Rumah Kaca.
Setelah “Anak Semua Bangsa” dan “Jejak Langkah” yang sudah aku ceritakan sebelumnya, Rumah Kaca adalah buku penutup dari seri Roman Tetralogi Buru. Kali ini Om Pram bukan menceritakan dari sudut sisi tokoh Minke, melainkan dari tokoh Pangemanann.
“Setiap pendapat bisa saja dibenarkan, tergantung darimana memandang”,
Rumah Kaca hal. 125.
Kalimat itu menjadi dasar akan pendapatku tentang Rumah Kaca.
Tentang Pangemanann
Pangemanann adalah seorang hamba Gubermen, orang yang selalu mempertanggungjawabkan dan merasa bertanggungjawab kepada Gubermen. Beristrikan wanita Eropa yang menemaninya dalam suka maupun duka, menyertai suaminya ke Negeri asing.
Melalui Pangemanann perjuangan Minke dihancurkan, mulai dari pembuangan sampai kematiannya.
Seorang yang berhati murni, namun karena tuntutan pekerjaan pada akhirnya menjual nurani dengan segala sandiwara hidup. Bersikap baik dimata Istri dan anak-anak tapi sebenarnya itu semua palsu.
Sejak kecil sampai setengah karier, dia hidup di jalan yang dikehendaki Tuhan. Tetapi ketika karier semakin meninggi dia berjalan dalam padang lumpur, makin jauh dari jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Bertindak karena ego – Rumah Kaca
Ketika Nurani sudah tidak murni lagi, maka egolah yang menjadi tuan. Pangemanann bukan hanya mengikuti kehendak pekerjaannya dimana harus mengatur segala sesuatu untuk kepentingan Gubermen.
Tidak peduli menjatuhkan orang atau tidak, tak peduli bekerjasama dengan siapapun, baik itu pihak-pihak yang menyebabkan keributan ataupun pihak-pihak yang baik. Semuanya tidak menjadi soal. Paling penting bagaimana pihak Gubermen tetap berjaya.
Dimulai dengan dia berani mengajak tidur seorang pelacur, bukan hanya sekali tetapi lebih dari dua kali tanpa mengetahui bahwa segala kegiatan ini dicatat oleh pihak-pihak yang punya kepentingan.
Begitu juga dengan kebiasaan minum alkohol yang berlebihan, semua diatur oleh ego.
Komunikasi dengan pasangan
Rumah kaca ini juga mengingatkanku tentang komunikasi. Bagaimana ketika Pangemanann makin terpuruk dengan pekerjaan. Dia tidak mampu untuk menceritakan secara langsung apa yang dirasa dan apa yang dialami.
Dia hanya menunjukkan tanggung jawab sebagai suami harus menafkahi.
Benar memang ketika segala sesuatu diceritakan dengan detail, keadaan bisa semakin rumit. Tetapi jika kembali melihat karakter seorang istri yang penuh pengertian, tentu memberi pandangan yang membuat semuanya akan berjalan baik.
Menurutku itulah peran istri. Ketika suaminya punya masalah dalam pekerjaan mau berbagi, maka istrilah menjadi tempat yang UTAMA. Bukankah itu sejatinya arti berpasangan. Saling membutuhkan dengan komunikasi sebagai kuncinya.
Buah dari perbuatan
Ketika Pangemanann tidak mampu mengatakan CUKUP, maka berbuahlah apa yang telah ditaburnya. Istri yang dia cintai beserta anak-anak yang selama ini menjadi alasan untuk berjuang dalam pekerjaan, pada akhirnya meninggalkan dia.
Hanya kepedihan tersisa, tapi hidup terus berlanjut dan hari-hari Pangemanann berkutat dalam “Rumah Kaca” yang telah dia buat.
Selain ditinggal orang yang dicintainya, Pangemanann juga dimanfaatkan oleh salah satu agen. Dia diperas dengan catatan-catatan pelacur kesayangannya. Pelacur itu terbunuh dengan meninggalkan catatan harian dan disana tertera lengkap berapa kali Pangemanann bersamanya.
Kemarahan berkobar-kobar saat diberitahukan kepadanya. Namun apa di kata, nama baik lebih utama, sehingga dia harus menuruti kehendak sang Agen, memberikan uang tebusan demi catatan harian sang pelacur.
Minke dengan akhir hidupnya
Hidup memang tidak ada yang bisa menebak. Roman Tetralogi Buru ini juga memperlihatkan padaku bagaimana hidup begitu misteri.
Minke yang awalnya begitu berjaya pada akhirnya hidup dalam pembuangan, dimana mirisnya saat itu disebut sebagai pembebasan.
Dia tidak menemukan kebebasan itu. Kembali dari pembuangan hanya menemukan kekosongan. Hanya seorang kawan yang masih melihatnya dan harta benda semuanya tidak berguna karena dibekukan oleh Gubermen.
Prinsipnya yang kuat mengantarkan Minke pada hidupnya berakhir tragis. Tragis bagi yang memandangnya begitu. Namun bagiku itu pilihan.
“Seorang tanpa prinsip adalah sehina-hina orang”,
Rumah Kaca hal. 99.
Sampai maut menjemput, Minke tetap dalam pengendalian sang Gubermen. Dalam sakitnya dia bertemu dokter yang sudah sengaja diatur oleh Gubermen agar tidak mengobatinya.
Masa Tua Pangemanann
Senja pun menghampiri sang hamba Gubermen. Apa yang dia lakukan pada Minke membuat dia dikejar-kejar dengan pertanggungjawaban. Dalam senjanya dialah satu-satunya orang yang rajin menjenguk kuburan Minke, memerintahkan penjaga untuk membersihkan.
Entah karena menyesal atau merasa bertanggung jawab, karena dialah Minke mengalami hal yang sulit dimasa hidupnya.
Akhinya Guru Besar Minke datang mencarinya. Mama sekaligus mertuanya mengetahui Minke sudah dibebaskan dari pembuangan. Beliau kembali ke tanah air untuk menjemput anak mantu kesayangannya.
Namun kepedihan yang harus dia terima, karena Minke sudah dalam kuburan. Maut sudah menjemputnya.
Pangemanannlah yang mengantarnya ke kuburan dan menjelaskan semua yang terjadi dalam tulisan pengantar dengan menyerahkan “ Rumah Kaca “ ke Mama.
Kesimpulan
Ada dua catatanku dalam membaca Roman Tetralogi Buru.
1. Pelajaran tentang buku penutup Roman Tetralogi Buru, Rumah kaca – Semua bisa berubah.
Disini aku belajar tidak ada yang bisa memastikan hati untuk tetap berjalan dengan benar. Seperti halnya Pangemanann, awalnya dia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan namun pada akhirnya kalah dengan Ego.
Begitu juga dengan hidup Minke dengan segala perjuangannya, akan ada pihak yang tidak berkenan selalu berusaha untuk menghadang. Pada akhirnya kembali dengan sejauh mana keteguhan hati dalam prinsip, yang akan menjadi akhir sebuah perjuangan.
Pada akhirnya bukan diri yang menjadi utama tetapi apa yang dihasilkan. Minke seorang laki –laki dengan segala prinsip dia dikenang sebagai pribadi yang begitu Agung, menjadi teladan pada generasi selanjutnya. Memiliki karya besar walau pada akhir hidupnya begitu tragis karena memperjuangkan prinsip.
2. Tentang keseluruhan Seri Roman Tetralogi Buru.- Menolong sampai akhir.
Dari keseluruhan tokoh yang dibuat oleh Om Pram, aku memilih Mama menjadi tokoh yang paling berkesan. Dari buku pertama Bumi Manusia, Mama menjadi tokoh yang mengajarkan banyak hal dan sampai penutup pun Om Pram memunculkan tokoh Mama. Disini aku belajar bahwa menjadi seorang penolong haruslah sampai akhir.
Buku Roman Tetralogi buru ini adalah buku terbaik yang pernah aku baca, dan ku utup perjalananku di dunia Roman Tetrologi Buru ini dengan satu ungkapan yang aku dapatkan di satu kebaktian.
“Untuk mengalahkan keinginan daging, keangkuhan hidup, maka beranilah berkata “CUKUP”
Baca juga review Bumi Manusia di blog Dani.
Senangnya bisa menikmati buku tetralogi secara keseluruhan. Jadi penasaran pengen baca buku bagus model seperti ini. Entah kenapa dari semua buku tetralogi, yang paling favorite itu jejak langkah. buku itu benar-benar buat aku pengen tau tentang sejarah dan baru kali itu baca buku sambil searching di internet tentang banyak hal.
Iya, semoga nemu buku bagus lagi yaa ,, seru yaaa , kalau aku paling suka rumah kaca karena aku semakin mengerti untuk hidup tetap waspada, memastikan untuk tetap dalam jalanNYA.
Hmmm…
Aku blum baca rumah kaca kak Nik haha tapi kayaknya menarik soal perjuangan Minke melalui tulisan. cuma ada poin yang buatku perlu dikritisi soal, “Setiap pendapat bisa saja dibenarkan, tergantung darimana memandang.” Aku langsung teringat filsafat relativisme subyektif. Eksistensialisme. Salah satu pemikiran dari jean-paul sartre yang mengakibatkan rusaknya moral kalau kita tidak memperhatikan pandangan obyektif mengenai spiritual, mental, moral dan intelektual.
Mudah-mudahan aku ada kesempatan untuk membaca Rumah Kaca untuk bisa saling sharing membahas tetralogi, Pram.
Ini yg aku suka darimu Muel, kritis .. Aku suka .. Terima kasih banyak yaaa .. Aku juga akan baca buku2 yg kau bilang kemarin ha ha ha
Mbak nik…
Mungkin kalau menikmati buku aslinya akan terasa berat ya? Karena aku tidak terbiasa dengan membaca buku buku serupa.Tapi terimakasih sudah mengemas sedemikian rupa, jadi bisa menambah pengetahuan tentang adanya sebuah buku bagus. Serta membantu memberi pemahaman maksud dari isi buku tersebut.
Semangat mbak nik, ditunggu cerita lainnya ya…
Siaaaap . Terima kasih yaaa
Duuuh mbaa, beneran deh aku tertarik banget Ama bukunya 😍😍. Lagj cari di Tokped, tp kok yg jual jarang yg komplit gitu. Mana harus hati2 mana yg jual ORI mana yg bajakan. Sebel memang Ama buku bajakan ini.
Buku om Pram blm ada yg aku baca. Penasaran makanya. Dari review mba, langsung ingat cerita2 dari penulis sastra lama yg biasanya memang tragis. Tp ntah kenapa seruuu banget dibaca
Cuss cari Fan, di tokped tuh ada yang bagus seh tapi soal Ori aku kurang paham seh, waktu itu aku pernah beli.
Hanya untuk memastikan kayaknya mending cari di Gramedia.
Menurutku buku ini wajib dibaca semua penulis karena banyak hal yang bisa dipelajari dari cari beliau menyampaikan pemikirannya.
Jadi penasaran mbaa buat baca juga..selama ini mau baca karya Pak Pram tapi takut terlalu tinggi bahasanya jadinya belum pernah baca
Tapi setelah baca tulisan mb nik ini jadi tertarik pengen mencoba membacanya..ceritanya bener2 menarik sie menurutku dengan berbagai pesan yang terkandung didalamnya…
Kira2 masih ada gak ya bukunya ini dipasaran??
Masih kok mba, yuk baca dan review.
Setiap pembaca memiliki kacamata unik, bisa jadi dirimu lebih seru nih melihatnya.
Seruuuu buat jadi bacaan generasi kekinian.
karena banyak insight dan value yg bisa kita ambil dan jadikan panduan dalam hidup sehari2.
boljug utk bacaan menemani pergantian tahun 🔥
Yuksss Gass, selamat menikmati akhir tahun yaa.
Hmmm, jadi penasaran juga untuk membaca buku ini. Entah masih ada yang jual atau tidak ya, agak khawatir kalau tahu2 dapatnya buku bajakan. Ingin tahu, apakah masih mampu gak nih otakku mengolah cerita dari buku karya pak Pram.
Ha ha ha mba, tulisan OM Pram itu ga berat-berat amat kok, asyik membacanya kalau dengan tenang.
Masih agak runut alurnya, ga seperti Sidney Sheldon yang penuh kilas balik.
Aku jadi makin bersemangat berburu buku nya secara lengkap nih mba Nik. Semenarik itu mba Nik menyampaikan terkait tokoh-tokoh dalam buku karya pak Pram.
Bener adanya prinsip yang benar memang lebih baik terus dipegang teguh walau dalam pandangan manusia terlihat mengenaskan nyatanya Minke adalah sosok yang inspiratif dengan keteguhan akan kebenaran yang ia yakini.
Again, kembali diingatkan jangan pernah ambil jalan salah karena sekali salah langkah akan terus terseret kedalam salah lainnya. Mengedepankan ego dan nafsu membuat kehidupan kian sulit dan menjauhkan diri dari yang benar-benar dicinta dan disayangi (Pangemanann)
Dan sosok Mama beneran konsisten hingga akhir menjadi sosok penolong. Thanks mba Nik, pemaparan yang sangat kece dan ciamik.
Terima kasih juga sudah membacanya dengan manis, buku tetralogi ini seh memang wajib dimiliki menurutku. Selamat berburu ya.
“Untuk mengalahkan keinginan daging, keangkuhan hidup, maka beranilah berkata “CUKUP” >> ini message yang powerful banget.
Kita kenal istilah qonaah, merasa cukup dengan hal-hal duniawi. Bukan karena tidak mau hidup lagi, atau menyerah, tapi kalau lihat fakta-fakta kerakusan seorang manusia makin ke sini ternyata merasa cukup itu hal yang sulit untuk dilakukan. Simpel saja, merasa cukup. Namun alangkah berat dan sulitnya dilakukan seorang manusia.
Nice review, Kak Nik. Aku masih berat melanjutkan baca buku-buku Pram. Mesti nggak ada distraksi baru bisa meresapi.
Semoga segera mendapatkan rasa yang nyaman untuk melanjutkan baca buku om Pram ya mba.
Sebenarnya kata cukup tuh terdengar sepele. Tapi, saat sudah terbiasa melakukan sesuatu, maka itu sudah jadi kebiasaan yang sulit untuk dihentikan. Bahkan ketika kita sendiri ingin berhenti.
Kayak si Pangemanann misalnya. Dia mau berhenti dan kembali ke jalan Tuhan. Tapi, kata cukup tak bisa dia lakukan.
Ada penghalang dari catatan-catatan kelamnya di masa lalu.
Iya mba, sepele tapi bahaya jika tidak dikendalikan.
Sepertinya bahasan yang berat ini kisah Pangemann. Namun, ada insight mengena yang daku dapatkan dan bisa jadi inspirasi kala besok berkeluarga adalah, soal komunikasi antara suami dan isteri yang jadi kunci kelanggengan hubungan ya
Benar sekali, saling terbuka memang tidak mudah tapi itu penting sekali dalam suatu hubungan.
prinsip dan ego, sepertinya dua hal yang selalu berjalan beriringan ya
kadang kita punya prinsip yang saklek, nggak mau diubah, karena menurut kita itu udah pakem, jalannya kita, tapi kalau kita nuruti itu terus dan ego nggak ada yang mau ngalah, yang muncul malah perselisihan
aku belum pernah baca bukunya dan belum mengenal juga nama Om Pram, pas baca review ini jadi terbuka juga mengenai om pram, lama nggak apdet buku soalnya
Boleh dicoba non bacanya, bisa jadi jatuh hati mungkin he he he
Wah poinnya harus berani berkata cukup ya mbak, apalagi dalam berumah tangga memang komunikasi itu utama. Selalu suka dengan tulisan Om Pram. Sepertinya aku punya bukunya tapi belum sempat baca yang rumah kaca ini. Makasih mbak Nik udah menulskannya dengan sangat bagus.
Terima kasih juga sudah membacanya, semoga ada waktu untuk membaca buku om Pram yaa.
Ah, tulisan pramoedya annata toer ini memang nggak pernah mengecewakan ya
Selalu berangkat dari isu sosial yang ada
Lalu mengemasnya dengan apik sehingga banyak hikmah yang bisa dipetik ya
Benar mba Dian, aku banayak belajar dari beliau.
Sudah lama tidak membaca buku tetralogi dan pastinya sebuah pengalaman menarik buat jiwa untuk membaca kisah seperti ini yang memiliki banyak dimensi dari isu sosial yang ada saat itu dalam pikiran penulisnya
Semoga ada waktunya ya bisa membaca karya Om Pram kembali.
Lagi-lagi kata-katanya om pram membuatku merinding mbak.
Memang, kadang kita itu terlalu tenggelam akan duniawi, sampai-sampai lupa bahwa apa yang telah kita miliki itu sejatinya hal yang terbaik. Namun, bukannya bersyukur.. kita malah meminta lebih, lebih, lebih dan lebih… padahal segalanya sudahlah CUKUP.
Makasih mbak Nik, lagi-lagi tulisanmu bikin aku mikir jam 5 pagi hahahaha
ha ha ha maafin yaa, semoga ga eneg yaa Jar dengan banyak mikir baca tulisanku wkwkkwk
Aku baru baca ulang Bumi Manusia dan seri keduanya, belum selesai biar ingat lagi jalan ceritanya dan lebih meresapi makna yang terkandung di dalamnya..
Ahhh senangnya, selamat menikmati kembali yaa
Ternyataa… hal sesederhana “merasa cukup” ini penting yaa…
Tapi yang namanya manusia, seringkali merasa ingin lagi, ingin lebih.
Melalui kisah Minke dan Pangemanann ini kembali belajar mengenai kalimat bahasa Jawa “Nerimo ing pandum” atau tulus atau ikhlas menerima segala sesuatu yang telah Tuhan berikan.
Nerimo ing pandum << iih kalimat ini dalem loh, aku suka. Iya Lendy penting tapi kadang suka terlewatkan. Semoga kita terus terjaga untuk hal-hal penting diperhatikan dengan baik.
Buku ini juga menunjukkan kalau gak ada yang abadi ya, semua sangat mungkin bisa berubah. Menarik juga tentang pelajaran komunikasinya, terutama komunikasi suami istri, di mana peran istri juga sangat penting.
Iya banget, semua bisa berubah. Menarik memang terutama dibagian Pangemanann yang memiliki ego tidak mau mengutarakan kesalahan.
Ternyata kisahnya Minke ini sungguh tragis sampai akhir hayatnya
Sudah kehilangan Anelis, diasingkan, dihalang-halangi oleh Gebermen.
Waktu nonton Bumi Manusia aja rasanya udah campur aduk, geram, pengen marah, kasihan, lebih banyak sedihnya ketimbang senengnya.
Di seri terakhir ini rupaya Om Pram mau menunjukkan sisi lain dari Minke dilihat dari sudut pandang Pangemanan. Menarik, mudah²han dibikin sekuel filmnya juga nanti. Bagus buat belajar sejarah
Iya lagi nih, kalau dicerna lagi sesi senangnya itu tidak banyak dan Om Pram menurutku memang ingin menulis peristiwa dizamannya dengan dibalut sastra.
Itu yang aku suka. Belajar sejarah dengan asyik.
Baca ini udah lebih dari 15 tahun lalu tapi masih berkesan bangeeet dan sad ending hiks karena Minke gak bisa ketemu Annelis maupun nyai Ontosoroh. Emang kudu baca dari Bumi Manusia sampai Rumah Kaca yaa biar nyambung dengan ceritanya. Salut dengan alm eyang Pram yg bisa nulis fiksi sejarah sebagus ini.
Iya Mba, Yuk kita coba menulis kejadian era ini juga supaya kedepannya generasi penerus mengerti bagaimana waktu saat ini.