#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Kejujuran dalam Hidup, Jejak Keteguhan dan Hak #2

Bagikan

Selamat bertemu di ruang Kembali ke Akar bagian kedua. Kali ini, kita menengok satu pertanyaan mendasar: apakah kejujuran dalam hidup sudah sungguh hadir?

Seberapa sering kita memilih bertopeng, konon demi mengamankan keadaan, padahal mungkin justru menjauh dari inti diri?

Seperti apa yang tertulis dalam artikel IDN Times, kejujuran muncul ketika ucapan dan tindakan selaras, dan individu yang jujur menghindari pengaruh buruk di sekitarnya.

Kejujuran adalah akar, karena itulah aku membawa nafas ini sebagai satu yang utama dalam series tulisan di setiap Jumat. Ini mungkin terlihat berat tapi marilah kita jujur pada diri, apakah ketika jarimu sampai klik ke tulisan ini bukankah suatu kebetulan?

Jika waktu mengarahkanmu pada sesuatu, hidupilah itu dengan sepenuh hati maka waktu akan memberikan apa yang jauh lebih dari kau butuhkan.

Nafas yang sering menjadi terang dalam langkahku. Kemudian, jika memang ini sudah menjadi bagianmu, mari siapkan teh atau minuman,cemilan yang menemani untuk menikmati tulisan selanjutnya.

Kejujuran dalam hidup, mungkin saja sudah menjadi pondasi kuatmu, tetapi hidup begitu gigih memberi penajaman dalam benturan, maka siapa tahu tulisan ini sebagai air sejuk yang mengembalikan sejatimu.

Jejak Kejujuran dalam Hidup Sehari-hari

Sejenak mari peluk hening, tanyakan pada diri, apakah hari ini sudah jujur pada diri, keadaan, atau pada orang yang kau kasihini. Berapa sering tidak mau berkata apa adanya karena ingin menyelamatkan?

Ada banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari, kita memilih diam dan orang lain berprasangka itu sebagai sebuah jawaban. Tetapi berapa sering asumsi itu membuat langkah semakin rumit.

Aku yakin dia masih sayang sama aku, tetapi dia tidak lagi bersamaku karena sudah capek menghadapi sikapku yang sering kali membuat dia bingung dan aku sering mau menang sendiri.

Kalimat itu terdengar dalam salah satu sesi coachingku, aku tidak langsung menjawab dan membiarkan dia berceloteh tentang semua persoalannya.

Aku capek banget dengan orang-orang dikantor, kalau tak ingat cicilan rasanya udah keluar aja.

Satu lagi contoh kalimat yang aku terima juga dari sesi mendengar kisah orang lain. Mari kita tilik terkait kejujuran dalam hidup kita sehari-hari dengan dua contoh kasus diatas.

Jujur yuk, Ngagak Repot kok. Nggak seribet senyum manis dia yang sering merepotkan hati.

Iya karean ketika mau jujur sebenarnya itu memudahkan langkah panjangmu. Sebuah pondasi dalam keputusan.

Mari kita lihat dua kasus diatas. Aku akan memberi sebuah jawaban dengan pertanyaan yang yakin jika mau mendengarkan hatimu jawaban itu akan hadir.

Soal keyakinan masih sayang,

  • Kalau dia sayang, menurutmu kenapa dia tetap pergi?
  • Apa yang kamu jaga dari keyakinan itu?
  • Apa yang kamu pelajari tentang dirimu dari semua ini?
  • Kamu lebih rindu dia, atau cara kamu merasa disayang saat bersamanya?
  • Kalau kamu mulai dari jujur sama diri sendiri, langkah apa yang bisa kamu ambil hari ini?

Lalu tentang capek di kantor.

  • Yang paling bikin capek: mereka, atau caramu harus menahan diri terus-menerus?
  • Kalau kamu nggak harus mikir cicilan, apa yang sebenarnya pengen kamu lakukan?
  • Apa yang menurutmu paling kamu butuhkan di tempat kerja: rasa aman, dihargai, atau sekadar bisa jadi diri sendiri?
  • Saat kamu bilang ‘capek banget’-capek jadi apa?
  • Apa arti cicilan buat kamu: beban, pengingat, atau alasan buat terus bertahan?

Tak usah terburu-buru menjawab semua, satu persatu dan berlahan. Jika merasa tidak ada waktu, bagaimana kalau kalau aku bertanya,

“Kalau waktu untuk scroll sosial media ada? nonton film atau nungguin chat si dia yang tak pernah balas ada?

Jujur yuk, luangkan sedikit waktumu karena kejujuran dalam hidup itu akar dari bagaimana hidup kelak memperlakukanmu. Kemudian mari melihat lebih dekat kalimat ini.

Apa makna kejujuran yang paling berat? Yakni saat harus jujur kepada diri sendiri.

Kejujuran dalam hidup

Atau kamu masih belum menemukan jawaban, ingin dibantu bagaimana menyadari kalau kejujuran itu penting, perlu sekali dilakukan, mari sapa aku, dan dengan senang hati akan membantumu menemukan akar langkah untuk menghidupkan kejujuran dalam hidup yang kamu jalani.

Selanjutnya mari kita lihat bagaimana Nelson Mandela dan aku memiliki keteguhan untuk mengatur amarah menjadi sesuatu yang bermakna. Tentang hal itu aku tulis Senin lalu di Nelson Mandela dan Aku: Ketika Tegas Tak Lagi Harus Melukai – Tokoh Part 2 sebagai series tulisan Tokoh dan Aku. Semua karena jujur pada diri dan keadaan.

Keteguhan yang Lahir dari Dalam, Menentukan Peran

Keteguhan dalam mempertahankan nilai hidup adalah jalan hening, sebagai kejujuran dalam hidup

Kalimat itu terlihat ketika ada benang merah kudapatkan antara aku dan Nelson Mandela, bagaimana ketidaknyamanan diri diatur menjadi langkah yang tepat.

Jika dilihat kisah tokoh besar itu, mungkin dalam hening hari-harinya ketika di penjara, dia menemukan sebuah kejujuran dalam hidup yang dijalaninya. Jujur pada keadaan, kalau amarahnya atas ketidakadilan yang dialami disalurkan ke dendam, dunia tidak akan lebih baik.

Begitu juga aku, setelah bertahun-tahun karakter keras kepala yang aku miliki biasanya cenderung membara, memperjuangkan kebenaran tetapi tidak sadar sering melukai.

Semuanya aku renungkan dan timbul kesadaran tentang kejujuran dalam hidup yang telah aku jalani belum penuh, hingga pertanyaan inilah yang akhirnya membentukku lebih tenang.

Apakah amarah itu benar bertujuan baik, apakah keadilan sekejam itu sampai diperjuangkan dengan gigih? Yakin kalau apa yang dilakukan, orang terlihat bersalah itu punya niat untuk melukaimu?

Kemudian bagaimana ResearchGate, menjelaskan kejujuran tidak hanya bermanfaat secara moral, tetapi juga berdimensi spiritual, menghubungkan kesadaran terhadap diri sendiri, sesama, dan penciptanya, dan itulah kenapa aku melihat kejujuran dalam hidup, pada diri dan pada keadaan. Hingga semua yang tidak nyaman diatur menjadi tujuan berkehidupan.

Karena hidup bukan hanya tentang aku.

Nelson Mandala - Kejujuran dalam hidup

Hak sebagai Napas yang Menyala Diam-Diam

Setelah Senin Tokoh dan Aku di minggu ini, melihat keteguhan mengatur amarah menjadi sesuatu yang lebih bermakna, lalu di Rabu kemarin aku cerita tentang hak menjadi hak ketika bertemu puncak Wayag Raja Ampat.

Tentang bagaimana hak yang menyala dalam perjalanan ujung timur Indonesia itu aku tulis di Wayag Raja Ampat #2 : Trip Langka Sekali Seumur Hidup dan Penuh Makna

Memahami hak sebagai bagian dari keadilan hidup yang seringkali diabaikan

Bicara soal hak, sering kita berharap dan terus memperjuangkan, terutama saat bekerja. Tetapi kalau mau jujur pada keadaan, seberapa sering juga mengabaikan kewajiban.

Kadang hak tak mau bertemu jika kewajiban tidak sungguh dilakukan dengan tepat. Waktu punya cara untuk menilik semua kejadian dalam hidup. Itulah kenapa aku begitu memperjuangkan kejujuran dalam hidup.

Berupaya sadar dan utuh dalam setiap peristiwa yang di izinkan waktu terjadi. Hak akan selalu menemukan tuannya dengan tepat waktu, dia diam-diam menyala di setiap nafas kewajiban.

Seperti saat mencapai puncak Wayag Raja Ampat. Hak dilunasi ketika kewajibanku terus merawat mimpi dengan sungguh-sungguh yakin dan percaya dengan tindakan.

ilustrasi kejujuran dalam hidup, keteguhan mempertahankan nilai

Kembali ke Akar: Menemukan Yang Sejati

Menemukan akar kehidupan yang sejati bukan perkara rumit, tapi soal menyadari kembali apa yang paling benar di dalam diri.

Setiap kebenaran kembali pada siapa orang yang menyakini. Namun yang perlu terus dilihat lebih mendalam, apa dampak pada diri dan sekitar. Begitu juga soal kejujuran dalam hidup, mengapa begitu penting di lihat karena itu akar dari setiap keputusan.

Bukankah apa yang menjadi keputusan awal akan membawa keputusan selanjutnya. Seperti ketika tidak jujur di awal akan membawa dampak tidak jujur selanjutnya, dengan berdalih sebagai penyelamat untuk ketidakjujuran sebelumnya.

Binus University menegaskan bahaya efek “narasi bengkok” yang membenarkan kebohongan ringan, karena jika dibiarkan, bisa membentuk keyakinan yang tidak sehat sejak dini Karena itulah juga aku meyakini kalau melangkah dengan jujur akan menyehatkan langkah selanjutnya. Hidup tanpa bertopeng dan apa adanya.

Jumat ini, dalam seri kembali ke akar, aku mengajak semua yang bertemu dengan tulisan ini, mari hening sejenak dan tanyakan pada diri, sudahkah kejujuran dalam hidup sungguh sudah diberi nafas sebaik-baiknya?

Terima kasih sudah sampai akhir menikmati rajutan aksaraku dan apa yang terdengar dari jiwamu setelah selesai membaca ini? masih ada yang ingin diketahui lebih jauh? atau ingin ditemani menemukan semua hal yang masih belum jelas, aku ada dan silahkan taruh rasamu di kolom komentar.

Selamat melangkah dalam kejujuran dalam hidup. Lihatlah kelak waktu akan memelukmu dengan indah.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

8 Responses

  1. Kalau mau jujur, aku sebenarnya ingin pergi jauh
    Tak ingin dekat dengan orang yang sedarah tapi selalu memandang remeh bahkan tak dianggap hanya karena memilih jadi ibu rumah tangga dengan segala aktivitas yang tak cuma ngurus anak saja (motret, ngeblog, ngadmin dll) padahal ijazah saya tinggi
    Mereka menyesal menyekolahkan…

  2. Aku pengen nambahin sih Mbak, apa sih yang membuat kita tuh mikir dia masih sayang, jujurnya kita itu merindukan bukan orangnya, tapi karena ketidakhadiran orang yang terbiasa hadir. Dan kalau dipikir lagi jawaban itu lha kok nggak muncul di awal ya, justru muncul dibelakang saat waktu sudah terlalu lama lewat.. Kadang memang ada rasa nggak jujur pada diri sendiri. Atau mungkin itu bisa dikatakan sebagai proses? 🙂

  3. Tulisan Mba Nik selalu bikin aku berhenti sejenak dan mikir, kejujuran di zaman sekarang tuh rasanya makin langka ya, bahkan yang terlihat jujur disamakan dengan ‘terlalu polos’ hingga bisa dimanfaatkan. tulisan ini membuka ruang refleksi buatku

  4. Gimana ya mau ngomongnya? Jujur tuh emang sesuatu yang sebenarnya mudah saja. Cuma kadang banyak sekali pertimbangan yang bikin kita memilih diam atau berkata sebaliknya. Padahal, ya itu hanya akan memberatkan langkah kita selanjutnya.

  5. Kejujuran bagiku adalah value nomor satu, Kak Nik. Ini ajaran pertama dari ortu. Karena orang jujur bakal mujur.

    Tapi entah kenapa aku pernah diuji Tuhan. Beberapa tahun lalu saat menemani Saladin bermain di mini Playground eh kok Nemu gold ring di tempat mainan. Langsung kukasihkan pegawai di front office. Ternyata itu punya pegawai yg lain dan langsung dikasihkan. Legaa rasanya.

  6. Kalau melangkah dengan jujur akan menyehatkan langkah selanjutnya. Setuju banget dengan quote ini. Bila di awal kita sudah tak jujur terhadap suatu hal, maka dengan ringan akan tercipta kebohongan (ketidakjujuran) selanjutnya. Karena itu berbuatlah dengan jujur dan jaga kejujuran dari hati dan sikap kita.

  7. Kejujuran itu adalah sebuah ironi, mbak. Ia sederhana, tapi kadang berat dilakukan. Kenapa berat, karena kita tidak ingin menghadapi konsekuensi dari kejujuran kita.

    Aku pun sedang berproses untuk ini, untuk selalu jujur dengan istri. Karena dalam rumah tangga, kejujuran adalah yang utama.

  8. Yashh, baca tulisan ini, auto lakukan kontemplasi.
    Karena emang tidak mudah, tapi yhaa harus kita lakukan.
    Demi hidup yg lebih ber-value dan berkualitas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink