#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Mencintai dengan Ketenangan Jiwa di Tengah Badai – Kenali Rasamu dan Temukan Rahasia Keutuhan

Bagikan

Mencintai dengan ketenangan jiwa, jawaban Kirana ketika ditanya soal mengapa ia begitu tenang melepaskan orang yang dia kasihi. Tanpa ada resah ataupun gelisah. Bertahun bersama dan ketika terpisah tidak ada kesedihan pada dirinya.

Mengapa kamu begitu tenang Kirana, orang yang sudah bertahun bersamamu pergi, tidakkah ada kehilanganmu?

Kurang lebih begitu Merpati bertanya pada Kirana, saat dia menyusuri pantai bersama kuda putihnya.

Kehilangan tentu saja, bersedih sebentar saja karena rasa itu sudah terlalu jelas dari awal. Menerimanya sekaligus siap melepaskan, karena ia sungguh mengasihinya dengan tulus.

Mencintai dengan ketenangan jiwa, apapun yang akan terjadi akan di hadapi dengan tenang. Karena ia sudah mengenali rasa dan itu membawanya pada keutuhan.

Kirana lompat dari kudanya dan membiarkan kudanya berlari menyusuri pantai, ia percaya pasti kembali dan demikianlah selalu. Kudanya mengerti tuannya.

Lalu Kirana duduk di bawah pohon, sayup-sayup melodi Kitaro dia dengar. Sepertinya kafe tidak jauh dari sana, sedang memutar musik kesukaannya itu. Sedangkan hatinya sedang riuh merasakan, bagaimana begitu banyak insan mengatakan cinta tapi tidak secara utuh mengenali rasanya.

Wajahmu manis Kirana, tapi kali ini sedikit muram, apa yang membuatmu resah?

Tidak bisa Kirana bersembunyi pada Merpati itu, selalu saja dia mengerti bagaimana pikiranku.

Sedikit mikir pada insan-insan yang berlomba akan cinta, tetapi begitu rapuh jika ditinggal dan cenderung menyalahkan keadaan mengapa mereka berjumpa.” – Kirana berceloteh.

Mengapa mereka tidak menyadari kalau mencintai dengan ketenangan jiwa akan merasakan bagaimana utuhnya rasa.

Sebentar,
Merpati genit itu bertengger di sebelah Kirana yang sedang memandang deburan ombak berlarian.

Kamu mudah mengatakannya Kirana, karena kamu terlatih mengenali rasa dan sudah berulangkali menemukan rahasianya. Bagaimana dengan mereka?

Mencintai dengan ketenangan jiwa
Mencintai dengan ketenangan jiwa

Baca juga: Cara Mencintai Dengan Utuh – Ketika Logika dan Rasa Saling Memeluk – Rahasia Akar #7

Kenali Rasamu – Cinta atau Butuh Pengakuan untuk di terima?

Bertemu dengan orang yang membuat hati berbunga belum tentu itu sebuah cinta yang tumbuh. Bisa jadi ego sedang dipuaskan karena apa yang di ingin terjadi. Wajah dengan pesona, perlakuan yang menyenangkan. Setiap pribadi akan menerima dengan hangat.

Bertubi perlakuan menyenangkan, bertahun-pun bisa jadi. Bahkan seringkali buta karena manusia tidak akan mampu terus berlaku manis. Buta karena mengabaikan laku yang tidak sesuai, tertutupi pintarnya laku untuk berkata maaf atau apapun itu.

Hingga waktu mempertajam rasa dengan kejadian yang tidak menyenangkan. Maka pertanyaan ini perlu di sadari.

“Apa rasamu yang paling terasa ketika cinta tak dibalas — sedih, marah, atau kehilangan kendali?”

Tiba-tiba terlihat dengan jelas, orang yang begitu mempesona itu ternyata tidak membalas rasa, dia hanya berlaku biasa saja tanpa ada rasa berlebih untuk mengikat satu sama lainnya. Tak terbalas.

Lalu masihkah ada senang dan berbunga itu? Apakah benar itu cinta?

Jika kekecewaan lahir, kepahitanpun ikut dan apalagi dengan kemarahan maka sudah di pastikan rasamu sebelumnya itu bukan cinta, tapi rasa yang ingin diakui. Maka disinilah perlu mengenali rasa. Karena mencintai dengan ketenangan jiwa adalah kunci dari keutuhan.

Bersama Bukan hanya soal Cinta

Berkomitmen belum tentu cinta, berkeluarga belum tentu karena cinta. Hidup bersama-pun belum tentu Cinta. Begitu juga sebaliknya. Cinta bukan soal komitmen atau bersama, tetapi jauh lebih besar dari itu.

Kenali rasamu, tidak perlu buru-buru mengatakan kalau rasa senang dan bertahan dalam hubungan itu sebuah cinta.

Bisa jadi itu hanya memuaskan satu sama lainnya. Buktinya jika tidak saling memuaskan yang di temukan jalan berpisah.

Cinta tidak pernah mau menjauh, dia selalu terpaut jiwanya. Jika memutuskan bersama dengan dasar cinta kata pisah itu seperti maut. Seperti neraka yang tidak ada pilihan untuk itu.

Kemudian yang paling mudah untuk mengenali itu cinta, ketika insan yang terpaut memiliki rasa hormat yang tinggi. Saling menjaga dan yang ada bagaimana caranya orang yang dicintai hidup baik dan benar. Karena Ketika cinta sejati hadir, hati menjadi damai dan tenang.

Baca Juga: Mencintai diri Merawat hidup mengutamakan 3 hal ini.

Mencintai dengan ketenangan jiwa
Mencintai dengan ketenangan jiwa

Kirana berceloteh panjang lebar tentang Kenali Rasamu – Cinta atau Butuh Pengakuan untuk di terima pada Merpati. Menjawab pernyataannya kalau Kirana sudah terlatih mengenali rasa.

Mencintai dengan ketenangan Jiwa

Bunga liar itu ikut menimpali obrolan sore itu.

“Mungkin kamu beruntung Kirana, karena waktu dan kehidupanmu dilatih waktu dengan baik, banyak insan mendukungmu, ketika pelatihan hidup dengan banyak persoalan, kamu mendapatkan banyak yang mengarahkan, sehingga sudah terbiasa mengenali rasa, mana cinta, mana keinginan, nafsu atau hanya emosi.”

Kirana terdiam, perkara mencintai dengan ketenangan jiwa memang tidak semudah mengenali rasa saja, tapi ada proses panjang yang perlu di validasi. Bagaimana diripun butuh utuh terlebih dulu dengan segala keadaan, tidak mudah terpancing perlakuan manis dan begitu banyak elemen dalam mengenali rasa.

Merpati genit cekikikan melihat wajah Kirana yang makin prihatin pada hidup. Karena dalam resahnya, Kirana disadarkan kalau begitu banyak bagian perlu dibenahi soal mencintai dengan ketenangan jiwa.

Kirana hanya bisa berharap pada waktu, untuk memberi hikmat baik pada setiap pribadi untuk tidak buru-buru mengatakan mencintai,perlu mengenali lebih tenang.

Maka mungkin yang perlu ditanya pada diri ketika rasa berbunga itu hadir, perlu di sadari dan bertanya,

Jika kelak lakunya tidak menyenangkan, apakah masih ada rasa hormat dan kagum padanya?

Lalu bila rasa tenang dan kagum itu tetap ada, langkah jiwa yang kuat dan utuh sudah hidup dalam dirimu. Maka melangkahlah mencintai dengan ketenangan jiwa.

Kemudian

Kirana bersiul memanggil kudanya dan dia melompat padanya, lalu menyusuri pantai bersama senja yang begitu mempesona. Meninggalkan suara kitaro yang begitu teduh, dengan harapan waktu sedikit berbaik hati memberi rangkulan mesra, pada insan yang mudah berbunga hatinya, untuk membangun diri mencintai dengan ketenangan jiwa.

Jakarta, Oktober 2025
Ditulis untuk jiwa yang rapuh dalam mencintai. Sebagai series Kembali ke Akar Kehidupan.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

14 Responses

  1. Berkomitmen belum tentu cinta, berkeluarga belum tentu karena cinta. Hidup bersama-pun belum tentu Cinta….bener juga sie ini kata2 nya mbaa kan ada juga yang menikah karena tuntutan orang2 disekitar bukan karena dasar cinta.,,ada juga yg hidup bersama karena hanya berdasar nafsu belaka..
    Apapun itu jika kita mencintai seseorang menurutku pasti kita akan saling menghormati dan menjaga untuk bisa bahagia bersama 🙂

  2. Berkomitmen belum tentu cinta, berkeluarga belum tentu karena cinta. Hidup bersama-pun belum tentu Cinta. Begitu juga sebaliknya. Wha ini aku kok merasa tertampar banget baca ini ya mbak, hehehe.
    Entah mengapa aku jadi keinget satu quotes ini : “Pria hanya jatuh cinta satu kali, sisanya melanjutkan hidup”. Heuheuheu. Tapi sebisa mungkin gak seperti ini ya. Hidup bersama bukan karena terlanjur lama, tapi karena rasanya yang masih sama.

    1. setuju bangett.
      kadang itu berupa kompromi dan pasrah aja sih 😂✌️
      gapapa lah. daripada pakai alasan cinta, ntar malah overprotected dan sakiittt bgt klo dikhianati

  3. Cinta Memang sering dikatakan pengikat segalanya. Padahal tidak selamanya benar. Karena banyak orang yang menikah lalu hidup bersama. Awalnya pun tanpa cinta. Cinta pun akan pudar seiring waktu ya Mbak. Makanya jangan terlalu mencintai seseorang atau sesuatu. Sisakan sedikit ruang hati. Karena dia akan pergi pada waktunya.

  4. “Cinta… Deritanya tiada akhir.” Entah kenapa tiba-tiba teringat kata-kata Chu Pat Kai itu. Nggak nyambung sih ya. Tapi menurutku memang di beberapa kasus, cintalah yang pada akhirnya paling menyakitkan. Kalau nggak cinta, saat hal buruk terjadi, nggak akan terlalu sakit. Termasuk saat kehilangan. Begitu juga sebaliknya. Cinta seringkali membuat kita senang dan sakit secara berlebihan.

    Entahlah. Itu hanya menutut saya saja.

  5. Aku suka bagaimana cara Kak Nik menggambarkan bahwa mencintai bukan hanya soal perasaan yang membara, tapi juga soal ketenangan jiwa dan mengenali rasa. Kena banget ini bahwa cinta yang hadir justru ketika kita memberi ruang pada diri sendiri untuk tenang dan bernafas, bukan ketika kita terus mengejar-kejar. Aku setuju dengan istilah berkomitmen belum tentu cinta, berkeluarga belum tentu karena cinta.

  6. Sering dilupakan karena terlalu banyak mencintai dengan cara yang lain heheheheh Konsep ‘mencintai dengan ketenangan jiwa’ itu keren banget. Kirana bener, kadang kita mikir itu cinta, padahal cuma butuh diakui ya.
    Jadi, intinya harus kenal diri sendiri dulu sebelum melangkah mencintai orang lain. Benar-benar bikin mikir dalam-dalam, apalagi soal ‘rasa hormat yang tinggi’ sebagai tanda cinta sejati. Semoga jadi pengingat buat kita semua

  7. Inti dari kebahagiaan hidup adalah ketenangan ya. Di tengah kondisi apapun.

    Baca ini sambil berusaha menenangkan diri.

    Bagi penyintas serangan panik, kudu belajar mindfulness biar lebih tenang.

  8. Tulisan ini mengingatkan kalau cinta yang tenang justru tumbuh dari penerimaan dan rasa syukur. Kadang yang kita butuhkan bukan cinta yang besar, tapi yang menenangkan dan membuat hati merasa cukup.

  9. Sebuah tulisan yang penuh dengan pengingat baik. Sungguh takjub sekali, bahwa mencintai pun kalau dengan ketenangan jiwa, bisa sepenuh hati dan lebih mudah menerima perpisahan ya.

    Terbilang sangat tulus, namun realistis. Jika sudah terpisah, melepas dengan damai. Tidak lagi merasa sakit dan kehilangan.

    Suasana senja di tepi pantai yang tergambar sangat indah sekali.

  10. Aku dulu gak pernah paham makna “Cinta tak harus memiliki”
    Tapi, semakin dewasa, jadi semakin banyak unconditional love yang ternyataa.. banyak sekali faktor mengapa seseorang itu memilih untuk berpisah dan hanya bertemu dalam fanaNya. Bisa jadi, saling mendoakan akan menjadikan pribadi mereka tak saling membenci satu dengan yang lain dan tetap respect.

  11. Memaknai kehilangan itu sesuatu yang bisa dibilang nggak mudah tetapi dengan penerimaan dan keikhlasan ketika kita melepaskan maka sejatinya Tuhan sedang membuka tanganmu agar kamu bisa menerima dan mendapatkan yang lebih baik.

  12. daleeeeemmmm banget nih mbak
    berasa kesentil banget
    ya, cinta tidak harus diwujudkan dengan tinggal bersama, cinta pun tidak membutuhkan pengakuan
    semua itu tentang rasa
    sejatinya tak ada yang abadi kecuali ketidakabadian itu sendiri. memaknai hidup dengan rasa yang ada, biarlah rasa itu menjadi milik pribadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink