tapi sebisa mungkin hal-hal yang fundamental pun tak terlupakan. Mulai dari gaya hidup, cara berpikir, GRIT serta kedekatan emosional sudah perlahan kubangun.
    Karena mau warisan uang seberapa banyak pun, kalau tidak ada pondasi yang kuat. Niscaya akan musnah dalam satu generasi.

    1. Terima kasih untuk komen yang bikin hati hangat. Terima kasih juga sudah menjadi pribadi yang hebat. Kiranya waktu terus memberikan hal-hal terbaik untukmu dan kemudian kelak bisa mewariskan sesuatu yang bisa membawa berkehidupan bagi banyak pihak.

  2. Sukaa banget kalimat ini: setiap kita adalah benih yang baik. Dan jangan bosan jadi orang baik ya, Kak.

    Daku sampai di fase usia 30-40 dan memang benar, mencari ketenangan dan kesadaran. Hidup dengan mundfulness, nggak grusa-grusu kayak dulu. Berusaha tenaang tanpa overthinking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink