#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Gerbong 3 Kereta Api – Kisah Indah Persahabatan di Dalamnya

Bagikan

Gerbong 3 kereta api mengingatkanku pada keindahan sebuah persahabatan, tentang disayang oleh hidup dan diingatkan bahwa terhubung dengan orang yang tepat itu adalah sumber rejeki.

Stasiun Palmerah

Sayup-sayup suara informasi kereta terdengar di Stasiun Palmerah. Aku tersentak bangun. Hampir saja terbawa ke stasiun Tanah Abang.Tertidur dalam kereta tampaknya menjadi kebiasaanku yang tidak berubah sejak puluhan tahun lalu.

Sejam sebelumnya, seperti napak tilas, setelah belasan tahun tidak naik angkot Serpong, kenangan masa dua puluh tahun lalu bangkit.

Turun di Stasiun Serpong, kemudian naik kereta dan melihat begitu banyak perubahan. Ada tangga, tenant, serta ruang tunggu yang rapi—berbeda dengan masa belasan tahun lalu yang sangat sederhana. Tentu saja, waktu mengubah segalanya.

Tahun 1997, aku mulai naik kereta api, dan sekitar tahun 2002 kisah ini dimulai.

Gerbong 3 Kereta Api Serpong – Si Bontot

Pukul 5.55 pagi, hampir setiap hari kakiku berlari menuju Gerbong 3, dan cici-cici yang tiba lebih dulu sering berteriak, “Cepetan, nanti bangku diambil orang!” Aku ngos-ngosan, dan ketika akhirnya duduk, kereta langsung melaju.

Gerbong 3 Kereta Api Serpong-Tanah Abang kala itu menjadi saksi awal perjalanan kami.

Entah kapan tepatnya, karena sering duduk berdampingan dan berbincang, lama-kelamaan kami akrab. Hubungan itu berujung pada kebiasaan saling menyediakan tempat duduk bagi teman yang datang belakangan.

Awalnya kami cukup banyak, tapi seiring waktu, hanya lima orang yang bertahan hingga kini. Aku, si bontot, adalah yang paling muda.

Kisah persahabatan Gerbong 3 Kereta Api Serpong, memberi banyak kenangan indah, mereka selalu tulus dan menyediakan tempat duduk, karena paling sering telat padahal tempat tinggal paling dekat.

Saling Mengasihi dan mendukung satu sama lain

Kisah gerbong 3 kereta api Serpong, bukan hanya soal menyiapkan tempat duduk saja, tapi banyak kisah lain juga. Kedekatan kami tidak hanya sampai di Gerbong 3 kereta api Serpong itu saja, tapi diluar itu kami sering melakukan pertemuan.

Kami sering saling berkunjung ke rumah masing-masing, berenang bersama, hingga mencari tempat makan. Kala itu, pertemuan di coffee shop belum marak seperti sekarang.

Waktu perjalanan sekitar satu jam, dari Serpong ke Tanah Abang. Dari sana, kami berpisah ke kantor masing-masing.

Momen-Momen Kebersamaan

Sebelum lanjut tentang persahabatan Gerbong 3 Kereta Api Serpong, baca juga tentang Kereta Serpong dalam kenangan. Tentang banyak cinta hidup yang disapa penumpang lain dan hal-hal lainnya.

Kali ini aku khusus berkisah bagaimana pertemuan yang sering menjadikan persahabatan yang saling mendukung satu sama lain.

Seperti halnya hari-hari itu yang utama ketika menyediakan tempat duduk dan mendapatkan tambahan pendapatan karena diberi kepercayaan berjualan dengan konsinyasi.

Hari-hari kami penuh warna. Salah satu teman memiliki toko baju batik, dan dengan sukacita kami membantu menjual produknya di kantor masing-masing. Sistemnya konsinyasi, mengambil barang dulu dan membayar setelah terjual. Barang yang tidak laku bisa diretur.

Kami juga merayakan ulang tahun di Gerbong 3 meski suasana kereta kala itu penuh dengan lalu lalang orang berjualan.

Abudemen

Karena naik kereta setiap hari, kami menggunakan tiket langganan bernama abudemen. Namun, program ini sering disalahgunakan penumpang. Petugas cukup kerepotan, apalagi dengan banyaknya orang yang berjualan di gerbong.

Dipikir-pikir, sepertinya KAI zaman dulu ruginya cukup banyak karena hal-hal itu sering terjadi.
Baca aja tulisan ini

20 Tahun Kemudian

Setelah pindah tempat tinggal, aku ke Setiabudi, sementara yang lain berpencar ke Bogor, Belitung, dan Tejo. Hanya satu yang masih di BSD. Untuk tetap berkomunikasi, kami membuat grup WhatsApp. Meski tidak selalu merespons, kami tetap mendukung satu sama lain melalui doa

Kasih yang Tak Pernah Pudar

Antara lupa atau memang tidak ada, seingatku selama bersahabatan kami tidak pernah sekalipun ada goresan-goresan yang membuat kecewa, tepatnya aku sendiri selama berhubungan dengan mereka, kasih itu selalu ada.

Sebuah keindahan hidup memiliki orang yang selalu ada, tidak jarang memberi rejeki dalam bentuk uang, tidak menuntut dan saling mendoakan.

2025: Sebuah Kesadaran

“Nik, main ke Tejo yuk”

Satu kalimat itu menyadarkanku dalam bulan terakhir. Tiba-tiba terasa jauh dari mereka, walau group berjalan seperti biasa, tapi aku yang sedang membangun diri dalam masa perubahan sedikit mengabaikan.

Kemudian aku atur waktu untuk datang ke Tejo dan seharian berdialong intim membuat segar kami satu sama lainnya, indahnya hidup ketika esoknya aku bisa bertemu juga dengan cici lainnya.

Tahun ini ruang waktu cukup luas sehingga pertemuan-pertemuan sering dilakukan dan betapa diri bersyukur memiliki orang-orang yang tepat.

Selain pertemuan, karena banyak waktu aku kembali mencoba melakukan perjalanan dengan transport umum seperti Kereta, LRT, Busway dan angkot. Banyak hal baik aku dapatkan ketika melakukan itu dan bisa lebih berhemat.

gerbong 3 kereta api
gerbong 3 kereta api

Jakarta memang memiliki banyak kisah, seperti kami berjibaku belasan tahun mencari rejeki kenyamanan hidup, dan ketika bertemu orang-orang tepat dalam perjalanan terlebih diangkutan umum seperti di gerbong 3 kereta api, sebuah rejeki yang tak ternilai.

Hubungan baik adalah harta tak ternilai

Begitu aku yakini dan pertemuan dengan berdialog intim membuat jiwa semakin segar, dimana konon katanya jiwa dan logika makanan utamanya adalah dialog.

Bagaimana dengan era sekarang?

Masih adakah pertemuan-pertemuan di transport umum yang berakhir dengan berhubungan baik hingga menjadi sahabat?

Semoga masih ada.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

4 Responses

  1. Banyak kenangan selama menjadi ROKER (Rombongan Kereta)…
    Kadang pulang kerja bareng dengan teman-teman, menikmati sensasi tiap naik turun penumpang di stasiun dll. Sekarang melihat penumpang kereta agak ragu berramah-ramah, takut disalahartikan 🙂

    Salam.

  2. Kalo bicara soal transportasi umum, jadi inget masa SMP, tiap hari naik angkot atau bis, sementara SMA sampai kini udah bawa kendaraan pribadi. Jujur, kangen masa2 itu, bersendau gurau di angkot, sederhana tapi nyaman dan menyenangkan.

  3. Kisah persahabatan manis di gerbong kereta, ga hanya sekedar cerita namun sampe ikut bantu jual produk batik bener2 saling support untuk bantu bisnis teman 🙂 meski akhirnya pindah namun tak terhalangi komunikasi ya Mba masih ada grup WA sekedar tukar kabar.

  4. Saya baru-baru ini saja sering melintasi stasiun Serpong, Mbak. Tujuan memang Tanah Abang-Rangkasbitung. Dan ternyata naik KRL sekarangb jauh lebih nyaman ya. Ternyata dulu banyak penjual lalu lalang hehehe.
    Dan pastinya banyak cerita yang terjalin di gerbong-gerbong kereta. Tida saja melahirkan persahabatan, tapi juga ada yang dapat jodoh hahaha. Ini karena witing tresno jalaran soko kulino hehehe.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink

Daftar dan dapatkan update terbaru

Subscription Form