#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Tertinggal Pesawat di Lembata: Saat Alam Menguji, Negosiasi Menyelamatkan

Bagikan

Bertemu pesona Indonesia selalu terselip kisah yang bermakna, seperti ketika tertinggal pesawat di Lembata. Cuaca buruk saat itu membuat penerbangan pulang tertunda, hingga akhirnya kami benar-benar tertinggal pesawat.

Perjalanan selalu membawa kejutan, baik yang menyenangkan maupun penuh tantangan. Salah satu kenangan terkuat dari perjalanan ini adalah kunjungan ke Desa Lamalera, tempat di mana perburuan paus secara adat masih dilestarikan. Tradisi yang begitu unik, membuat kami merasa seolah kembali ke masa lampau.

Namun, petualangan itu berubah menjadi kekhawatiran saat waktu cuti hampir habis. Untungnya, di antara kami ada yang ahli dalam negosiasi, membuka jalan di tengah kekacauan. Dari situ, perjalanan ini mengajarkan satu hal: setiap tantangan bisa menjadi pelajaran.

Kisah pengalaman perjalanan penuh tantangan di Lembata

tertinggal pesawat di Lembata

Perjalanan kami dimulai dengan penerbangan dari Kupang menuju Lembata menggunakan pesawat Susi Air. Dengan kapasitas hanya dua belas penumpang, perjalanan ini sejak awal terasa penuh tantangan.

Saat itu, aku dan dua sahabat berkelana ke Lembata sebagai bagian dari komunitas pencinta Indonesia yang dulu aku bangun. Di dalam pesawat kecil itu, adrenalin kami terpacu.

Pilot yang terlihat begitu dekat sesekali menoleh ke arah kami, memberikan sensasi yang tak biasa. Meliuk-liuk di antara angin, kami merasakan pengalaman itu bagian dari tertinggal pesawat di Lembata yang tidak akan pernah terlupakan.

Ketika akhirnya mendarat dengan selamat, rasa syukur begitu besar memenuhi hati kami. Rekan-rekan menyambut hangat, dan dalam percakapan tentang perjalanan, satu tujuan utama langsung kami sampaikan, melihat tempat tradisi perburuan paus.

Desa Lamalera – Tradisi perburuan paus yang terkenal di Indonesia

Bagian penting dalam kisah tertinggal pesawat di Lembata adalah bertemu tempat tradisi perburuan paus yang terkenal di Indonesia yaitu desa Lamalera. Kala itu dengan kebaikan hati Bapak Bupati saat itu, kami diberi fasilitas mobil double cabin 4×4 terbaik.

Jiwa petualang yang tangguh seorang kawan perempuan senang sekali, dia sendiri menawarkan menyetir dari kota Lembata ke Desa Lamalera.

Di lihat dari jarak memang cukup jauh tapi karena sepi sehingga waktu tempuh tidak terlalu lama. Namun menarik buat kami saat itu, sepanjang perjalanan dikelilingi pohon lebat, seperti menembus hutan.

Menulis kenangan itu teringat bagaimana aku juga saat menelurusi Alas Purwo, ada rasa mencekam.

Baca kisahnya di Solo Traveling Banyuwangi Terbaik – Selamat Datang 46 – Happy Birthday

Ketika sampai akhirnya aku mengerti kenapa pada zamannya, desa itu menjadi tempat berburu Paus, sebagai sebuah tradisi.

Tertinggal pesawat di Lembata

Mengapa desa Lamalera memiliki tradisi perburuan paus?

Desa Lamalera dikenal sebagai salah satu tempat di Indonesia yang masih mempertahankan tradisi perburuan paus secara adat. Tradisi ini berakar dari kebutuhan masyarakat yang bergantung pada laut sebagai sumber kehidupan.

Seperti yang terlihat pada foto di atas, desa ini terletak di ujung timur Lembata, terpisah cukup jauh dari desa lainnya. Dikelilingi oleh tanah berbatu, wilayah ini tidak mendukung kegiatan bercocok tanam, sehingga masyarakat bergantung pada sumber daya laut untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tertinggal pesawat di Lembata

Sejujurnya aku termasuk tidak mendukung atas perburuan paus, tetapi ketika bertemu langsung dengan desa itu dan berdialog lebih dekat, akhirnya aku paham dan membuktikan segala sesuatu memiliki alasan.

Bukit Doa Wato Miten – Sudut Barat Lembata

Jika Desa Lamalera menghadirkan kisah adat dan ketahanan hidup, Bukit Doa Wato Miten menjadi bagian indah perjalanan tertinggal pesawat di Lembata.

Ada beberapa tempat kami temui saat disana, dan dalam tulisan ini aku hanya ingin berbagi dua tempat saja. Bagian timur dan Barat Lembata. Lainnya jika ada kesempatan akan aku tulis terpisah nanti.

Hamparan laut yang membentang di hadapan bukit ini memberi kesan tenang sekaligus mengundang renungan. Kala itu, kami duduk cukup lama menikmati panorama yang, menurut cerita warga setempat, akan lebih memukau saat senja tiba. Sayangnya, waktu yang terbatas membuat kami hanya bisa menikmati sinar matahari di siang hari.

Baca Juga Senja terbaik di Indonesia dalam langkah empat puluh tahunku

Bukit yang menghadap Pulau Larantuka itu satu bagian terindah pertualangan kami pada kisah tertinggal pesawat di Lembata.

Dari sini, perjalanan kami di Lembata perlahan mulai mengarah ke tantangan yang tak terduga. Jika di bukit ini kami mengagumi keindahan alam dengan penuh ketenangan, maka di momen berikutnya, alam menunjukkan sisi lainnya, cuaca buruk yang akhirnya membuat kami tertinggal pesawat.

Tertinggal pesawat di Lembata

Pengalaman tertinggal pesawat di Lembata karena cuaca buruk

Perjalanan selalu membawa kejutan, baik yang menyenangkan maupun penuh tantangan. Setelah selesai menikmati pesona Lembata, tiba waktunya kami kembali ke Jakarta.

Namun sepertinya waktu sedang memberi suatu pelajaran pada kami. Cuaca kala itu begitu buruk sehingga pesawat yang ada, tidak bisa melanjutkan penerbangan.

Kami sedih, khawatir dan berpikir bagaimana caranya tetap bisa terbang, masa cuti tidak banyak. Tetapi dengan segala perjuangan tetap saja alam memiliki kuasa yang tidak bisa dibantah.

Setelah waktu yang penuh ketidakpastian, kami akhirnya mengudara menuju Kupang. Namun, di balik kelegaan itu, kisah tertinggal pesawat di Lembata mulai menghadirkan tantangan baru yang tak terduga.

Apa yang Harus Dilakukan Saat Tertinggal Pesawat di Daerah Terpencil?

Tertinggal pesawat di Lembata
Tertinggal pesawat di Lembata

Karena cuaca buruk, penerbangan dari Lembata tertunda, yang akhirnya membuat kami tertinggal pesawat lanjutan dari Kupang ke Jakarta.

Saat pesawat resmi dibatalkan, tidak bisa hanya menunggu keajaiban. Dalam kondisi seperti ini, belajar pentingnya inisiatif dan kemampuan komunikasi strategis.

Kami segera menghubungi petugas untuk meminta solusi. Awalnya, mereka menginstruksikan agar kami membeli tiket baru, namun kami tidak terima karena keterlambatan terjadi akibat faktor cuaca yang di luar kendali kami.

Kemudian kami memohon kembali pada petugas dan berkata,
“Kami sangat berharap bisa mendapatkan keringanan atas ketinggalan pesawat, adakah kemungkinan berbicara dengan pihak yang bisa membantu lebih jauh?”

Mungkin bukan jawaban sempurna, tapi ternyata ini membuka pintu. kami dilayani lebih lanjut dan akhirnya mendapat akses ke seseorang yang bisa mengambil keputusan lebih tinggi.

Dalam hidup, seringkali solusi datang bukan dari keras kepala, tapi dari cara kita menyampaikan kebutuhan dengan tenang dan hormat, tetapi tetap teguh akan tujuan.

Setelah proses yang cukup alot, maskapai akhirnya memberikan kompensasi berupa tiket gratis untuk penerbangan berikutnya. Namun, karena saat itu sudah sore, penerbangan baru tersedia keesokan paginya.

Kami kembali melakukan negosiasi, kali ini untuk mendapatkan tempat menginap semalam. Beruntung bagi kami, pesawat yang ditumpangi dari Lembata berada dalam satu manajemen dengan maskapai penerbangan ke Jakarta-bukan Susi Air. Dengan pendekatan yang tepat dan kemampuan negosiasi yang cukup baik, akhirnya kami mendapatkan akomodasi dan tiket tanpa biaya tambahan.

Saat Alam Menguji, Negosiasi Menyelamatkan

Jika berencana ke Lembata, rute perjalanan dari Jakarta adalah menuju Kupang terlebih dahulu, kemudian melanjutkan penerbangan ke Lembata. Pastikan tiket kembali telah diatur dengan baik, terutama untuk penerbangan Lembata – Kupang – Jakarta yang berada dalam satu manajemen. Hal ini penting sebagai dasar negosiasi apabila terjadi kendala, seperti pengalaman kami saat tertinggal pesawat di Lembata.

Namun, perjalanan selalu mengajarkan satu hal: tidak semua keadaan memberikan dukungan, tetapi ketekunan dan strategi yang tepat dapat membuka jalan. Seperti saat tertinggal pesawat di Lembata, alam memberi ujian, tetapi melalui negosiasi yang sabar dan tepat, akhirnya solusi ditemukan.

Begitulah hidup, sering kali menghadapkan kita pada tantangan yang terasa mustahil, tetapi dengan usaha yang sungguh-sungguh dan komunikasi yang baik, apa yang dibutuhkan bisa tercapai.

Hidup menguji, kita berkehidupan. Saat alam menantang, negosiasi membuka jalan, pengalaman yang mengajarkan tentang ketekunan dan strategi.

Pernah mengalami situasi tak terduga saat traveling? Bagikan ceritamu di komentar yuk.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

satu Respon

  1. Ka Nik, seru banget sih kisahnyaaa.. Walaupun ketinggalan pesawat, Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan baik dan lancar. Bless to all of you.

    Sepanjang baca cerita ini aku kagum sih ka Nik pengalamannya banyaakk dan seseru itu. Huaah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink

Daftar dan dapatkan update terbaru

Subscription Form