#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor – 5 Drama Penuh Rasa dengan Makna Indahnya

Bagikan

Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor, mewarnai cerita Oktober menjadi penuh rasa dan menghadirkan makna indah, ketika mengingatnya betapa hidup begitu unik, mengatur alur kisah setiap waktunya.

Mohon maaf sebelumnya, tulisan ini tidak mengulas bagaimana proses perjalanan, kisah ini lebih berbagi tentang kejadian-kejadian yang boleh terlihat tidak nyaman tetapi sejatinya memiliki makna yang indah dan penuh rasa.

Seperti apa perjalanannya, mari mampir ketulisan temanku Isti di Recharge Energi Bersama Teman dengan Trekking ke Curug Cibingbin Sentul

Lalu dalam tulisanku, berbagi bagaimana kejadian yang di beri label “drama” memiliki rasa dengan penuh makna. Sebagai bagian series Rabu, Peta Rasa Sukacita.

Baca Juga: Peta Rasa Sukacita

Merangkai kisah trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor. Ada beberapa drama mewarnai, aku ambil lima drama sebagai catatan indah perjalanan saat itu. Mengecapnya dengan sukacita, karena dibalik peristiwa itu ada tujuan indah yang dibingkai makna.

Lima drama Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor,

  1. Salah Kereta.
  2. Pertengahan jalan nyaris pingsan. tapi akhirnya sampai tujuan.
  3. Di tengah perjalanan, memutuskan untuk tidak ikut hingga akhir.
  4. Tas berisi dompet tertinggal di mushola SPBU.
  5. Gunting milik pemilik warung terbawa.
Trekking ke Curug Ngumpet Sentul
Trekking ke Curug Ngumpet Sentul

Foto di atas di curug ngumpet dan kami sangat leluasa menikmatinya. Karena saat itu hanya group kami yang tersisa. Dan semua di dapatkan karena salah satu teman salah naik kereta.

Bagaimana kisahnya?

Lanjut ya dan temukan juga drama lainnya dengan makna indahnya ketika trekking ke curug ngumpet Sentul Bogor.

1. Salah Naik Kereta – Ketika Waktu Mengatur Kenyamanan

Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor saat itu berdelapan. Dengan berbeda-beda asal. Ada yang dari BSD, Depok, Pasar Minggu, Bekasi dan Jakarta Timur. Mepo sudah ditentukan dengan janji di TKP jam 7 pagi. Dan sebagian kami memutuskan naik kereta dengan janji ketemu di stasiun Cilebut. Dengan maksud dari sana bersama-sama naik taxi online.

Geng kereta jam ketemu di stasiun Cilebut jam 6.30 pagi. Namun terjadilah waktu mengatur dengan bersukanya. Salah satu teman naik kereta ke arah Nambo, bukan ke Bogor. Kemudian terjadilah drama menunggu.

Aku dan satu teman sampai duluan. Mungkin kalau lima tahun lalu, ketika ada orang yang mengalami hal ini, aku akan ribet, karena sebagai bagian Capricorn, keterlambatan itu sebuah petaka. Tetapi karena sudah terbiasa dan waktu sudah mendidikku dalam tahun-tahun terakhir, menghadapi keterlambatan aku tenang saja. Mengerti setiap hal punya tujuan.

.Lalu makna indah apa yang kami dapatkan ketika terjadi salah naik kereta saat trekking ke Curug Ngupet Sentul?

– Menikmati Mentari Pagi dengan Ceritanya

Sebenarnya ada satu drama yang mungkin tidak diketahui teman lainnya, kalau satu teman yang lebih dulu sampai itu ketinggalan dompet make up nya, yang sejatinya dia sendiri merasa sedikit resah.

Aku menenangkannya, beserta mentari pagi yang memandikan kami dengan hangatnya, temanku berupaya mencari tahu, apakah dompetnya tertinggal dirumah atau terjatuh.

Sambil menunggu, banyak cerita yang kami saling bagi dan semuanya membuat melihat, ternyata waktu menunggu memiliki arti tersendiri. Terlebih saat itu temanku bisa memastikan dompetnya dan ternyata tertinggal dirumah.

Hak Menjadi Hak pertama yang aku lihat dalam trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor.

– Curug Ngumpet Seperti Milik Sendiri

Kemudian, hal yang paling aku lihat dari peristiwa salah naik kereta ketika waktu mengatur kenyamanan.

Begini,

Dengan keterlambatan kami sampai di mepo bersama, tentu saja akan menjadikan langkah selanjutnya menjadi terlambat. Semuanya terhubung dan itu menjadikan kami sebagai peserta terakhir di waktu itu sampai di Curug Ngumpet.

Di mana sebelumnya ada beberapa curug yang sudah ditemui. Semuanya memperlihatkan bagaimana insan-insan hadir dengan berbagai latarnya. Bilang saja ramai. Membuatku sendiri sejujurnya kurang nyaman.

Terbiasa kalau bertemu dengan alam, senangnya hanya group sendiri, tidak terlalu suka banyak orang. Sepertinya, waktu mengerti akan kenyamanan, diaturlah semuanya dan benar saja, saat sampai di tujuan akhir, yang tersisa hanya group kami dan kami begitu menikmatinya dengan leluasa dengan penuh sukacita.

Trekking ke Curug Ngumpet Sentul
Sukacita ketika sampai saat Trekking ke Curug Ngumpet Sentul

Hak Menjadi Hak kedua menjadi makna indah, ketika drama salah naik kereta saat trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor. Kemudian drama kedua, pertengahan jalan nyaris pingsan. tapi akhirnya sampai tujuan. Menjadi kepingan makna kedua atas salah naik keretanya.

Masih mau lanjut membacanya kan? yuk baca kisah drama kedua trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor.

2. Pertengahan jalan nyaris pingsan. tapi akhirnya sampai tujuan

Drama kedua ini aku sendiri mengalaminya. Ketika memutuskan ikut trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor, sejatinya aku sedang masa pemulihan sakit dua minggu. Gejala Tipes. Aku berpikir mungkin dengan menikmati alam dengan hawa segarnya, pemulihanku semakin cepat.

Apa yang aku pikirkan benar terjadi, setelah pulang dari trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor, jiwa ragaku begitu segar. Tetapi sebelum mendapatkan kesegaran itu, aku sendiri mengalami tantangan, yang sungguh membuatku teringat masa trekking ke Ranu Kumbulo.

Baca Juga: Ranu Kumbolo Malammu Pekat – Mengalahkan Letih dalam Indah – Part 2

Trekking ke Curug Ngumpet Sentul
15 menit setelah drama hampir pingsan Trekking ke Curug Ngumpet Sentul

Lima belas menit sebelum foto di atas, aku tertatih sampai di warung ini. Tanjakannya ternyata aduhai. Langkah tersendat-sendat dan ada di satu titik aku menyerah. Di samping jalan setapak yang sedikit basah, kubaringkan tubuhku, antara sadar tidak sadar, jika di paksakan sudah pasti aku akan pingsan.

Dalam baringku, pikiranku melayang betapa segala rencana bisa buyar begitu saja. Semua yang aku alami karena keras kepalaku karena terlalu percaya diri atas rencana dan merasa diri mampu.

Berawal dari karena tidak terbiasa makan sebelum jam sembilan atau sepuluh pagi, aku berbekal coklat dan satu buah pir. Niatnya akan di makan saat sampai di warung, supaya makannya lebih santai. Tetapi nyatanya, perutku sudah memberi sinyal dan kepalaku sedikit pusing.

Alhasil dalam perjalanan, pir aku makan sambil menahan lelah raga karena kekurangan asupan. Sepertinya pir belum cukup, kepalaku mulai pening, tersadar darah rendahku mulai kumat, aku ambil coklat dan belum juga habis, badanku tidak mau diajak kompromi.

Terjadilah drama tidur di samping jalan setapak yang sedikit basah. Sepuluh lima kemudian, aku berjuang kembali menapaki sedikit demi sedikit dan akhirnya sampai di warung dan aku jatuhkan diri bale-bale warung sejenak. Setelah sekitar lima menit, tenagaku pulih dan semuanya baik kembali.

Setiap rencana memiliki tujuan, tetapi prosesnya belum tentu sesuai dengan alurnya waktu, walau tujuannya sama

Begitu yang aku lihat dari drama kedua Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor Oktober lalu. Prosesnya berbeda dari rencanaku, tetapi memiliki tujuan sama. Melalui perjalanan itu membuatkan segar kembali.

Dalam proses yang berbeda, waktu kembali mendidikku untuk memperlihatkan ragaku tidak sekuat masa lalu. Perlu lebih memperhatikan karena harta utama hidup adalah raga beserta semua bagiannya.

Waktu selalu punya cara mendidik, walau terasa tidak nyaman tapi nyatanya dengan proses hampir pingsan, aku sampai di curug terakhir dengan penuh semangat, sedangkan ada peserta yang tidak sampai dengan tentu punya alasannya tersendiri.

Plot twist waktu yang aku sendiri heran atas kejadian itu. Awalnya hampir pingsan tetapi akhirnya aku menyadari kembali bahwa jika terbasuh air, ragaku akan kembali hidup dan bersemangat. Seperti saat itu ketika Trekking ke Curug Ngumpet Sentul, perjalanan hampir pingsan tapi sampai akhir tujuan karena sudah menyelam di air terjun.

Baca juga: Menemukan Sumber Kehidupan – Air Cermin Jiwa dan Energi – Aku dan Tokoh #21

Kemudian untuk drama ketiga, sejatinya bagian hak menjadi hak kedua dan begini kisahnya.

3. Di tengah perjalanan, memutuskan untuk tidak ikut hingga akhir

Setelah drama mau pingsan, langkahku semakin pelan, mencoba untuk menikmati setiap langkah dengan melihat, menyapa pohon dan dedaunan sepanjang jalan sebelum bertemu curug.

Sampai di curug pertama, energinya terasa habis karena melihat begitu ramainya orang dan curug pertama itu aku lihat biasa saja. Mungkin bukan alamnya yang biasa, tetapi karena begitu banyak orang jadi terasa kurang nyaman.

Setelah menikmati curug pertama, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan menanjak. Belum juga jauh bertemu warung dan aku dengan satu teman berpikir panjang untuk lanjut. Lalu kami memutuskan untuk tidak lanjut karena merasa badanku kembali kurang nyaman dan temanku juga ingin menyimpan tenaga karena dalam minggu itu dia ada rencana perjalanan lainnya.

Tetapi keputusan itu kami yang membuatnya, apakah waktu dan kehidupan setuju? Belum tentu.

Buktinya, setelah berdialog cukup mendalam dengan temanku, sesekali di selingi percakapan dengan Bapak tukang warung. Semangat kami kembali menyala, dan tiba-tiba ingin menyusul teman-teman kembali.

Langkah demi langkah dan akhirnya bertemu kawan-kawan lain. Dan dalam drama ketiga Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor Oktober, aku melihat bahwa,

Jika hidup berkehendak, sehebat apapun keputusanmu akan selalu ada celah untuk berubah. Tidak perlu terlalu percaya diri memegang apapun terlalu erat.

Kemudian untuk drama keempat, sebuah bukti atas Hak Menjadi Hak menjadi nyata.

4. Tas berisi dompet tertinggal di mushola SPBU

Drama ke empat, peristiwa yang membuatku merasa sangat tidak nyaman. Kisahnya setelah selesai melakukan trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor, kami kembali dan sebagian kami menumpang salah satu teman yang membawa mobil.

Kami merasa beruntung karena sebenarnya, teman yang ditumpangi ada keperluan lain setelah semuanya selesai. Kebaikan hati keluarga ini sungguh membuatku berterima kasih pada hidup, karena ditemukan orang yang memiliki hati suka menolong.

Di tengah perjalanan, kami mampir ke SPBU untuk sholat. Mereka melakukan ibadah dan aku menunggu di salah satu tempat sambil memandang lalu lalang insan yang sedang asyik menikmati waktunya.

Setelah semuanya selesai, perjalanannya pun di lanjut, namun ditengah jalan suami teman kami bilang kalau tas yang berisi dompet tertinggal. Seketika hatiku sungguh tidak nyaman. Pikiranku langsung melayang dan bertanya pada waktu, mengapa sampai hal ini terjadi.

Aku berdoa dan memohon semoga tas tersebut masih ada, dan setelah berputar kembali menuju SPBU, Puji Tuhan tasnya masih ada.

Hatiku langsung lega, berterima kasih pada waktu. Walau aku percaya setiap kejadian punya tujuan, tetap saja ketika drama tas tertinggal membuatku hatiku tidak nyaman. Mereka sudah baik mau mengantar kami, jika tas itu benar-benar hilang, rasanya aku sendiri yang merasa sesak.

Lalu, dalam peristiwa itu aku melihat kembali Hak Menjadi Hak. Boleh saja waktu mengizinkan sesuatu yang tidak nyaman, tetapi jika sudah hak, apapun bisa kembali. Berlaku sebaik-baiknya dan biarkan hidup yang mengatur alurnya.

5. Gunting milik pemilik warung terbawa

Dari sekian drama yang ada, aku memilih peristiwa gunting milik pemilik warung terbawa menjadi penutup drama trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor. Aku sendiri merasa ada pesan tersendiri dan ada kepingan lanjutan yang mungkin masih belum selesai atas trip kami saat itu.

Benar saja, teman kami yang tidak sengaja membawa gunting itu, karena merasa bertanggung jawab dan berencana akan kembali dan membawa keluarga menikmati indahnya Sentul dan mengembalikan gunting tersebut ke pemilik warung.

Setiap langkah seperti kepingan dan semuanya saling terhubung membentuk kisah alur kehidupan.

Maka ketika sebuah kalimat berkata, setiap pertemuan adalah takdir, mungkin pertemuan kami takdirnya melahirkan cerita indah dan penuh makna melalui banyak drama.

Kemudian menghubungkan pertemuan lain melalui gunting terbawa. Siapa yang tahu?

Trekking ke Curug Ngumpet Sentul Bogor – Penuh Rasa Sukacita

Sebuah kisah yang membawa sukacita khusus dan yang kelak akan membentuk kisah yang lebih besar. Terima kasih untuk semua teman. Terkhusus untuk Mba Rien dan keluarga (Suami dan anak Sulungnya), sudah menyediakan wadah dan menemani perjalanan ini. Bersedia mengantar kami pada tempat terdekat tujuan walau sebenarnya ada kegiatan lain menunggu.

Begitu juga dengan Isti, Mba Nurul, Ria, Amanda. Terima kasih untuk semua sukacita yang terlahir dari perjalanan kemarin. Semoga waktu memberi rejeki kembali kelak bisa bersama-sama menikmati keindahan alam lainnya.

Baca juga: Makan dan Cerita – Merangkul Kehidupan Rahasia Rasa – Happy Anniversary Food Blogger Indonesia

Dan kamu,

Pernahkah mengalami banyak drama dalam perjalanan? Jika aku melihat lapisannya kisahnya dengan apa yang tertulis diatas, bagaimana denganmu? Apa rasamu terpetakan dalam setiap dramanya? Yuk tulis di komen, barangkali dengan ceritamu memberi energi baik buat pembaca lainnya.

Serpong, November 2025
Ditulis saat bersama dengan ponakan yang sedang berjuang membuat laporan sidang akhir.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

3 Responses

  1. Drama pertama, begitu juga yang aku rasakan mbak. Aku pun menunggu di Taman Budaya sejak sekitar 6.45. Tapi karena kabar ada yang salah kereta gitu, aku jadi bisa berkeliling sedikit di Taman Budaya dan bikin konten, ihihi.

    Hikmahnya ya itu ya, kita jadi orang terakhir dan jadi lebih puas menikmati curugnya Alhamdulillaah. Rencana Tuhan memang selalu yang terbaik, kita cuma bertugas mengikuti alurnya saja, sekalipun itu berbeda sama rencana kita yaa 😀

  2. Drama dan cerita seperti ini yang kelak akan jadi memori indah ya mbak, hehehe. Karena sejatinya, bukan destinasi yang akan kita kenang. Melainkan cerita-cerita penuh tawa dan lara yang menyertainya. Itulah yang akan mengingatkan rasa syukur kita sebagai seorang insan manusia.

    BTW mbaaak.. Kapan-kapan ajaklah dakuuu ke Curug. Heuheu. Saya juga pengen ikutan Hikiiiiing

  3. Duhhh, kek mana itu gunting bisa kebawa? hahahha
    Setiap drama pasti ada hikmahnyaaa…
    Beberapa waktu lalu aku sempat tracking sentul juga. Walaupun katanya easyy, ternyata ya tidak se-easy itu. Harus banget persiapkan kesehatan diri sebelum trackingg yaaah..
    Semoga next nya bisa tracking lagi dengan drama yang lebih seru dan menyenangkan. heheh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink