#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

3 Kutipan Man’s Search for Meaning yang Mengubah ‘Aku dan Tokoh’ – Belajar dari Viktor E. Frankl

Bagikan

Ketika menemukan kutipan Man’s Search for Meaning, dalam buku yang selama ini hanya jadi daftar baca, akhirnya terbuka di hadapanku. Bertahun-tahun tertunda, selalu ada alasan, atau mungkin justru pelajaran. Dari sekian banyak karya, inilah yang paling layak ditunggu.

Sepertinya waktu memang bertugas dengan baik. Aku percaya bahwa segala sesuatu akan bertemu pada waktu yang tepat. Contoh nyata menikmati buku ini. Aku sempat berpikir, mengapa aku membacanya di musim saat ini.

Di mana banyak pihak merasakan tekanan atau menderita dengan segala tuntutan. Aku seperti hidup di setiap aksara dalam buku ini, membawa gairah tersendiri.

Membacanya seperti menemukan oase baru, menikmatinya memberi energi besar karena dalam kisah yang ceritakan, seorang Viktor E. Frankl melahirkan harapan membawa kekuatan, terutama tiga kutipan Man’s Search for Meaning yang aku selaraskan dengan langkahku.

Baca juga: Rumah Kaca – Ketika nurani babak belur saat tidak mampu mengatakan cukup – 2016

Kutipan Man’s Search For Meaning -Kehidupan Carut Marut -

Sekilas Tentang Buku Man’s Search For Meaning – Karya Viktor E Frankl 

Man’s Search for Meaning ditulis oleh Viktor E. Frankl selama sembilan hari berturut-turut. Tujuannya agar pesan utamanya, bahwa hidup selalu punya makna meskipun dalam keadaan paling tragis sekalipun.

Buku ini dibagi dalam dua bagian utama: pengalaman pribadi Frankl sebagai tawanan di kamp konsentrasi Nazi, dan teori psikologisnya (logoterapi) yang mengemukan dari pengalaman tersebut.

Aku sendiri ketika membaca benar merasa tepat waktu, terberkati. Walau penderitaan di masa itu tidak sama dengan saat ini, namun apa yang di tulis oleh Viktor seperti sebuah pesan, penderitaan atau tekanan hanya sebuah cara waktu untuk mengajarkan sesuatu.

Buku ini memperlihatkan kekuatannya karena bukan hanya teori saja – Frankl menjalani sendiri penderitaan dan melalui pengalaman nyata. Ini membuat kisahnya sangat nyata. Walau mungkin bagi sebagian pembaca yang tidak biasa dengan istilah psikologi, beberapa bagian bisa terasa berat atau perlu refleksi dalam agar makna-dalamnya bisa dipahami penuh.

Karena itu, aku sendiri mengulas buku ini lebih menyelaraskan kehidupan atau langkahku melalui kutipan Man’s Search For Meaning. Berupaya menyederhanakan apa yang menjadi pesan kuat dalam karya Viktor E Frankl  tersebut.

Jika ingin tahu sisi luas temukan ulasan dalam tulisan di ruangresensi.com, yang menurutku bisa jadi pilihan dan tambahan informasi untukmu yang penasaran dengan karya besar ini.

3 Kutipan Man’s Search For Meaning Selaras dengan Langkahku

Kutipan yang memiliki banyak lapisan dan menyegarkan jiwa. Akhirnya mengerti mengapa buku ini seperti legenda.

1. Penderitaan Tidak Menimbulkan Iri

Kutipan Man’s Search For Meaning
Kutipan Man’s Search For Meaning

Aku berhenti sejenak ketika membaca kalimat ini, membaca ulang halaman yang berakhir dengan tulisan yang aku anggap sebagai kutipan. Sebuah penutup sub judul Ketikdakkekalan Hidup. Dari sub judul itu saja membuatku terhenti, merenung dan kalimat terakhir yang sangat aku soroti bagaimana penderitaan itu suatu kebanggaan karena tidak menimbulkan rasa iri.

Penderitaan begitu agung karena tidak menimbulkan rasa iri

Aku seperti di tepuk oleh waktu dan mengecup rambutku. “Lihatlah Nik, Viktor bangga akan penderitaannya karena melalui itu dia melihat makna yang luar biasa indah”

Rasa dalam hati bercampur aduk. Satu sisi malu karena kadang merasa apa yang aku lalui seperti berat sekali dan menimbulkan rasa sesak. Lain sisi aku bersyukur karena jarang sekali memiliki rasa iri.

Banyak lapisan yang kudapatkan dari kalimat itu. Betapa seringnya kita berlomba berbahagia, kadang lupa kebahagian itu suka menyakiti berapa pihak yang belum siap menerima tekanan.

Siapakah yang bisa iri dengan penderitaan? Sedangkan ia sebuah bagian langkah yang membawa kekuatan.

Satu Kutipan Man’s Search For Meaning ini berhasil membuatku bangkit dan berterima kasih lagi pada hidup. Mengingatkan bahwa benar adanya, hidup ini tidak kekal. Jadi, untuk apa pedih berlarut saat menerima tekanan?

2. Mengalami Maka Hidup

Kutipan Man’s Search For Meaning kedua tentang setiap peristiwa memberi nafas dan bukti bahwa itulah hidup. Apapun label atau nama yang diberikan. Atau-pun rasa yang timbul dari semua kejadian.

 Pernah mengalami  merupakan bentuk kehidupan yang paling nyata

Terpejam mataku ketika membaca kalimat ini, mengingat kembali masa-masa pelik kehidupan. Begitu banyak kejadian sejatinya jika dilihat dari kacamata ego, terasa hidup begitu tidak adil.

Namun tulisan yang aku baca menyadarkanku dan menimbulkan tanya,

Apa iya? Jika tidak ada penderitaan atau tekanan waktu masih disebut hidup?

Baca Juga: Menemukan Peran Hidup Saat Rasa Senang dihidupi – Peta Berkehidupan – Kembali Ke Akar #6

3. Bahagia Bukan Alasan

Terakhir Kutipan Man’s Search For Meaning aku temukan dalam perikop optimisme di tengah tragedi. Viktor menjelaskan bahwa sering kali orang memerintahkan untuk “merasa bahagia”. Padahal, kebahagian tidak bisa dikejar, yang sejatinya perlu terjadi begitu saja.

Kalau pemikiranku dan sering aku katakan pada orang, bahwa bahagia Sudah Ada sejak diri ada keberadaannya. Dalam janin, lahir dan tumbuh ada rasa bahagia menyertai walau ada seorang yang menderita kesakitan saat dilahirkan.

 Manusia bukan berusaha mencari kebahagian, melainkan mencari alasan untuk bahagia.

Kutipan yang bermakna begitu dalam.

Berapa sering kita menuduh alasan sebagai kebahagiaan. Sebut saja traveling sama dengan bahagia. Bukankah itu hanya alasan, bukan bahagia itu sendiri.

Baca Juga: Traveling menuju bahagia, Yakin? – Harapan Tinggi tentang Bahagia – 2019

Kutipan man's search for meaning - Alasan bukan Bahagia
Kutipan man’s search for meaning – Alasan bukan Bahagia

Akhirnya

Aku menemukan dalam kutipan Man’s Search For Meaning karya Viktor E. Frankl banyak energi dan mengakui secara utuh bahwa setiap pengalamannya adalah kisah yang melahirkan berkehidupan.

Tiga kutipan, kalimat sederhana tetapi memiliki lapisan dalam. Membawa warna hidup pada series Senin kali ini.

Baca juga series Senin lainya: Aku dan Tokoh

Kamu, sudah membaca buku ini? Jika sudah, boleh dong cerita, apa makna yang kamu temukan setelah membacanya? Kalau belum, semoga tulisan ini membangkitkan keinginanmu untuk membaca.

Apapun itu, yuk cerita di kolom komentar. Karena mungkin, dalam kisahmu, ada makna yang sedang menunggu untuk dijadikan alasan berbahagia.

Lalu, apa makna yang sedang kamu rawat hari ini?

Mall Nusantara Semanggi Jakarta, September 2025
Ditulis sambil menikmati teh asal Cina dan melihat insan-insan berkencan bersama waktu dengan nikmatnya.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

12 Responses

  1. Mbak Nik, bagian tentang penderitaan yang justru bisa jadi sumber kekuatan itu ngena banget, bikin ikut merenung.

    Aku juga suka pas mbak nulis “mengalami maka hidup”, bener sih kadang kita lupa kalau setiap kejadian seneng atau pun susah, itu tandanya kita lagi benar-benar hidup.

    Dan soal bahagia bukan alasan, wah reminder manis banget kalau bahagia itu muncul dari dalam, bukan dicari-cari.

    Terima kasih buat tulisan yang indah dan penuh makna ini, bener-bener bikin hati adem sekaligus mikir dalam.

    Sehat dan sukses selalu ya, Mbak Nik.

  2. Manusia cari alasan untuk bahagia => benar juga sih kalau dipikir². Sebab dalam menakar bahagia seseorang itu kan tidak bisa dianggap rata ya. Bisa saja misalnya antara A dan B sama bahagianya, tapi bisa juga tidak. Sehingga A dan B harus cari sendiri alasannya untuk merasa bahagia atas sesuatu itu

  3. Ada betulnya mba yang disampaikan oleh penulis buku Man’s Search for Meaning. Semuanya sangat relevan dan ngena. Bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun sebetulnya manusia sedang dibentuk untuk menjadikan lebih baik dan powerfull lagi ya.

    Hanya saja, saat mengalami penderitaan kadang susah mikir positif hehehe. Tapi semakin kesini, banyak buku bagus menginspirasi yang bisa kasih pencerahan dan bikin hidup lebih bermakna. Kadang listing buku yang masih antri nunggu dibaca bisa jadi salah satu penyemangat untuk tetap hidup dan menemukan kebahagiaan sederhana dari melakukan yang di sukai.

  4. merenung dalam banget membaca artikel ini
    apalagi pas bagian penjelasan versi Mbak Nik terkait kutipan
    Penderitaan Tidak Menimbulkan Iri
    saya renungkan hal itu
    tapi benar juga saya merasakan (pada akhirnya) kalau semua sudah sesuai qodho dan kodar, jadi untuk apa iri terhadap hal lain ya?

  5. Biasanya yaa, ka Nik.. orang itu cenderung adu kesedihan ketika seseorang bercerita. Entah itu sebagai bentuk dukungan psikologi atau dia ingin menunjukkan kalau ia lebih menderita dari lawan biacaranya, aku juga bingung.

    “Penderitaan Tidak Menimbulkan Iri” itu betul sekalii.. tapi juga bisa jadi menimbulkan persaingan subjek yang paling menderita…

  6. ternyata benar juga ya, Mbak. Penderitaan tidak menimbulkan rasa iri. Sesuai pengalaman pribadi saya, saya tidak pernah merasa iri dengan penderitaan ornag lain, begitu pun sebaliknya, orang lain tidak pernah ada yang iri dengan penderitaan saya, termasuk keluarga terdekat dan teman-teman.
    Penderitan memang menimbulkan perih. Namun harus segera bangkit karena yang bisa menyembuhkan perih itu hanya diri sendiri. Penderitaan membuat semangat menjalani hidup lebih baik di masa datang. Karena tidak mau mengalami penderitaan yang sama.

  7. Manusia bukan berusaha mencari kebahagian, melainkan mencari alasan untuk bahagia inilah sebuah kutipan yang cukup mengenal karena kadang-kadang bahagia itu sudah ada tapi kita suka tidak menyadari atau tidak bersyukur untuk bahagia dan mencari-cari hal lain yang sulit dicapai

  8. Baca ini jadi balik berkontemplasi. Bagaimana setiap tempaan yang hadir pada diri kita itu selalu membuat diri semakin kuat, tidak kuasa untuk jumawa

  9. aku udah baca buku ini mbaak. dan bener, buku ini emang bagus banget dan sarat akan makna. aku juga jadi belajar banyak melihat perspektif baru selama baca buku ini. meski agak2 ngeri juga dengan cerita di penjara. tapi penulisnya keren banget bisa mengambil hikmah dari setiap hal

  10. Dari judulnya aja Man’s Search for Meaning, udah mengindikasikan sesuatu yang dalam akan banyak jadi bahan perenungan dari buku ini.

    Benarlah bahwa hal-hal material — yang sering kita maknai sebagai kebahagiaan — itu tidak selalu benar adalah bahagia yang dicari. Kebahagiaan ternyata bukan hal yang konsensus, sangat relatif dan dunia hendak menyeragamkannya lewat mindset manusia.

    Ih menarik juga ya, Kak Nik isi bukunya tapi kalau aku baca sambil mencerna pasti dikit-dikit sakit kepala, huhu.

  11. Saya belum baca buku ini, tapi jadi tertarik membacanya setelah baca reviewnya Mbak Nik. Menarik.
    Hm, mencari alasan untuk bahagia. Iya juga yah?
    Kadang kita mau melakukan sesuatu dengan alasan agar kita bisa bahagia, tapi pada dasarnya kita kok bisa bahagia tanpa alasan apa pun.

  12. Semua quote-nya dalam banget maknanya, mungkin karena ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dalam kondisi yang sulit. Dia bisa bilang penderitaan tidak menimbulkan iri artinya udah menderita banget ya hidupnya. Kok saya sedih bacanya..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink