Peta Rasa Sukacita ketujuh, aku ambil dari kisah terbaik Solo ketika Sore di Pracimasana Mangkunegaran. Melihat bukti fleksibilitas kekuatan terbesar dalam hidup. Beradaptasi bukan mengalah tetapi mengerti arti realita.
Cerita bertemu Solo kali ini, murni tentang bagaimana hidup kembali menunjukkan kekuasaannya. Tidak ada rencana atau terpikirkan sedikitpun untuk kembali ke Solo di Juli ini. Ketika sahabatku kehilangan papanya terkasih, Sebut saja dia Calla. Rasaku ikut patah dan lebih retak ketika sadar keadaan diripun tidak baik-baik saja.
Tetapi adakah yang bisa menghalangi waktu ketika berkehendak?
Patah rasa itu aku utarakan ke sahabat satunya lagi, sebut saja dia Mentari. Kami bertiga memang menjadi support system satu sama lainnya dan Juli 2025 bukti bagaimana kasih kami sungguh saling terpaut. Seperti memang kehendak waktu, Mentari mengatakan kalau dia sendiri ingin berangkat ke Solo menemani Calla, tetapi keadaannya pun tidak memungkinkan.
Akhirnya ketemu jalan keluar, aku yang berangkat dengan sponsor biaya dari Mentari. Lagi, waktu begitu menjelaskan bahwa setiap tujuan yang baik selalu menemukan jalannya.
Baca juga: Semua Akan Kembali Padamu – Rahasia Waktu – 2016
Di antara merangkul duka dan setelah sekian hari berlalu, aku menyempatkan diri melihat Solo lebih dekat.Saat itu aku melihat waktu memang memberi kesempatan pada apapun untuk berubah. Entah berkembang ke arah lebih baik atau sebaliknya. Dan aku melihat sisi terbaik Solo saat menikmati Sore di Pracimasana Mangkunegaran.

Menyapa Sore di Pracimasana Mangkunegaran – Nikmat Bumi terpadu Hak
Saat hidup mengatur hak dan memberi nikmat dan ketika sadar waktuku saat ini cukup banyak, aktifitas harian tidak terikat dengan tempat dan waktu, memberi ruang padaku untuk lebih banyak di kota sahabatku Calla.
Dengan itu aku mendapatkan kesempatan untuk datang ke Mangkunegaran, tempat yang sempat lewat di lini sosial mediaku. Aku tertarik datang langsun, bukan tentang hanya sebuah tempat mewah tetapi aku yakin jika bertemu dengannya ada hal istimewa yang bisa aku dapatkan disana.
Siang menuju sore, langkahku bertemu Pracimasana Mangkunegaran, sebelum masuk ke pekarangan, penerima tamu memastikan reservasi yang sudah aku lalukan sebelumnya. Sambil berkordinasi dengan team lainnya, petugas itu mempersilahkan menunggu dengan duduk dibangku yang sudah disediakan sambil memberikan welcome drink.

Disambut dengan hangat dan tidak lama menunggu, petugas mengantar aku ke dalam dan memasuki area Pracimasana Mangkunegaran, aku menyempatkan diri untuk mengabadikan di area ini, sebelum menuju Pracimaloka tempat untuk bersantai dan menikmati snack.

Penting untuk diketahui tentang Pracimasana dengan Pracimaloka
Aku mencari informasi bagaimana caranya datang ketempat itu, beberapa orang bilang kalau perlu reservasi dulu, ada juga yang mengatakan mungkin saat ini sudah tidak perlu, karena sudah ramai dan tidak weekend. Karena informasi berbeda-beda, aku memutuskan untuk reservasi saja.
Menemukan no whatshaap di google dan aku langsung mendapatkan informasi yang menurutku penting untuk diketahui.
- Pracimasana dengan Pracimaloka merupakan area yang berbeda.
- Pracimasana merupakan area Restoran Mangkunegaran yang menyediakan produk makanan dan minuman khas kerajaan serta pengalaman makan ala kerajaan.
- Pracimaloka merupakan tempat untuk menikmati sajian Teh atau Kopi serta makanan ringan seperti Kue dan Pastry.
- Minimum payment pracimasana Rp150.000/ Orang,dan Pracimaloka Rp.100.000/Orang.
- Ada batas waktu dengan sesi Sesi : 11.00/13.00/15.00/17.00/19.00
- Diantara tempat itu terdapat taman yang bisa dinikmati tanpa batas waktu.
- Menggunakan pakaian yang sopan dengan bawahan menutupi lutut. Tamu tidak diperkenankan untuk menggunakan batik dengan motif lereng/parang, tidak diperkenankan membawa segala jenis kamera apapun dan fotografer, tidak diperkenankan membawa makanan & minuman dari luar, serta tidak diperkenankan menggunakan sandal jepit dan celana pendek.
Memutuskan menikmati di sore hari aku memilih Pracimaloka, karena ingin lebih bersantai. Walau saat itu aku menghabiskan biaya senilai Rp.150.000,- karena aku tergoda dengan berbagai snacknya.

Duduk dekat jendela dengan melihat lalu lalang pengunjung, aku menangkap banyak momen, diantaranya ada seorang lelaki meninggalkan rombongan keluarganya khusus mengabadikan semua sudut dari ponselnya. Lalu dia menyusul keluarganya masuk ke area Pracimaloka.
Ada juga seorang yang memberikan kejutan ulang tahun, satu keluarga duduk tetapi sibuk dengan ponsel masing-masing dan momen lain membuat suasana Sore di Pracimasana Mangkunegaran semakin hidup.
Baca juga: Menemukan Peran Hidup Saat Rasa Senang dihidupi – Peta Berkehidupan – Kembali Ke Akar #6
Greentea Red Bean Tart – Rasa Sore di Pracimasana Mangkunegaran akan selalu dirindu

Saat itu memesan Latte, Greentea Red Bean Tart dan Tape Ijo Creamilk. Menikmatinya dengan tenang dan sesekali membaca buku, melihat insan-insan yang sedang mengabadikan waktunya di Sore di Pracimasana Mangkunegaran dalam potret.
Logika dan nuraniku saat itu terpadu, melihat bagaimana wajah kehidupan sudah berubah. Sedang asyiknya menikmati Sore di Pracimasana Mangkunegaran, tiba-tiba rasa greentea red bean tart ini menghentikan dari segala pemikiran tentang perubahan.
Rasa itu sangat nikmat, lembut, paduan greentea dan red bean seolah ingin mengajak menari dan bersukacita. Aku sangat menikmati tart itu. Menjadikan Sore di Pracimasana Mangkunegaran khususnya Pracimaloka begitu istimewa.
Lalu aku berpikir, apakah aku bisa menikmati Sore di Pracimasana Mangkunegaran dan rasa tart yang begitu nikmat itu jika Mangkunegaran tidak memberi ruang perubahan? tak mau beradaptasi dengan kehidupan yang berubah?
Kemudian aku berterima kasih pada hidup, akhirnya sejarah dan adaptasi duduk bersama, menjadikan Sore di Pracimasana Mangkunegaran bisa dinikmati oleh masyarakat umum.
Adaptasi Elegan Pracimasana Mangkunegaran: Dari Istana ke Kafe
Menikmati Latte dengan sepotong kue dengan rasa tak penah hilang, aku mengulik lebih jauh tentang Pracimasana Mangkunegaran, ingin tahu bagaimana tempat ini sampai terbuka untuk umum.
Aku menemukan beberapa hal yang menarik dari beberapa sumber dan aku rangkum dalam tabel berikut,
| Aspek | Ulasan Singkat |
|---|---|
| Sejarah Singkat Pracimasana Mangkunegaran | Pracimasana adalah bagian dari Pura Mangkunegaran yang dahulu berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu penting dan acara kenegaraan keluarga Mangkunegaran. Dibangun sejak abad ke-18 oleh Mangkunegara I, dengan arsitektur perpaduan Jawa klasik dan sentuhan Eropa. |
| Alasan Adaptasi & Perubahan Fungsi | Untuk menjaga keberlanjutan situs budaya, adaptasi menjadi ruang publik serta menjangkau generasi muda agar tetap terhubung dengan warisan budaya. |
| Mengapa Adaptasi Ini Menjadi Penting? | Karena warisan budaya bukan benda mati yang cukup disimpan dalam museum waktu. Ia butuh ruang baru untuk tetap bernapas, dilihat, dan dialami. Pracimasana yang kini menjadi kafe bukan berarti kehilangan martabatnya; justru ia memperlihatkan bahwa warisan bisa lentur tanpa kehilangan bentuk. Adaptasi ini mencerminkan cara elegan untuk tetap hidup di zaman yang terus bergerak, tanpa membuang masa lalu, namun juga tak terjebak di dalamnya. |
Sore di Pracimasana Mangkunegaran aku tersenyum menikmati waktu dengan buku, Latte dan HP melihat informasi lebih luas tentang adaptasi dan bagaimana perubahan Mangkunegaran di IDN Times dan Wiki.

Wajah baru kehidupan dan Peta Rasa Sukacita
Bersama sore di Pracimasana Mangkunegaran saat itu mengajakku melihat realita, wajah baru kehidupan. Bagaimana tempat yang khusus berubah menjadi terbuka, walau tentu untuk menjaga budaya perlu adanya aturan.
Sore ada diantara siang dan malam, mengajak untuk memahami waktu terus bergulir menawarkan perubahan dan disanalah perlu adaptasi dan fleksibilitas adalah kekuatan, seperti Pracimasana mempertahankan identitasnya sekaligus terbuka untuk siapa saja.
Sungguh aku berterima kasih pada hidup, telah memberiku kesempatan untuk bisa menikmati Sore di Pracimasana Mangkunegaran, memberi ruang padaku untuk merangkai peta rasa sukacita.
Baca juga: kisah lain Peta Rasa Sukacita.
Bagaimana denganmu?
Adakah di antara transisi yang menuntutmu berubah, tapi tetap ingin jadi dirimu? Mari ceritakan di kolom komentar, siapa tahu kisahmu membawa ruang indah untuk yang lainnya.
Jakarta, akhir Juli 2025
Ditulis setelah perjalanan tiga kota (Solo,Jogja,Semarang)
sebuah bukti hak menjadi nyata dan ketika hidup melunasi dengan nikmatnya.


16 Responses
Asik juga ya ada batas waktu dengan membagi tiap sesinya.
Dengan begitu kan di sana gak yang penuh-penuh amat dengan orang.
Bisa menikmati Pracimasana secara lebih tenang
Benar sekali mba Fen, jadinya kenyamanan tuh terjaga. Sesuai juga dengan harga yang dibayar dan lokasi serta keanggunan bangunan selaras.
Ibaratnya tetap tenang dalam elegannya keraton.
Pracimasana ini tenang dan menyenangkan sekali. Cocok sekali me time ya Mbak. Duduk tenang menikmati secangkir teh, sudah bisa membuat pikiran tenang dan bisa menjalani aktivitas harian kembali
Betul sekali mas, tempat mie time yang pas walau perlu rela menipiskan rekening hihihi
Mba, turut berduka atas meninggalnya papa mba Calla. Semoga mba Calla dan keluarga diberikan kekuatan. Mba Mentari baik hati, tetap menitipkan keberangkatan pada salah satu sahabat terbaiknya. Mba Nik, turut terpukau aku dengan keindahan
Pracimasana Mangkunegaran. Bukan hanya sekadar tempat mewah, sajiannya pun lezat dinikmati saat sore makin komplit sekali.
Semoga aku pun bisa jelajah Kota Solo dan berbagai tempat rekomendasinya. Semenarik itu menikmati waktu sore di Pracimasana Mangkunegaran. Sambil bersantai santai ditemani buku, sejenak waktu melambat dengan khidmat ya.
Dalam fase hidup tentu pernah mengalami dipaksa berubah oleh keadaan namun diri tetap teguh ingin menjadi diri sendiri dengan terus berusaha beradaptasi. Menantang dan tak mudah, namun bisa dilalui.
Temannya Kak Nik baik banget mau jadi sponsor ke sana.
Jadii kalau mau makan nasi ke Pracimaloka sedangkan kalau mau makan kue ke Pracimasana. Tapi kalau sudah booking ke Pracimaloka apa bisa pesan kue dari Pracimasana?
Harga kue segitu worth it dengan rasa dan pengalamannya yaa.
Rasanyaaa.. membaca tulisan ka Nik jadi healing tersendiri buatku yang belum bisa jalan-jalan ke Solo dan mencoba ke Pracimasana Mangkunegaran.
INsight yang bagus sekali ketika ngobrolin kenapa harus mempertahankan bangunan lama?
Bukan hanya sekedar jadi museum yang membosankan, bisa juga berubah menjadi cafe kekinian dengan tetap memegang filosofi warisan budaya bukan benda mati.
Anak muda tetap bisa nongs di Pracimasana Mangkunegaran sembari ngobrol deep talk dan mungkin juga sedikit ada rasa penasaran dengan sejarah apa yang disimpan di bangunan lama tersebut.
Pernah ke sini dulu
Diajak sama teman untuk ikut rapat sebuah komunitas berkirim kartu pos
Saya senang sekali karena pertama kali dan banyak sekali hal baru
Apalagi bawa anak
Memang kisah Mbak Nik ini unik ya
Ceritanya juga membuat saya harus baca berulang hingga bisa menangkap rasa yang ada di dalam tulisannya
Resto ini cakep banget mbak. Paling cakep emang kalau sore di sana. Dulu pernah ke sana sore sampai malam. Kebetulan berombongan trus yang disajikan tu 9 menu makanan. Alhamdulillah pas berkesempatan ketemu Gusti Sura juga kakaknya raja yg sekarang (apa tuh sebutannya lupa wkwk, Mangkunegara ya?).
Kami yang dari laper banget sampai udah kenyang banget gak bisa lanjut makan wkwk 😀 padahal pas liat porsinya keknya kecil2, sempat kepikiran mana bisa kenyang nih? Ternyata Ya Allah, emang manusia diajarin berhenti makan sebelum kenyang =))
Kalau ke Pracimaloka belum sempet nih, udah kenyang duluan hehe.
Semoga kalau ke Solo lagi bisa ajakin keluarga makan di sana krn pengalaman berharga sekali bisa makan di sana 😀
Sampai sekarang apakah masih antre2 gitu ya utk reservasinya?
Green tea yang menggoda selera plus ketenangan yang memikat hati…benar-benar menjadikan Pracimasana Mangkuneragan tempat paling pas melabuhkan lelah di sore hari
Ah, bagus sekali tempatnya mbak. Tak hanya cantik seperti taman istana Eropa, namun juga bersih, rindang, rapi, dan suasananya sangat tenang. Cocok untuk menyepi sambil menyesap teh atau kopi.
Baru mau aku tanya masih butuh reservasi gak mba dan ternyata memang sepertinya masih butuh reservasi yaa karena masih dibagai menjadi beberapa sesi juga..tapi menurutku ini juga bagus sie agar pengunjung tetap teratur dan tetap menunjukkan ke ekslusifan mangkunegaran sebagai sebuah kerajaan yang sangat menjunjung budaya dan norma tentunya…
Beruntungnyaa mba nikk sudah sampai disana aku aja belum karena baru sebatas wacana hehe…tapi kalo mengunjungi mangkunegaran saat event2 tertentu sie pernah tapi kalo ke cafenya belum hihi
Aku walo sering ke solo tp belum pernah ke sini loh mbaaa. Dan baru tahu malah ada 2 area, pracimasana dan pracimaloka. Aku kira malah sama semua.
Tp setelah tahu begini, aku lebih tertarik yg pracimasana sih, Krn pengen ngerasain menu keraton seperti apa 😉. Baru nanti datangin yg pracimaloka. Mungkin Krn aku ga terlalu suka dessert begitu yaaa.
Cerita ttg transisi yg menuntut berubah, mungkin saat pandemi kemarin. Di tengah berita banyak teman2 ku yg meninggal Krn covid, padahal sebelumnya mereka terlihat sehat, tp ternyata ada penyakit yg bikin komplikasi.
Jadi aku dipaksa berubah utk hidup lebih sehat. Yg tadinya aku ga pernah olahraga, mkan seenaknya, langsung timbul keinginan utk hidup lebih sehat. Dari situ aku membiasakan diri utk workout . Dari yg awalnya 15 menit sehari, sampai akhirnya bisa konsisten 1 jam 4x seminggu. Krn bisa aja aku pun ada penyakit yg aku ga sadar sebelumnya . Dengan aku akhirnya rajin olahraga, jaga pola makan, at least bisa mengurangi kekuatiran ttg sakit tadi.
Tp bukan berarti aku JD strict total. Toh aku masih suka traveling, masih suka icip kuliner. Jadi di saat traveling, memang aku lebih longgar terhadap makanan. Hanya saja ttp memperhatikan porsi yg masuk. Makan terlalu banyak aku tetep hindari. Icip sedikit buatku cukup, drpd perut begah kekenyangan yg malah bikin penyakit 😁.
Karena kita manusia bertumbuh pasti setiap waktu ada perubahan untuk menuju yang lebih baik menurut versi diri kita yang penting kita bisa memaknai setiap perubahan yang sedang berlangsung tanpa denial
aku belum pernah masuk ke Pura Mangkunegaran, apalagi ke Pracimasana. Penasaran pengen ngerasin langsung kulineran khas keraton Solo. Pengunjung yang ingin masuk ke sana juga nggak asal dan ada aturan yang harus ditaati ya
menikmati makanan di Pracimasana terlihat tenang dan menyenangkan ya mbak, semoga aku bisa mampir ke sana juga nih
Klasik banget tempatnya. Ternyata arsitekturnya ngambil dari kolaborasi antara budaya Jawa dan Eropa ya..
Pasti menyenangkan bisa berkunjung ke sana Mbak Nik. Vibesnya dilihat dari fotonya aja menenangkan, asri dan damai. Cocok banget buat me time dan healing dari hiruk pikuk perkotaan.