Mengolah rasa saat terjebak dalam hutan.
Tanpa keinginan, hanya keadaan yang membawa ikatan tanpa rasa, namum melahirkan penerus. Sebuah kesalahan boleh disebut seperti itu.
Tulisan ini hadir dari Ocean Story , dimana aku memberikan waktu bagi siapapun yang butuh telinga dan hati untuk menumpahkan segala persoalan yang terjadi.
Tidak ada yang lebih berharga selain membuat orang lain lebih baik dan semoga apa yang menjadi pilihanku bisa bermanfaat.
Ocean Story kali ini berkisah tentang membangun kebun dalam hutan , tentang rasa yang dituntut oleh tanggungjawab
Terjebak dalam Hutan – Mengolah Rasa
Sebut saja Dara, seorang gadis manis dengan hati murni namun ketika terlepas dari hubungan bertahun tanpa kepastian, menjadi gadis mencoba diluar dirinya.
Tidak ada perpisahan tanpa luka, apapun alasannya. Seperti halnya aku saat itu dalam langkah besarku meninggalkan orang yang kucintai ada luka, walau itu untuk kebaikan, rasa sakit pasti ada.
Begitulah Dara , saat luka perpisahan itu bertemu dengan Daya, seorang lelaki yang menjadikannya istri dan ibu namun berujung rumit.
Semestinya sebuah kebun yang indah. Namun yang dihadapkannya pada hutan. Dara terjebak pada hutan yang semestinya kebun. Iya pernikahan layaknya sebuah kebun Indah.
Cinta yang melahirkan kebun indah itu dan cinta itupun yang membawa kedua insan untuk berjuang membangun kebun itu tetap indah.
Ada usaha yang harus dimiliki kedua belah pihak, tanpa itu akan kering dan mati. Bagaimana bisa tumbuh sehat dan bersemi apabila pohon , bunga yang ada dikebun itu tidak ada pemeliharaan.
Tidak ada usaha untuk membersihkan menyirami dan memberi ruang matahari ikut andil menyinarinya. Sinar yang dibutuhkan oleh pohon dan bunga -bunga .
Sepertinya pohon, insan dan hubungan itu pun butuh pemeliharaan, butuh ruang dan butuh pengertian satu sama lainnya.
Rasanya kurang adil memang bila aku membicarakan tentang pernikahan karena aku sendiri belum menikah, namun dengan kerendahan hatiku aku memberanikan diri untuk menulis tentang ini.
Pengalaman sejak SMP menerima cerita dan melihat sendiri bagaimana pernikahan, dengan itu aku memberanikan diri menulis bahwa pada dasarnya pernikahan itu seperti membangun sebuah kebun.
Tanpa Cinta
Ironis,
Bila pernikahan tanpa cinta , jangankan keindahan kebun , yang ada dihadapkan adalah hutan. Butuh usaha kuat untuk membuat menjadi kebun.
Dara wanita kuat ini sudah memutuskan untuk membangun rumah itu, walau dalam hutan dengan segala perjuangan akhirnya hadirlah penerus dan itu menjadi kekuatan baginya.
Wanita memang mungkin terlahir dengan kekuatan rasa , mampu mengolah rasa yang tidak ada menjadi ada, sayang pun tumbuh untuk Daya.
Dengan iklas Dara mencoba membangun kebun itu untuk menjadi indah. Namun pedihnya , laki-laki terlahir dengan logika bukan tanpa rasa , tidak semudah wanita untuk melahirkan rasa.
Akhirnya tanggung jawablah yang menuntut.
Dengan mengingatkan tanggung jawab karena sudah lahir penerus, Dara dengan kekuatannya memohon pada Daya untuk ikut membangun kebun bersama.
Tapi Daya ternyata bukanlah lelaki yang bisa mengolah rasa melahirkan tanggung jawab, bukan dukungan yang didapat namun pernyataan bahwa Dara sebuah kesalahan dalam hidupnya.
Dia ingin Dara melepaskannya , tapi dengan kepedihan Dara meminta waktu karena sejatinya dia belum siap membesarkan penerus seorang diri.
Luka , pedih. hancur.
Tapi hidup terus berjalan, waktu tak sedikitpun melonggarkan kehendaknya.
Pemanis Hidup
Gula -Gula itu manis tapi dia itu tak lekang. Manisnya sementara namun melahirkan kenangan
Sebut saja Ben, dia hadir dalam kehidupan Dara.
Rumah dalam hutan dengan segala sepinya Dara tak sanggup menjalani sendiri, ada getir setiap waktu mengingat apa yang dialaminya. Suami seperti orang asing dan anak yang butuh diperhatikan.
Wanita sejatinya mahluk kuat namun bila menyentuh soal rasa tak arang akan rumit dan lupa akan sejati prinsip.
Kehadiran Ben seperti angin segar dan nikmatnya manis.
Mungkin saja itu sebuah kesalahan Dara karena tidak mampu menahan bebannya, tapi bila itu salah kenapa dia hadir ?
Waktu memang suka bercanda bukan ?
Dia akan memberi gula-gula , dia itu mengerti bila insan terlihat lelah , dia hadirkan gula-gula, tapi tetap pilihan ditangan insan itu, karena tidak ada yang gratis dalam hidup, ada harga yang harus dibayar.
Ben itu gula-gula , dia bukanlah orang yang tepat , bisa dibilang begitu , dia tak bisa memberikan rumah dengan kebun indah ( Pernikahan ).
Dia hanya hadir sebagai pemanis baik buat Dara ataupun buat dirinya sendiri.
Hubungan berjalan tanpa kepastian , hanya menikmati manis tapi apakah akan disebut baik bila sesuatu tanpa keseimbangan ?
Manis tanpa pahit itu omong kosong dalam apapun.
Semu
Sejati berbisik – Mengolah Rasa
Bila tak mau membangun kebun bersama sama halnya seperti berjalan dengan ketidakpastian, bahagia itu semu. Bahkan mungkin bukan disebut bahagia hanya pemberi kelegaan sesaat dalam dahaga.
Boleh saja menikmati gula-gula itu tapi tentu perlu diingat, dia itu pemanis sementara , memberi energi tapi tidak untuk selamanya.
Sejatinya Dara berbisik,
Sampai kapan ?
Selaraskan Akal dan Hati
Ini hanya tawaran waktu untuk mengolah rasa dalam setiap langkah, bagaimana rasa yang diberi manis ketika melahirkan penerus tanpa cinta dan itu dibayar dengan pahitnya ketika membangun kebun itu sendiri.
Menikmati manisnya Ben saat lelahnya beban dan ini tentu dibayar dengan ketidakpastian.
Sederhanakan perkara maka lahirlah sebuah keberanian
Keberanian itu yang mampu memberi kekuatan dalam apapun. Beri ruang pada akal dan hati untuk menyelaraskan dan temukan jawaban pertanyaan,
Apakah disebut hidup bila nurani mati
Perkara salah dan benar hanya bagaimana melihatnya, semua pihak punya alasan, namun buatku sendiri kebenaran itu selalu melahirkan kebaikan untuk semua pihak dan dia menghidupkan.
Lepaskan yang perlu dilepas dan waktu yang membawa orang yang tepat untuk bisa membangun kebun yang indah .
Tetaplah kuat dan selamat berproses.
all picture by Eddymotret
Bukan tidak mungkin membangun kebun sendirian meski diperlukan waktu dan kesabaran yang luar biasa.
Namun tidak salah juga untuk melepaskan, karna sejatinya membangun kebun untuk kebahagiaan dibutuhkan rasa yang sama.
❤️❤️❤️
Sepakat, hanya sebuah pilihan.
Terus mengolah rasa untuk bertahan❤ terima kasih tulisan apiknya Mba Nik
Siap, Terima kasih ya