#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Mengapa Membenci itu Haram – Tentang Nilai Rejeki dan Hidup – 2025

Bagikan

Mengapa membenci itu haram?

Marah boleh, benci jangan

Merasa tidak nyaman atas suatu kejadian tentu saja boleh, itu hanya sebuah reaksi rasa. Namun, yang menjadi suatu persoalan ketika apa yang tidak nyaman itu membentuk kebekuan jiwa. Lebih berbahaya, ketika rasa itu menjadikan luka pada diri atau orang lain.

Baik, sebelum lanjut mengapa membenci itu haram, sejenak ingin menyapa Rere.

Hi, Re!

Tentang Labuan Bajo, aku sudahi dulu ya. Semoga tulisan ini bisa memberi nafas atau henti sejenak akan keinginan jelajah si tampan itu. Aku selalu menggambarkan sebuah pulau seperti gadis atau lelaki gagah-kalau Raja ampat aku menyebutnya lelaki gagah nan misterius dan Labuan Bajo itu seorang lelaki tampan dan periang.

Entah kenapa, aku berharap dirimu bisa ke Labuan Bajo, mungkin bersama aku. Amin aja dulu ya.

Apa itu Benci?

Labuan Bajo selalu memanggil dengan pesonanya—seperti seorang lelaki tampan yang menyambut dengan senyum cerah. Barangkali, keterbukaan dan keriangan itu adalah yang membuatnya menarik: ia tidak menyimpan dendam, tidak membiarkan kebencian mengeruhkan langitnya.

Dan begitu pula dengan kita. Ada keindahan dalam melepaskan dan merelakan, dalam memahami bahwa kebencian hanya menjadi awan mendung yang menutupi cahaya rezeki kita sendiri.

Maka mengapa membenci itu haram? Mari kita lihat lebih dekat apa itu benci,

Membenci adalah perasaan tidak suka yang sangat kuat terhadap seseorang atau sesuatu.

Begitu definisi yang aku ambil dari Mbah Google.

Tidak suka yang sangat kuat

Lebih tajamnya fokus lima kata itu dan menjadi perhatian adalah SANGAT KUAT

Kita ini terlahir lengkap dengan segala perlengkapan, termasuk rasa atau emosi. Ada bahagia, sedih, senang, kecewa, pedih, marah, tidak suka-yang jika dibiarkan menebal, bisa menjadi benci.

Semua rasa itu memiliki tujuan; itulah yang membuat hidup menjadi berarti. Maka, logika dan nurani berperan penting dalam menentukan kapan rasa itu perlu dimainkan dan kapan perlu disimpan.

Mengapa membenci itu haram?

Mengapa membenci itu haram
Mengapa membenci itu haram

Foto di atas diambil dengan HP Oppo Reno3 Model CPH2043, ColorOS Version V12.1, Android Version 12—tanpa edit—pada Sabtu, 8 Februari 2025, di dusun Cisadon.

Kenapa aku informasikan ini secara detail? Karena begitu pula dengan emosi kita—sering kali hanya diberikan ruang tanpa diberi pemahaman mengapa mereka hadir.

Contoh: ketika diri diberhentikan secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, tanpa diberi waktu seharipun untuk mencerna, merasa marah, kecewa. pedih dan pikiran langsung memerintahkan untuk membenci, karena perasaan tidak suka terhadap orang itu sangat kuat.

Nah, di sinilah pentingnya pengendalian diri. Tanyakan dengan jujur pada diri: “Apakah dengan marah semuanya akan terselesaikan?”

Aku pernah mengalami kekecewaan besar-sedih yang begitu kuat tapi bisa dikendalikan. Kala itu, umurku kurang lebih 25 tahun , dan detail ceritanya ada di kisah semua kembali padamu.

Saat kejadian berlangsung, sering kali kita lupa, tetapi seperti yang aku sampaikan di awal: Marah boleh, benci jangan.

Artinya, jangan biarkan amarah itu mengeras menjadi kebencian, karena pada akhirnya, yang terluka paling dalam adalah diri kita sendiri.

Terus mengapa membenci itu haram?

Mari cerna lebih dekat, kebencian itu seperti halnya membawa sesuatu yang busuk dan itu merugikan diri sendiri.

Konon ada sebuah analogi tentang rejeki.

Rumah bersih dan terang itu membawa rejeki melimpah, hubungan yang harmonis itu membawa rejeki

Aku sendiri percaya dengan itu,

Karena hal-hal baik itu senang dengan terang dan bersih, sama dengan diri jika diliputi hal busuk apakah rejeki mau datang?

Bertanya dan Prasangka Baik

Mari kita telaah beberapa contoh pemicu amarah yang bisa berkembang menjadi kebencian:

1. Keluarga yang Tidak Peduli

Kita tidak bisa memilih keluarga tempat kita lahir—lingkungan, kondisi, atau cara mereka mendidik kita

Seiring waktu, beberapa pribadi merasa keluarga tidak punya peran baik dalam mendidik, bagaimana penerus mampu menghadapi dunia dan peran orang tua atas luka yang tumbuh dari masa kecil sering kali menjadi bibit kebencian

Bagaimana melepaskan kebencian itu?

Bertanya dan berprasangka baik.

  • Kenapa orang tua berlaku seperti itu? Jangan-jangan merekapun memiliki luka yang sama sehingga cenderung membalasnya pada penerus? atau mungkinkah tekanan hidup pada saat itu membuat mereka tidak sadar bahwa anak-anak butuh diperhatikan.
  • Mungkinkah dengan memperlakukan seakan tidak perduli itu sebenarnya mendidik untuk mandiri, karena mereka tahu hidup itu tidak mudah?
  • atau hal-hal lain mungkin tak terpahami.

2. Lingkungan yang Tidak Mendukung

Kebencian sering kali tumbuh dari ekspektasi yang tak terpenuhi. Misalnya: penyuka kerapian bertemu dengan seseorang yang berantakan, orang yang selalu tepat waktu berhadapan dengan seseorang yang selalu terlambat, atau kepercayaan yang diberikan dalam bisnis tiba-tiba dikhianati.

Mengapa membenci itu haram tentang nilai hidup yang perlu ditilik bahwa segalanya berubah.

Bagaimana cara menghadapinya?

  • Sebenarnya siapa yang memberi ruang pada harapan? Kesukaan itu apakah selalu sama? Bagaimana caranya menghadapi perbedaan?
  • Mungkinkah perkara terjadi itu memberi pelajaran bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang pasti? atau apa yang pasti dalam hidup?

Mengapa membenci itu haram tentang dua hal diatas hanya sebagian secara global, memberi ingatan bagaimana sepatutnya berlaku. Mengingat bahwa segala didikan bagi insan-insan yang tidak berlaku tepat yang kita sebut pemicu marah.

Kadang tanpa sadari sering berpikir, punya hak untuk mendidik dengan gegabah memberi pelajaran. Boleh saja, tapi jujur pada diri. Iyakah amarah itu untuk kebaikan, bukan untuk memuaskan diri.

Apalagi sudah membentuk kebencian dan itu haram.

Mengapa membenci itu haram, karena segala perkara itu punya tujuan, menutup rejeki dan pembalasan itu Hak-NYA.

Kesimpulan

Mengapa membenci itu haram?
Karena kebencian menutup pintu rezeki, menghambat ketenangan, dan sering kali menjadi beban bagi diri sendiri.

Banyak bertanya, selalu berprasangka baik.

Berprasangka baik bukan berarti berpikir positif secara berlebihan, tetapi memahami bahwa hidup memiliki pengaturannya sendiri—bahwa segala sesuatu terjadi dengan tujuan.

Bagaimana?

Masih belum mencerna dengan baik mengapa membenci itu haram?

Mungkin kamu perlu duduk manis denganku, berdialog lebih mendalam untuk melihat nilai rejeki dan hidup.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

16 Responses

  1. He, aku suka dan tau banyak Labuan Bajo justru dari tulisan Kak Nik, sebenernya bukan harus berhenti, cuma q aja yg payah belum bisa ke sana Kak :'( (Semoga setelah ini bisa ke sana, sama Kak Nik, amin, he)

    Thank u banget sudah diingatkan soal membenci Kak, memang ada beberapa kondisi yang membuat kita membenci sesuatu atau seseorang. Adakalanya emosi datang lebih dulu tanpa perenungan. Padahal kalau mau dengan menyematkan pertanyaan ‘mengapa’ dan dilengkapi dengan prasangka baik, kita bisa tidak membenci dan hidup lebih tenang.

    Betul kata Kaka, marah itu tidak untuk kebaikan tapi hanya menuruti napsu dan memuaskan diri sendiri. Semoga aku selalu diingatkan oleh tulisan Kak Nik, bahwa marah boleh tapi benci jangan 🙂

  2. Setuju banget kalau kita nggak boleh membenci, hidup jadi nggak tentram sementara yang dibenci mungkin biasa-biasa aja… Selain itu, apa yang terjadi pasti sudah melewati approval Allah SWT, dan semua yang disetujui oleh Dia pasti ada hikmahnya, lebih baik fokus pada hikmah yang ada daripada membenci… Insya Allah hidup akan lebih baik… Amiin ya Rabbal’alamiin…

  3. Jadi ingat kutipan di salah satu film Korea. Memaafkan adalah memberi ruang pada rasa benci. Memang bener. Kalo benci berubah jadi dendam kesumat malah bikin dada sesek dan emosi sendiri. Gak sehat ya.

  4. Setuju Kak Nik, karena membenci itu gak baik buat badan. Sebab bikin jadinya berpikir terus, kalo iya yang dipikirin ikut mikir, lah kalo nggak malah dianya asik cetak pulau (eh bobo maksudnya wkwkwk).
    Belum lagi, dengan punya rasa benci dalam diri, maka akhirnya jadi mendendam, terus habis dendam mau apa? Lanjut lagi? Kan capek yak. Lebih baik panjatkan do’a dan bersyukur biar lebih tenang menjalani hidup.

  5. Membenci itu beneran bisa merusak lahir batin si pemnenci ya mba. Beneran bak sesuatu yang kian membusuk, jadi kesumat dan berbahaya sekali.

    Terima kasih atas pengingatnya. Semoga saja saat marah atau kesal karena sesuatu hal, bisa merenung memberi ruang untuk lebih tenang hingga mampu menelaah dengan baik kemudian membuka pintu maaf. Membenci itu impactnya memang tidak bagus baik bagi emosi, kesehatan diri apalagi prihal rezeki. Semoga aku tidak menjadi sosok pembenci 😇.

  6. membenci bisa bikin stres sendiri, apa-apa yang kita pikirkan dari kebencian malah bikin kita nggak happy.
    memang kadang kalau udah sakit hati sampe naik ke ubun-ubun, mungkin susah gitu buat ngilangin rasa benci. Tapi memang kudu dipaksa juga. Segala pembalasan biar Tuhan yang membalas, selama kitanya berada di jalur yan gbener
    perlu control emosi yang baik, ketika kita dihadapkan sama masalah-masalah, biar nggak muncul kebencian gitu

  7. Aku pernah membenci kakakku mbak. Dua tahun lamanya kita gak bertegur sapa. Tapi yaa, pada akhirnya itu gak baik untukku, karena mau gimanapun hubungan darah ga bisa dihilangkan ya.
    Untungnya pelan-pelan orang tuaku mencoba mendekatkan kembali, dan sekarang kita malah satu kerjaan, hahaha.
    Yah, marah boleh. Tapi membenci itu haram ya mbak nih.

  8. Membenci adalah tingkat paling parah dalam sebuah perasaan akan tetapi itu bisa dihindari dengan lebih memikirkan lagi hal-hal positif yang bisa dilakukan selain membenci karena hidup ini terlalu pendek dan berharga untuk menghabiskan waktu untuk membenci sesuatu

  9. Dalem banget ya uraiannya mba Nik berasa jleb banget gitu, membenci itu selalu jadi boomerang, termasuk juga menutup pintu rezeki ya. Kalau saya benci mungkin rasanya ga pernah tapi ada persaan kesal dan marah terhadap sesuatu atau orang. atau sebenarnya itu bentuk benci ya, mislanya kalau dibhongin saya paling kesal atau paling benci, mungkin mirip ya, tapi appaun itu sepertinya memang jalan keuarnya adalah memaafkan meskipun berat

  10. Wah marqh sama orang asing aja rasanya gak enak, apalagi kalau aama.keluarga sendiri ya mbak.
    Aku pribadi kalau gak suka sama orang yawda “cukup tau aja” gitu lha, gak sampai yang gedeg banget. Kalau ketemu ya B aja, tetapi waspada aja supaya gak terlibat jauh.
    Suka sedih juga kalau liat ada temen yang dulu bersahabat lalu musuhan sampai lupa masq2 bahagia. Padahal saat masih baikan pastinya ada banyak kebaikan. Ibaratnya nila setitik rusak susu sebelangga. Semoga kita gak gitu. Mencintai maupun membenci porsinya sama2 kecilin aja gak usah berlebihan yak.

  11. Dulu pernah mengalami fase bisa membenci orang sedalam-dalamnya. Karena sudah nyakitin hati. Tapi lalu aku ngerasain hidupku kok ya mumet banget. Mau ngapa-ngapain susah. Akhirnya tersadar kalo itu karena pikiran dan hati terlalu membenci. Padahal orang itu udah minta maaf. Aku pikir, kok ya membusukkan diri sendiri. Bisa jadi orang itu udah dimaafkan Tuhan atas kesalahannya. Akunya yang malah nambah2 dosa dengan terus benci.
    Orang bilang memaafkan tapi tidak melupakan. Susah memang melupakan. Tapi aku terus mencoba. Semoga pada saatnya, bisa mencapai titik itu. Sebab saat sadar aku memaafkan dan melupakan, alam bawah sadar ternyata tidak. Sering kebawa mimpi. Itu juga karena aku mungkin masih belum ikhlas ya. Kudu belajar banyak dari Mbak Nik. Biar hidup adem, tenang, sehat, dan awet muda. 🙂

  12. Seringkaliii merasa bahwa benci itu gak bisa dikendalikan.
    Marah dengan paket lengkapnya, pastilah membenci.
    Pasti terdengar buruk yaah.. dan kalau sudah benci, efeknya buruk sampai ke perkataan orang tersebut ((bila benci pada orang)) — rasanya pasti buruk, penuh ujaran kebencian, dsb.

    Biasanya ada 5 golongan modelan yang jadi sasaran kebencian orang nih..
    Para gibol, wibu, pecinta Korea, masa-masa kampanye dan orang jatuh cinta.

  13. Duh iya, memang membenci itu nggak baik
    Perasaan benci bisa mengotori hati kita
    Tapi seringkali, perilaku orang begitu jahat, sehingga rasa benci dalam diri tidak bisa dikendalikan

  14. Aku memaklumi bahwa membenci bisa merusak kesehatan kita sendiri, karena yg keingat sama kita perlakuan jahat dari org tsb, dan kita tidak bisa terima. Walau demikian, aku mengakui masih ada orang-orang yang tidak aku sukai dan tidak akan bisa berbaikan seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Benci yang sampai menusuk banget sih sudah tidak lagi, karena rugi dong akuh, aku sakit yg bikin gara2 malah baik2 saja.

  15. Tidak suka lama-lama memang bisa membuat benci. Termasuk pada seseorang. Maka kalau saya, segera men jauh dan tak bersinggungan sama sekali. Saya Bisa saja memaafkan, tapi untuk baik lagi padanya, sudah tak bisa karena yang Paling penting menjaga hati diri sendiri

  16. Karna membenci membuthkan energi, jadi rasanya sayang kalau energi yang ada digunakan untuk melakukan perbuatan unfaedah seperti membenci..kalau orang Jawa bilang “eman-eman” hehehe. Lagipula membenci tidak menyelesikan masalah juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink

Daftar dan dapatkan update terbaru

Subscription Form