#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Kesadaran Membentuk Keberanian – Langkahku dan Pelajaran dari Churchill tentang Bertahan – Aku dan Tokoh Part 1

Bagikan

Kesadaran Membentuk Keberanian sebuah catatan pertama tentang Aku dan Tokoh yang menjadi series setiap hari Senin. Berkisah tentang pengalaman hidupku yang ternyata selaras dengan nilai-nilai atau pemikiran tokoh besar sepanjang abad.

Hari ini dan beberapa Senin selanjutnya aku akan berkisah tentang bagaimana langkahku ternyata selaras dengan pemikiran seorang Winston Churchill. Sejujurnya aku mengetahui lebih dalam tentang tokoh ini dalam series The Crown.

Ada tujuh kutipannya yang menjadi selaras tentang kisah hidupku dan semoga ada hal yang bisa diambil oleh pembaca. Kisah tentang perjalanan hidupku yang langkah demi langkah membentuk suatu tujuan.

Kesadaran Membentuk Keberanian

Hak Menjadi Hak ketika terhubung

Sebelum lanjut berbagi kesadaran membentuk keberanian, izinkan bercerita kenapa Senin ini dan kedepannya akan hadir tulisan bernafaskan Aku dan Tokoh. Hal ini sebagai wujud buah sebuah satu pilar hidup berkehidupan yaitu Hak Menjadi Hak.

Tentang yang hak akan menemukan tuan di waktu yang tepat. Aku dan Tokoh sebagai buah ketika langkah terus bergerak dan sadar bahwa setiap kita perlu dan penting terhubung. Bercermin pada tokoh besar, melihat hidup sudah memproses mereka.

Melihat prosesnya menjadi pelajaran, termasuk awal series ini mengambil satu nafas, bagaimana kesadaran membentuk keberanian ada dalam diri seorang Winston Churchill.

Ternyata itu selaras dengan langkahku dan itu sungguh melahirkan rasa manis.

Bagaimana Kesadaran Membentuk Keberanian Saat Hidup Tak Memberi Pilihan Mudah

Menelusuri jejak langkah dan keputusan yang pernah kuambil, aku mulai menyadari bahwa keberanian bukan sekadar aksi spontan. Ia berakar dalam kesadaran-kesadaran akan tantangan yang menghadang dan nilai-nilai yang dipegang.

Lalu, bagaimana kesadaran membentuk keberanian saat hidup tak memberi jalan yang mudah?

Sebelum lanjut baca dulu kisahku ini Langkah Besarku Kedua – 1995

Kesadaran Membentuk Keberanian

Tahun 1995 hingga 2016, begitu banyak kisah yang aku alami, semuanya tertulis dalam buku harianku. Setiap kisah memberi keberanian kepadaku untuk berbagi di blog. Dasar dari keberanian itu hadir ketika aku menyadari bahwa hidup sejati adalah saat seseorang terus bergerak dan bertumbuh.

Begitu banyak kisah telah tertulis, dan kali ini aku berbagi tiga di antaranya, tentang kesadaran membentuk keberanian: bekerja sebagai pengasuh anak, bertahan dalam keterbatasan, dan mengambil pekerjaan demi menyelamatkan prinsip.

Pekerjaan Pengasuh Anak: Kesadaran Membentuk Keberanian

Saat pertama kali tiba di ibu kota, aku merasa begitu asing. Terbiasa hidup di lingkungan dengan alam yang indah, tiba-tiba dihadapkan pada rumah-rumah yang berhimpitan dan gedung-gedung menjulang. Napasku terasa penuh.

Namun, aku menyadari bahwa kembali bukanlah pilihan. Bali memang nyaman dan indah, tetapi keadaan diri dan keluarga tidak memungkinkan untuk bertahan di sana

Bertemu Jakarta di sambut dengan pekerjaan menjaga toko, tetapi tidak ada selang tiga bulan keadaan memberi pilihan untuk menerima pekerjaan menjadi pengasuh anak.

Sadar bahwa saat itu aku tidak memiliki banyak keterampilan lain, ijasah hanya SMEA dengan nilai pas-pasan, tidak punya teman, hanya mengandalkan logika, aku menerima kesempatan yang ada.

Aku menyukai anak-anak, dan demi melanjutkan hidup, aku berani mengambil pekerjaan ini, meski saat itu usiaku masih delapan belas tahun. Dari langkah awal ini, aku mulai memahami bagaimana kesadaran membentuk keberanian, yang tumbuh bukan karena tanpa takut, tetapi karena memahami bahwa setiap keputusan adalah bagian dari perjalanan untuk terus bergerak dan bertumbuh.

Bertahan dalam keterbatasan – Gaji tidak mencukupi biaya hidup

Waktu terus bergulir,membawa tantangan dan tuntutan hidup yang semakin besar. Sadar bahwa jika terus bekerja sebagai pengasuh anak, mimpi masa kecil, menjadi adminitrasi tak akan terwujud.

Saat itu, aku hanya memiliki satu hari libur dalam seminggu, dan aku memanfaatkannya untuk mencari teman. Dari pertemanan itulah muncul kesempatan baru: pekerjaan sebagai pegawai administrasi.

Dengan kesadaran ingin mewujudkan mimpi, aku memberanikan diri keluar dari rumah tuanku dan pindah ke rumah teman

Apakah semuanya berjalan lancar? Tentu tidak.

Upah saat itu sangat kecil, tempat kerja berjarak jauh dan membutuhkan biaya lebih. Bahkan, biaya makan pun dikurangi. Karena itulah ada masa seminggu tidak makan.

Terus bertahan dan percaya segala sesuatu tidak ada yang abadi.

Aku berpikir seperti itu, karena itu aku memilih untuk tetap menghidupi hari dengan sukacita, tanpa keluh. Tanpa kusadari, karakter riangku menarik perhatian orang-orang di sekitarku.

Jika ingin membaca lebih lanjut tentang kisah ini, cek di sini Kereta Serpong dalam kenangan – Cerita Jejak Sukacita – 2019

Waktu terus merajut sepatutnya, tahun berganti dan upah semakin mencukupi. Kesadaran membentuk keberanian dalam bertahan, walau mengorbankan kebutuhan makan.

Bekerja di Aceh untuk Menyelamatkan Prinsip

Selama enam tahun, aku bekerja di perusahaan pertama, hingga akhirnya waktu mengatur ulang tujuanku. Setelah berpindah pekerjaan lagi selama enam tahun, aku tiba di satu perusahaan yang memaksaku untuk membuat keputusan besar demi menyelamatkan prinsip.

Kesadaran membentuk keberanian dalam kisah ketiga ini, tentang bagaimana pemilik perusahaan menggunakan otoritasnya untuk membuatku senang, meski tidak sepatutnya.

Saat itu, usiaku masih tergolong muda, dan aku bersyukur tidak memiliki ketertarikan pada kemewahan. Awalnya, aku menganggap perlakuan itu sebagai penghargaan atas kinerjaku, tetapi seiring waktu, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak pada tempatnya.

Nuraniku mengajak kembali dan ketika tawaran pekerjaan di Aceh datang, aku tidak berpikir panjang—aku menerimanya. Aku sadar bahwa jika tetap bertahan di pekerjaan itu, dampaknya terhadap diriku tidak akan baik. Aku berani mengambil pekerjaan yang jauh, meski ternyata kota itu tidak menyambutku sehangat yang kupikirkan.

Kisah selengkapnya tertuang disini Aceh, Senyumanmu Tidak Seindah Wajahmu – Rahasia – 2016

Esok tidak akan pernah tahu, menyadari akan kebutuhan maka terbentuklah keberanian.

Setiap pilihan memiliki risiko, tetapi aku yakin bahwa waktu akan mengatur semuanya menjadi kebaikan.

Selaras dengan Pelajaran dari Winston Churchill tentang Bertahan

Kesadaran Membentuk Keberanian

Dalam setiap persimpangan hidup, ada saat-saat ketika pilihan bukan tentang kemudahan, tetapi keberanian untuk bertahan. Winston Churchill pernah berkata,

“I have nothing to offer but blood, toil, tears, and sweat.”

Kutipan ini muncul di tengah krisis besar, saat Inggris menghadapi ancaman Nazi Jerman yang mengguncang Eropa.

Aku mengetahui kutipan itu belum terlalu lama, ketika mengulik tentang tokoh mana yang memiliki kekuatan dalam masa krisis. Tahun ini, keadaan membuat napas terasa lebih berat, dan seperti biasa, jika segalanya semakin tidak nyaman, aku memilih untuk diam, menengok kembali perjalanan yang telah kulalui.

Aku menyadari bahwa bertahan bukan sekadar tentang menunggu, tetapi tentang keberanian untuk tetap berjalan meskipun jalannya terjal.

Kesadaran Membentuk Keberanian

Sama dengan tokoh besar Inggris itu, ketika dalam krisis dia hanya memiliki kerja keras, air mata dan keringat. Aku pun begitu, hanya memiliki itu untuk berani bertahan dengan setiap situasi berat. Berani melangkah menemukan tujuan yang sudah disediakan waktu.

Terlihat jauh jika membandingkan keseharian kita dengan tokoh besar yang memikirkan hal-hal monumental. Namun, apakah ada hal besar tanpa bermula dari sesuatu yang sederhana? Justru dari tokoh besar itulah kita belajar, agar menjadi lebih kuat. Seperti dari seorang Churchill, aku belajar tentang kesadaran membentuk keberanian.

Namun, keberanian tidak berdiri sendiri. Ia tumbuh dari kesadaran akan nilai yang kita genggam, akan tujuan yang masih menanti di depan, dan akan kenyataan bahwa perjalanan bukan hanya tentang tiba, tetapi tentang terus melangkah.

Jadi, bagaimana masa sekarang? Apakah kesadaran membentuk keberanian tetap bisa dilakukan?

Mungkin setiap diri memiliki jawaban sendiri, karena kembali pada kondisi masing-masing. Atau mau cerita bagaimana kondisimu saat ini? ditunggu di kolom komentar ya.

Sampai bertemu kisah Tokoh dan Aku di Senin depan ya.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

14 Responses

  1. Hiks, baca ini jadi refleksi juga dulu masa-masa sulit daku pas awal merantau ke Jakarta.
    Pada akhirnya ada satu hal yang membedakan antara mereka yang akan sukses dan biasa-biasa saja, yakni GRIT. Dan itulah yang ada dalam diri mbak nik, yang membawa hingga ke titik ini. Punya impian, berani bertaruh demi impian itu, dan tidak mudah menyerah saat menjalankannya.

    Berhari-hari terakhir aku mencoba membangun kembali rasa GRIT dalam diri mbak. Semua kembali pada tujuan, dan kesadaran ya. Semoga pada akhirnya kita bisa memaknai segala sukses dalam diri.

  2. Berbicara keberanian, tentu itu tidak terjadi tiba-tiba ya mbak. Di bentuk sejak lama bahkan sejak masih usia muda. Tapi, nggak ada yang sia-sia. Keputusan yang diambil berdasarkan prinsip dan keberanian. Aku salut banget baca kisahnya. Jadi bercermin ke dalam diri yang suka ragu mengambil keputusan, huhu.

  3. Kamu pasti bisa melewati ini semua mba! You’ve done it before, you’ll do it again this time. Yakin dan percaya selama ga ambil jalan pintas pasti jalannya akan terbuka. Yuk bisa yuk! ❤️

  4. Pengalaman hidupnya kaya ya mbak. Kebetulan aku perantau juga ke Jakarta dan awalnya juga suka bingung ngapain aku di sini. Eh, lama2 aku makin betah dan udah gak merasa relate kalau harus bali ke kampung halaman.
    Emang butuh keberanian dengan kesadaran penuh kala meninggalkan zona nyaman, sebaiknya jangan modal nekad aja tetapi juga memperhitungkan segala sesuatunya ya,

  5. Ah, keren mbak Nik
    Menceritakan semua perjalanan hidup di blog dengan lugas dan penuh kesadaran seperti ini
    Pengalaman memang guru yang paling berharga ya mbak

  6. Mba Nik, peluk virtual. Kamu sangat tangguh dan keren sekali. Jalan yang tidak mudah bisa dilalui. Jadi memang masa krisis itu bisa membuat orang lebih berani tanpa hilang kesadaran dan logika.

    Benar adanya, lebih baik berani mengambil peluang dan pilihan ketimbang diam termangu menunggu keajaiban. Intinya tetap bergerak dan berusaha, pasti akan ada saja jalannya.

    Ketika harus pindah ke Perusahaan di Aceh, pilihanmu amatlah tepat mba. Good job, sangat kagum dengan keputusan baik itu.

    Sudah dua tahun ini aku pun hidup di masa krisis hahha dan memang rasanya tak mudah serta jauh dari kata nyaman, namun bisa apa selain berusaha keluar dari krisis dan menghadirkan peluang baik dari hal yang bisa dilakukan. Semangat terus ✊💪.

  7. Pengalaman merantau dan hidup sendirian itu benar-benar memperkaya batin ya, hidup jauh dari keluarga membuat kita lebih mandiri dan tangguh menghadapi berbagai hal di perantauan.. salut sama Mbak Nik..

  8. Kalau belajar dari orang-orang sukses, rasanya apa yang mereka capai saat ini adalah sebuah hal yang besar. Padahal kalau mau melihat ke belakang, pasti ada banyak sekali perjuangan serta kesabaran yang harus dipupuk detik demi detik, menit demi menit hingga menjadi karakter pemimpin yang bijaksana dalam memaknai sebuah perjalanan hidup.

    ka Nik bisa memetik ini dan membagikannya dalam bentuk perjalanan hidup.
    Semoga menjadi semangat untuk para pembaca untuk tetap bersabar dalam sebuah proses.

  9. Aku JD penasaran kenapa Aceh tidak seindah kotanya, nanti aku baca mba.

    Saluuut dengan perjuangan mba , di JKT pula. Ga mudah, Krn kota ini keras. Aku tuh selalu percaya, orang yg bisa bertahan di JKT, berarti dia akan bisa bertahan di manapun.

    Terkadang ya mba, di saat kepepet, keberanian akan selalu muncul. Itu udah insting manusia utk bertahan hidup. Jadi, di saat ada masalah, seterjal apapun, aku juga memilih utk trus berjalan, jangan stop. Krn toh roda ga akan selalu di bawah. Suatu saat dia akan naik, yg penting kita tetap gerakin.

  10. Inspiratif kisah hidupnya mbak. Orang hebat bukan karena dia punya kekuasaan, tp karena mampu bertahan dan terus berjalan di tengah arus yg kuat. Gak nyangka mb Nik pernah jd baby sitter. Tp klo suka sama anak² pekerjaan ini bisa jd menyenangkan dong yaa. Salut mbak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink