Pertarungan logika dan rasa, dialog Mars dan Venus, dua hal mendalam Jatuh Cinta Seperti di Film-Film.
Mengulik film ini bukan karena kisah cinta 40 tahunan, bukan ya.
Sungguh bukan.
Bukan juga karena film ini memenangkan banyak penghargaan, menonton film ini seperti biasa karena berseliweran story mengungkapkan sangat layak untuk ditonton, memiliki keunikan sendiri, nuansa hitam putih.
Hingga kubertanya pada kawan, sebagus itukah?
Penjelasannya masuk akal, tidak lama dari diskusi itu langsung nonton di Netfix.
Tawa ini tak bisa dibendung, bukan soal bagaimana adegannya lucu, tapi lebih setiap dialog seperti mengungkapkan kebenaran dalam realita. Hingga logika ini tiba-tiba berbenturan dengan rasa, penyajian kemesraan dialog di film ini begitu tepat dengan OST nya.
Bercinta lewat kata. Mesra, penuh makna.
Pertarungan Logika dan Rasa
Tulisan ini kembali bukan tentang bagaimana alur dan isinya, aku melihatnya dari sisi yang mungkin tak banyak dilihat orang, seperti series drama korea dalam tulisan di halaman sebelumnya.
Tentang alur dan lainnya mungkin bisa membaca tulisan ini untuk yang ingin tahu dan belum menontonnya.
Penuh makna, begitu gambaran yang aku lihat dari film ini. Bagaimana kaum Mars berlogika, Venus dengan rasa, pandangan umum tentang cinta, dalamnya mencintai, proses pembuatan film, indahnya dialog sampai asumsi yang kadang terlalu besar memainkan perannya.
Pertarungan logika dan rasa menjadi dasarku melihat sisi film ini, bagaimana kaum Mars dan Venus ini memiliki perbedaan tapi ada dalam lingkaran rasa yang sejatinya menyatukan.
Kuatnya Dialog
Sebelum lanjut, aku ingin bertanya pada pembaca.
Apa kabar jiwamu?
Kapan terakhir menjenguknya dengan tenang, tanpa hiruk pikuk kecepatan teknologi yang mengejar. Riuh karya-karya gemerlap, penuh kecerdasan logika.
Bangun dengan bergegasnya, kadang melumat rasa makanan pagipun tanpa melihat siapa didepan atau samping. Bahkan mungkin duduk bersama dipagi hari sebuah gambaran yang langka.
Tawa getirku hadir berulang ketika nonton Jatuh Cinta Seperti di Film Film ini, bagaimana penulis yang mengajukan sebuah naskah kisah sederhana hitam putih dengan dialog, dijawab pernyataan bahwa naskah itu tidak akan menjual.
Nyatanya, akhir dalam gelut tawar menawar skenario bagaimana produser mengejar tenggang waktu yang membuat penulis jatuh sakit.
Mendalam dialog satu hal yang aku lihat dalam sisi film ini bagaimana Agus tokoh utama pria begitu gigih memberi pengertian pada Hana tokoh utama wanita, tentang cinta.
Hana digambarkan pada adegan awal, dia begitu mencintai suami yang telah meninggal, tegas menyatakan dia tidak akan jatuh cinta lagi karena rasa itu sudah penuh diberikan pada suami.
Beberapa adegan dialog mendalam bagaimana Hana begitu teguh atas cinta pada suami yang sudah meninggal itu logikaku tertawa begitu riuh, mengingat betapa banyak insan terlalu percaya diri bahwa cinta itu mengikat.
Cinta membelenggu diri dengan kepedihan tanpa ada hadirnya sosok yang dicintai, menutup diri yang sejatinya cinta itu memeluk luas.
Dialog-dialog mendalam di film ini sejujurnya menggoreng rasa yang seringkali menipu, hingga pertarungan logika dan rasa itu semakin sengit.
Tentang kaum Mars (Agus) dan Venus (Hana) satu perwakilan planet yang berbeda, masing-masing berdialog menyatakan kebenarannya.
Sederhana
Menarik buatku juga penulis menyajikan gambaran kesederhanaan hidup, tentang keseharian dan bagaimana pertemuan yang manis dan menjalani hidup.
Senyumku sungguh melebar ketika Agus disalah satu adegan berada di rumah kawannya seorang editor (Cheline) bersuamikan aktor (Dion).
Agus sedang sengit beradu dialog dengan Cheline soal editor film, Dion asyik melipat baju dan ketika diminta bantuan soal film, dia menjawab dengan urusan cucian baju.
Sederhana,
Keindahan hidup tidak selalu soal keberhasilan tapi bagaimana mampu melihat perbedaan topik ada dalam satu gambaran dengan tersenyum
Gambaran sederhana dalam keseharian juga diangkat ketika Agus menemani Hana membeli bunga, pertarungan logika dan rasa juga hadir disana.
Ketika Hana mengutarakan bagaimana bunga bisa mewakili rasa sebuah ungkapan dan Agus menimpalinya dengan dialog bahwa film itu bisa jadi pengalaman menjadi orang lain.
Kuat dan mendalam dialog pertarungan logika dan rasa dalam film ini.
Kilas Balik & Asumsi
Nonton film ini ingatanku kembali pada novel-novel Sidney Sheldon, tulisan dalam novel itu dengan kilas balik. Jika penyuka novel tulisan runut akan memiliki kesulitan membacanya.
Entah kenapa sejak mengenal novel aku sudah jatuh cinta dengan tulisan-tulisan Sidney Sheldon dan tanpa sadar itu membentuk penulisanku dalam proses pembuatan buku.
Jatuh cinta seperti di film-film juga mengambarkan beberapa adegan kilas balik, lihat saja ketika awal film ini dimulai, sudah memperlihatkan nantinya akan menjadi satu kesatuan pada adegan akhir.
Yang belum dan yang mau nonton, siapkan diri untuk melihatnya dengan sabar, tenang dan nikmati setiap hal gambaran di film ini.
Selain bernuansa kilas balik film ini juga menunjukkan tentang betapa kita sering memiliki asumsi pada keadaan. Pertarungan logika dan rasa tentang mendalam dialog, akhirnya memperlihatkan bahwa apa yang terlihat dalam gambaran sebelumnya itu hanya asumsi.
Gambaran Hana yang akan terluka, marah besar saat kisah hidupnya di filmkan, akan tidak etisnya mengungkapkan cinta pada seseorang yang baru ditinggal orang dicintai, Hana terluka atas kejujuran Agus tentang duka dan hal lainnya.
Asumsi memang setajam itu membentuk logika tanpa perduli rasa sejatinya indah, sederhana ketika menerima semua yang terjadi sebagai bentuk proses
Pertarungan logika dan rasa sangat terlihat di film ini, ketika gambaran prasangka terlihat jelas hingga akhirnya melihat sebuah plot twis.
Kejutan manis diakhir-akhir cerita sejatinya Hana tidak marah besar ketika kisahnya difilmkan, bagaimana duka diterima dengan berlogika, mencintai insan yang berduka memiliki kekuatan memulihkan.
Apakah cinta masih sama jika kau tahu ujungnya
Melodi itu menusuk ingatan, tentang benarkah rasa tetap ada ketika apa yang di logika tidak sesuai dalam kenyataan.
Mencintai Seutuhnya
“Deny tuh nempatin ruang di hatimu gede banget ya, kalau gua minta bagian kecilnya aja, itupun kalau masih ada”
Kalimat pamungkas, ter-romantis, menusuk ruang riang menari dengan rindu.
Dialog sederhana, mencintai seutuhnya karena rasa tidak bisa diusir begitu saja.
Apakah Agus meminta untuk mencintai seorang sahabat lamanya disaat duka mendalam kehilangan orang dicintai?
Apakah rasa perduli dengan keadaan?
Pertarungan logika dan rasa yang tergambar diawal film sampai pertengahan itu menempatkan realita bahwa menyampaikan hal yang mungkin tabu adalah sebuah cara membunuh asumsi.
Jatuh Cinta Seperti di Film-Film
Kisah asmara diusia 40 tahunan memang tidak seperti Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, dimana sering digambarkan gemerlapnya romantis, melamar atau mengungkapkan rasa di tempat-tempat yang disebut wah.
Ketika waktu sudah lama bersama segala hal yang menggebu seperti tidak perlu lagi, tentu gairah mencintai tidak padam, tapi bagaimana menyampaikan jauh lebih bermakna.
Seperti di film ini, ketika Agus menyampaikan rasa terhadap Hana sederhana tapi dialog-dialog selanjutnya membentuk pikiran mereka untuk saling menerima.
Akhirnya,
Pertarungan logika dan rasa yang terlihat olehku di film ini, membentuk satu kesadaran betapa kita sering berasumsi, kaum Mars yang penuh logika menyampaikan apa yang dipikirkannya dan kaum Venus menyampaikan rasa apa yang ada dalam hatinya.
Sampai kapanpun Mars dan Venus tidak akan pernah sama, tapi waktu sudah menempatkan untuk perlu bersama maka penerimaan menjadi kunci.
Film ini membentuk pikiranku seperti berlapis-lapis, tidak hanya soal pertarungan logika dan rasa, sehingga ulasan ini tidak sampai disini dan kemudian akan kutulis di halaman berbeda dengan melihat sisi,
- Intimnya dialog dalam gairah cinta 40 tahunan
Bagaimana?
Sudah atau mau nonton?
Apakah ulasanku dengan pemikiran pertarungan logika dan rasa sesuai dengan pandanganmu?
43 Responses
Aku nonton film ini sendirian pas tayang hari pertama di bioskop.
dan sepiiiii bgt. seingatku cuma 20-an penonton lah. AC bioskop terasa makin dingiiinn
mungkin karena format hitam putihnya dianggap “aneh” jd org dah males nonton.
dan banyak yg prefer 172 days yg tayang barengan.
padahal filmnya baguuss, chemistry dan akting Ringgo nirina dahlahhh daebakkk
Agak miris memang film bagus tapi sedikit yang aprisiasi, semoga netflik bisa membuat film ini semakin dikenal banyak kalangan.
Aku sudah nonton…dulu pas masih di bioskop banyak banget tuh berseliweran yang bilang klo film ini bagus, ditambah ost juag keren banget menurutku,,,aku suka banget sama lagunya.
Sayang pas di bioskop belum kesempatan lihat trus pas tau sudah keluar di netflix langsung deh nonton..
Memang bener sie ini kisah cinta dewasa bukan macam anak remaja yang penuh adegan romansa yang terkesan mewah, semua adegan disini berjalan natural apa adanya..
Saat film ini tayang, aku langsung atur waktu buat menonton tanpa baca review terlebih dahulu entah karena tertarik sama poster, sutradara atau memang aku butuh menonton film ini setelah porak poranda hahahhaa. Intinya saat itu, aku merasa keputusan buat nonton film yang satu ini adalah keputusan paling tepat.
Kurang lebih aku sepakat sama mba Nik terkait pertarungan logika dan rasa serta kemasan dialog sederhana namun bermakna dalam film. Sangat pantas sekali Jatuh Cinta Seperti di Film Film ini untuk dapat banyak penghargaan, kilas baliknya pun sangat pas dan pemilihan pemainnya pun tepat.
Salaman kita La, kita sama-sama melihat film ini dengan segala alasannya.
Iya, aku merasa beruntung karena tayang di Netfilk. Semoga banyak yang nonton karena bagus banget menurutku.
Dan seperti prediksi dari sutradara di film, tema2 yg ga biasa, hitam putih pula bikin penonton jadi berkurang. Padahal ceritanya kereeen banget iniii.
Dan sampai hari terakhir , ini film ga sampe 700rb. Sayaang bangettt sih. Ntahlaah, kayaknya penonton msh belum bisa terima film2 yg berisi mba . Apalagi unik.
Akh sendiri nonton dari Netflix, Krn waktu itu memang ga bisa ke bioskop. Tapi udh niat bakal tonton pas masuk Netflix. Dan memang baguus kok 😍
Dari ceritanya aku tuh lebih cocok Ama tokoh Agus. Krn aku terbiasa mikir logika, drpd perasaan 🤣
Sedih ya film bagus tapi nonton di Bioskopnya sedikit. Aku cocok dengan kedua tokoh utamanya. Suka.
Yang paling gemesin di film ini (gw nonton di netflix baidewei 😅 dan nontonnya juga karena waktu itu di twitter ada yg ngetuit bhw film ini bagus dan ga biasa2nya, maka krn penasaran, eikeh pun nonton laaa…), adalah ternyata, yang dramatis adalah Agus-nya hahaha… Kocak memang film ini. Kabarnya Agus memang yang nulis film ini dan terinspirasi dari kisah cintanya sendiri. Film2 eksperimental kayak film ini pasti memang kurang banyak peminatnya. Kalo gw sendiri agak2 ambigu sih menilai film ini. Bagus idenya, eksekusinya lumayan menarik, krn berani tampil beda, tapi juga a bit boring yah…
Agak Boring mungkin alurnya agak ketebak, menurutku film ini hanya nikmati dialog-dialognya he he he
Aku sudah simpan di MYLIST film ini, karena menarik juga, mengingat film Indonesia jarang ttg cinta di usia 40 tahun,
Mengenai asumsi, kyknya kita akan selalu berasumsi dari POV kita sendiri. Kdg suka lupa, jangankan mars dan venus, sesama mars dan venus pun berbeda karena kita semua pribadi dengan keunikan masing2.
Sepakat kita memang suka asumsi, selamat menonton yaa
Aku belum nonton sih. Gimana ya? Mungkin pemikiranku sama dengan pemikiran orang-orang kebanyakan.
Bahwa hitam-putih itu kurang menarik. Semacam underestimate gitu.
Padahal, banyak yang bilang bahwa film ini keren.
Ga pa-pa seh mba, karena setiap kita memiliki kesukaan masing-masing kan.
Aku belum nonton filmnya tapi sempat lihat reels yg memperlihatkan cuplikan diaglos antara Nirina dgn Ringgo Agus. Sebuah dialog yang simpel, sederhana tapi kuat banget chemistrynya. Apa karena Nirina dan Ringgo udah sering adu akting ya? Tapi dari sini aku berencana nonton film nya di Netflix sih….
Katanya seh ya Ringgo dan Nirina chemistrynya sudah klop, banyak yang bilang begitu. Semoga sempat nonton ya, seru seh tapi nontonnya santai aja.
Aku belum pernah nonton filmnya, tapi kalau dari review yang kakak tulis sepertinya wajib ditonton nih karena bagus ya alurnya. Cuzz saya mau langganan Netflix dulu.
Mantapsss, selamat menonton yaa
Daku belum nonton kak.
Hanya aja, belum berkeinginan nonton juga sih, karena tema dan alur ceritanya kurang daku suka.
Kecuali semisal tayang di televisi, mungkin akan berubah pikiran semisal jam tayangnya memang pas bisa ditonton
It’ok Mba, memang berbeda-beda kesukaannya yak.
Eh aku pengen banget lho nonton film ini
Ceritanya beneran bagus, akting pemainnya pun mumpuni
Film ini juga mendapatkan banyak penghargaan
Kan aku makin pengen nonton jadinya
Cusss Nonton, Enjoy ya sambil nikmati akhir tahun.
Pantaslah film ini mendulang banyak Piala Citra ya. Karena alur cerita, acting pemain, sinematografi nya sekeren itu. Sampai dapat 7 Piala Citra lho di FFI. Emang sekeren itu ya
Wah aku belum nonton film ini, kemanaa ajaa akuuh padahal menggondol banyak piala citra ya, aku semakin pengen nonton setelah baca review ini, kayaknya relate banget ma kehidupanku hahaha makasih ulasannya kak, bikin penasaran..
Yesss Keren banget menurutku juga.
Agak sedih sih, biasanya untuk film-ilm yang ‘berani’ kayak gini, biasanya malah kurang dapet apresiasi dari masyarakat +62. Tapi yaa, aku pun mewajarkan lah, soalnya memang pasaran kita mah masih gitu-gitu aja. Kalo ga sinetron ya film horor absurd, hahaha
Btw mbak Nik suka baca Sidney Sheldon juga ya? Aku ada beberapa bukunya, tapi blm sempet selesai mbacaaa
Suka pakai banget Jar, seingetku hampir semua novelnya udah dibaca tapi kangen lagi salah satunya hehehe, Cussss selesaikan hihi.
Wah aku belum nonton film ini, kemanaa ajaa akuuh padahal menggondol banyak piala citra ya, aku semakin pengen nonton setelah baca review ini, kayaknya relate banget ma kehidupanku hahaha makasih ulasannya kak, bikin penasaran..
Dengan senang hati, cuss nonton sambil menikmati liburan akhir tahun.
Nggak mudah ya perjuangan Agus meraih hati Hana yang masih mencintai almarhum suaminya, penasaran dengan endingnya semoga berakhir bahagia untuk mereka seperti di film-film romantis Hollywood
Cuss Nonton supaya lebih menikmati akhirnya gimana he he he
Nggak mudah ya perjuangan Agus meraih hati Hana yang masih mencintai almarhum suaminya, penasaran dengan endingnya semoga berakhir bahagia untuk mereka seperti di film-film romantis Hollywood..
belum menonton film ini tapi penasaran jadinya, penaaran bagaimana kisah inta orang usia 40an, mau tahu apakah laki-laki dan perempuan sama, btw pas baca “apakabar jiwamu” kak Nik saya menangis ya ampun pertanyaannya dalam banget dan mengingat kapan saya bahgaia, kapan saya bersyukur, dan lainnya, auto merenung baca ini
Terima kasih banyak ya, banyak sayang buatmu dan tetap hebat ya
Di saat getirnya kehidupan dengan berita perselingkuhan atau cinta yang tidak wajar lainnya karena niradab, film Jatuh Cinta Seperti di Film Film membuat kita kembali tersadar, bahwa dunia ini indah yaa.. karena cinta. Bagaimana kita memaknai dan memandangnya dengan penuh keagungan, tidak dengan keburukan dan kerusakan yang selama ini seperti di berita-berita viral itu.
Kalau jatuh cinta di usia 40-an saja terasa indah, seharusnya jatuh cinta untuk pertama kali juga seharusnya lebih indah. Pelajaran banget buat anak muda untuk jatuh cinta kepada orang yang tepat.
Iya banget, warna indah perfilman ditengah gempuran film-film yang menormalisasi yang sejatinya membunuh karakter.
Kalau yang meranin Nirina sama Ringgo Agus bawaannya kaya mereka lagi main film di Keluarga Cemara.. Hihi
Yang kusayangkan di film ini itu kenapa dibikin Hitam Putih, secara visualnya jadi kuranngg gitu padahal ceritanya bagus lho!
Andai dibikin versi berwarnanya, yang mau nonton juga lebih banyak, abis ini meluncur ke Netflix mau nonton. Pengen lihat perjuangannya Ringgo menaklukkan hatinya Nirina yang pasti masih sulit move on dari bayangan pasangannya
Selamat menikmati yaaa, tapi sebenarnya ga semuanya kok hitam putih he he he
nonton ini berasa naik rollercoaster, perasaan campur aduk dar der dor 🙁
Dar der dor banget wkwkwwk,
Ketawa ketiwi eh ujungnya nangis, menguras emosi karena terlalu mendalami nontonnya wkwk.
aku suka banget film ini, gak heran bisa dapet banyak piala festival karena memang se bagus itu :’)
Iyaa, dari segala sisi menurutku bagus.
omo… ini film yang unik dan segmentasinya memang cocok buat ‘orang-orang dewasa’ seumuranku yang memandang cinta tidak lagi meledak-ledak seperti di film-film. Baru tau kalau film ini bagus pasca Ringo dan Nirina dapat awards dan lihat cuplikannya was like, “aaaa, kok bisa ketinggalan nonton ini di beskop?” padahal kalau harus nonton sendiri pun aku bersediaaa…
Mereka seperti tidak sedang akting, saking piawainya. Memang benar, film berkualitas dimainkan oleh pemeran berkualitas juga. Tidak hype, tapi berkesan bagi para penontonnya.