Amarah,
Ada yang menangis saat menonton film X-Men Apocalypse? Mungkin hanya aku. Air mataku menetes bukan saat Magneto alias Erik Lehnsherr merangkul istri dan putrinya tertusuk satu panah sekaligus. Tetapi dadaku sesak dan air mataku menetes ketika Erik berteriak marah dan berkata “Inilah aku, Magneto!” Aku melihat Magneto saat itu begitu terluka.
Lukanya itu membuat dia marah dan kemarahan itu menyesatkan langkahnya. Yang belum menonton filmnya silahkan baca tulisan kawan saya, Dani – ada sembilan alasan untuk menonton film ini.
Minggu lalu aku baru menonton film yang berjudul Gone Girl. Amy Dunne tokoh utama di film tersebut adalah sosok wanita yang cerdas namun sangat kejam. Amy terluka dan marah ketika suaminya berselingkuh.
Amarahnya membuat Amy balas dendam. Ingin tahu review film ini silahkan baca tulisan kawan saya, Ryan, Review Film Gone Girl
Dan aku?
Dua film di atas yang aku tonton tanpa sengaja secara berdekatan itu memberi renungan akan diriku sendiri. Bagaimana aku yang punya kekurangan yang paling di ingat hampir semua kawan-kawanku adalah aku yang pemarah, aku yang sensifif, dan itu semua karena LUKA.
Mungkin perbedaannya ada pada langkah yang kuambil. Ketika aku marah dan semakin memuncak, langkah yang aku ambil adalah diam atau menjauhkan diri dari sumber luka itu.
Banyak alasan kenapa aku mengambil langkah itu, salah satu kalimat ini,
“Di dalam amarah terdapat banyak kesalahan“
Kalimat itu menjadi terapiku dalam menghadapi setiap hal yang tidak sesuai di hati. Bagiku kalimat itu benar, karena ketika amarah menguasai, terkadang sering menimbulkan luka bagi orang lain. Apalagi jika amarah dituangkan ke dalam satu tulisan, luka yang di timbulkan akan semakin berlipat.
Selain itu aku juga selalu dianugerahi kawan-kawan yang tepat, yang selalu ada dan mengingatkan. Karena itulah seringkali aku menyebut
seorang kawan yang tepat adalah harta yang tak ternilai.
Melalui mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik, seperti sebuah kalimat bahwa kita terbentuk oleh lingkungan termasuk orang-orang terdekat.
Kalah…
Iya, itu ungkapan yang sering aku katakan kepada cermin saat tidak mampu mengendalikan amarah yang membuat keadaan diri makin terpuruk atau melukai hati orang lain.
Namun demikian bukan berarti tidak bisa mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai di hati. Kekalahan yang aku maksud adalah ketika sesuatu yang tidak sesuai diungkapkan dengan alasan sakit karena luka, bukan karena untuk memperbaiki demi tujuan kebaikan bersama.
Tanpa sadar luka membentuk suatu tindakan diluar nalar, karena butuh penguasaan diri yang sangat baik untuk mampu bertindak dengan tepat.
Aku sering mengingatkan diri atau kawan-kawan di sekelilingku bahwa jika ada amarah di dalam diri, usahakan untuk tidak menulis apapun di sosmed. Karena tulisan sering di salah artikan, apalagi yang bernada negatif. Apapun alasannya menurutku itu kurang tepat.
Belum lagi tidak banyak insan bisa membaca secara betul-betul jernah dan paham atas sebuah kalimat, apalagi membacanya dengan rasa yang dipenuhi luka juga.
Kadang mirisnya saat ini dengan tekanan keadaan niatnya mau mencari hibungan di sosial media tetapi bertemu dengan tulisan yang tidak nyaman jadinya apa maksud tujuan pesan tidak diterima dengan baik.
Dimana seringkali terlihat di dalam tulisan status sosmed atau blog mengutarakan pembelaan bahwa apa yang dialami itu tidak salah dan kerapkali memojokkan pihak lain.
Sementara Prinsipku
Bahwa kita tidak perlu menyatakan kita benar tetapi justru membeberkan keburukan orang lain. Biarkan saja waktu yang memberi penjelasan.
Tentu , kadang kita perlu menjelaskan namun akan lebih baik berbicara langsung atau kalau memang harus menulis usahakan untuk memakai kalimat yang tidak menjatuhkan.
Lagi,
Tidak semua tulisan bisa dipahami dengan baik sesuai tujuannya.
LUKA itu memang menyakitkan, tetapi akan jauh lebih menyakitkan jika membiarkan AMARAH mengendalikan diri yang melahirkan luka lain. Itu yang aku sebut dengan KALAH
Kalah atas diri yang tidak mampu mengendalikan luka, kalah karena belum bisa mengatur peristiwa yang disebut tidak menyenangkan menjadi suatu yang tepat.
Karena pada akhirnya luka itu hanya sebuah peristiwa, seperti apa akhirnya tergantung bagaimana reaksi.
Ahiiiik. Makasih Nik. Ini tulisan buat gw banget. Emang paling gampang menurutkan kemarahan Nik. Tapi ya itu, dalam kemarahan banyak kesalahan. Dirimu sudah tahu sisi gw yang itu kan ya berarti. Hiks. Hehehehe. Btw Makasih banyak Nik remindernya. ?
Waaah Dani ini tulisan buat reminder aku juga kok , makasi juga Dani .. ???
Sengaja ini mah. Buat nampar gw juga nih. Hahaha.
Makasih Nik remindernya. Setuju sama kalimat peganganmu pas marah. Hihi
Jiaaaah kok jd berasa wkwkkkwkw, maafkan yaa kl tertampar. Makasi jugaa udh meninggalkan jejak
Iya dong berasa. Ditampar bolak balik
Benar bangat nik. Dan ini terjadi padaku berkali-kali, emang sich nga lewat tulisan di sosmed tapi justru perkataan secara langsung dengan orang lain. Hikss setelah itu menyesalnya bukan main.Terima kasih untuk mengingatkan.
Sama2 Lina, aku juga terus eling2 kl lagi mau marah hihi , makasi juga udh ninggalin jejak ?
Mungkin itulah kenapa ketika kita begitu sulit memahami diri atau menemukan orang2 sulit di sekitar kita, yang hatus dilakukan pertama adalah berusaha memahami dan memaafkan.
Hurt people hurt others… seringkali gitu. Mereka yang masih menyimpan luka2 masa lalu, berpotensi membuat luka lainnya.
Iya Mba Donna. Terima kasih ya buat Jejaknya
Gue merasa kena untuk bagian “Di dalam amarah terdapat banyak kesalahan, mungkin jika ada kesalahan sebaiknya gue jangan sampai mengeluarkan amarah supaya tidak ketahuan punya salah haha, dan untuk bagian luka sepertinya sedang kita alami orang yang seperti ini…
Ha ha ha Rangga .. Thanks yaa udah komen.. Biarkan orang menaruh luka , asal kita jangan melukai ??
Kadang memang kekalahan membuat hati kita terluka
Luka yang begitu mendalam, seringkali memunculkan amarah
Padahal, jangan sampai kita mudah dikalahkan oleh amarah ya
Apapun alasannya amarah tidak akan pernah menyelesaikan suatu persoalan.
Iya, itu benar sekali. Ketika terluka kita menjadi marah dan membiarkan emosi menguasai maka kita akan kalah. Dan banyak org2 yg punya keahlian provokasi sehingga kita bisa tergelincir dan kalah
Semoga kita terhindar dari provokasi ya mba. #amin.
Ini yg kudu dicamkan bangettt dalam menjalani hidup yg penuh lika liku ya
semogaaa kita selalu eling.
bisa merawat hati dgn baik
tdk memperturutkan amarah
Amin ya mba kita terhindar dari amarah, bisa menguasai keadaan sehingga tidak emosi.
Ini salah satu yg aku masih struggle. Walopun skr dah jauh berkurang. Tp inget banget pas anak2 masih kecil, pandemi pula, dan aku yg hrs ngajarin mereka belajar. Sementara aku benci mengajar, jujurnya. Jadi tiap kali mereka tidak paham, yg ada aku bisa meledak marah.
Tapi setelahnya mba, nyesel banget2. Sampe minta maaf ke anak2. Cuma ya itu, terkadang berulang lagi.
Untungnya ada suami yg biasa selalu ambil alih. Kalo aku mulai kliatan bakal meledak, dia LGS gantiin utk ajarin anak2.
Susah banget mengendalikan marah itu 😔. Terlebih untuk ga mengeluarkan kata-kata menyakitkan ke orang lain.
Tapi aku memang sebisa mungkin untuk tidak menyentuh sosmed atau membuat keputusan apapun di saat marah. Karena ga mau menyesali nantinya. Tunggu sampai amarah reda, baru mulai berpikir tenang
Kadang kita kesulitan mengatasi emosi karena tekanan apalagi saat pandemi, itu seh kalau aku sedikit paham toleran.
Manusia yang diciptakan sebagai mahluk sosial, yg butuh melihat luar tidak hanya ketemu orang tapi butuh kencan dengan alam tiba-tiba terkurung dan ketemu dengan tugas yang tidak disukai, ya jadilah emosi.
Beruntung ya mba suami bisa membantu dan bersyukur dikau sudah bisa mengendalikan diri ketika emosi tidak menyentuh sosmed.
Adegan ketika Erik pasang badan itu memang salah satu adegan yang memorable. Dia emang mutan, dianggap berbahaya, tapi hendaknya manusia bisa nilai juga sih ya, apalagi sejak lama ia udah menghilang dan menjalani kehidupan untuk menyembunyikan identitasnya. Dia bukan kalah, tapi mencari jalan untuk dapat win-win solution antara hidupnya dan status mutannya.
Gone Girl juga aku suka banget. Tapi kedua film itu gak bikin aku nangis saat nonton. Salah satu film yang bikin aku nangis tiap kali ditonton ulang itu 3 Idiots. Bukan di satu bagian, tapi di banyak bagian (jadi kalau nonton bisa 4-5 kali nangis deras hahaha). Mungkin karena banyak hal di film ini yang relate sama hidupku.
Ahh yaa 3 idiots memang film epic banget, banyak belajar juga dari film itu.
Kedua film tersebut pernah aku tonton, sekali dan memang berkesan. Terkait marah dan luka, ini dalem banget memang. Secara fakta aku pun kalau marah, berusaha buat mengendalikan diri supaya tidak melakukan hal-hal berlebihan yang malah bikin tambah luka.
Meski tidak mudah, tapi kalau mau berusaha yakin bisa yaa. Menenangkan diri saat marah dan tidak serta merta mengeluarkan kemarahan dalam bentuk apapun. Makasih sudah diingatkan pentingnya tetap bijak dan punya self control yang baik saat marah.
Sama-sama La, semoga kita terus sadar bahwa amarah tidak akan pernah ada untungnya.
“Jangan ambil keputusan dikala marah” itu memang ada benarnya mbak. Aku salah satu tipikal orang yang jarang marah, tapi kalau sekalinya marah.. itu meledak-ledak,. Mungkin akumulasi dari rasa kesal yang ditumpuk hingga menggunung.
Sementara aku ga mau menyakiti orang kalo lagi marah, jadinya makin kesini kalo marah tuh aku sering menyakiti diri sendiri. Yah, kurang lebih gitu lah ya ga usah dijelasin detailnya hahaha
Pernah pas ke psikolog dibilang, “hati-hati. Amarah yang tertahan itu ibarat tong sampah. Lama-lama kelak akan menggunung dan meledak”
Susah si emang, mesti ketemu titik ekuilibriumnya.
Memang bahaya loh kalau disimpan, diceritakan saja ketidaksukaannya supaya jiwa lebih segar.
Semoga waktumu tidak menempatkan dirimu emosi ya Jar.
Wahh aku belum nonton X-Men yang ituu. Paling suka Wolverine dan Rogue.
Menurutku kalo marah lalu diam itu wajar sih. Daripada marah lalu ngomel dan mencaci-maki orang lain. Tapi jangan sampai diamnya itu silent treatment sampai berbulan-bulan ke orang lain, bahaya juga.
Diam boleh tapi jangan simpan ya, lepaskan saja pada doa nanti segalanya diatur oleh waktu.
Kalo marah dan hendak memberi penjelasan, mungkin redakan dulu marahnya, dan ketika ditanya dan ada momennya barulah penjelasan itu diajukan. Karena kalo udah terkait dengan marah, apa saja bisa terucap, sehingga memang kudu dingin dulu deh pikiran dan hati
Tepat mba, kalau dalam emosi kadang tujuan tidak tersampaikan dengan tepat.
Jadi harus berusaha menahan marah dan menenangkan diri ya kak.
Setelah amarah reda, baru kita bisa berpikir dengan tenang. Self reminder nih.
Iya mba, semoga kita semua bisa selalu sadar bahwa amarah itu kalah.
Saya juga sering merasa begitu. Terkadang, amarah bisa membuat kita kehilangan kendali dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan.. Selain tentang mengelola amarah, tulisanmu juga mengingatkan saya tentang pentingnya komunikasi yang efektif. Memang, kadang kita perlu mengungkapkan perasaan, tapi dengan cara yang konstruktif. Terima kasih telah berbagi pemikiran yang sangat berharga.
Sama-sama, terima kasih juga sudah membaca dan komen, semoga bisa menjadi pengingat dan kehidupan kita semakin baik.
hal yang masih sering aku temui, orang-orang menuliskan status kemarahannya di media sosial, padahal maksud orang itu dari sisi tulisannya, nadanya biasa aja, gak sampe teriak-teriak, tapi pembaca menganggap dia pemarah, karena melihat dari cara penulisannya
memang kalau ada masalah enaknya di atasi secara mandiri oleh diri kita sendiri, dan kalaupun ada masalah dengan orang lain, ya diselesaikan face to face
bener juga ya,kalau misal kita meluapkan amarah dari luka yang kita alami, bisa disebut diri kita kalah. Mungkin cara menyikapinya harus dengan kepala dingin ya
Kalah karena melukai diri sendiri dan sedihnya juga ketika kita marah akan ada yang terluka jadi tidak berujung.
Sepakat
Kadang kalau lagi bener bener diselimuti amarah, tidak terkontrol apa saja
Menyesal? Kadang tak bisa diulang lagi bahkan jika sudah menyakiti
Maaf yang paling mungkin tetapi tetap saja luka masih ada
Yaa begitulah kira-kira ketika setiap amarah datang karena luka yang selalu terciprat perihnya kondisi hidup
Setidaknya ini aku…
Semgoa kita selalu sadar ya mba untuk menjauh dari amarah.
Aku juga orang yg gampang nangis dan tersentuh mbak saat nonton film. Ah, mungkin kalau aku nonton film itu juga aku mewek, huhuhu. Btw, aku juga sepakat untuk tidak menjelaskan apapun daripada harus menjelekkan orang lain
Toss mba, Makasi yaa sudah hebat.
Iya, jika marah dan terluka biasanya ingin meluapkan rasa itu di medsos biar lega tapi lebih sering efek sampingnya merugikan kita sendiri dan orang lain ya
Tepat mba, semoga kita eling-eling untuk tetap menjauh dari sosmed jika terkena emosi.
Iya, jika marah dan terluka biasanya ingin meluapkan rasa itu di medsos biar lega tapi lebih sering efek sampingnya merugikan kita sendiri dan orang lain ya..
Kata orang, sabar itu gak ada batasnya, hanya manusia itu sendiri yang membuat garis batas. Tapi semakin ingin sabar, biasanya semakin banyak ujian datang menerpa. Dan adakalanya datang berupa kejadian yang bikin kita marah.
Memang benar, musuh terbesar kita adalah mengalahkan apa yang kita sebut dengan ego.
Dan ini gak mudah.
Iya Lendy. Ego yang perlu dijadikan teman bukan jadi tuan he he he
Mbak, aku baca ini jadi teringat hadits “Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya pada saat marah” (HR Bukhari dan Muslim)
Aku pun meyakini, kalau saat marah aku lalu tidak terkendali, artinya aku sudah “kalah”. Seneng baca tulisan yang prinsipnya sama kayak gini, jadi mengingatkan lagi tentang bagaimana seharusnya kita bisa mengendalikan amarah yang ada.
Satu lagi, aku setuju banget, kalau lagi marah usahakan menjauh dulu dari sosmed supaya gak mengeluarkan tulisan atau kata-kata yang menyakiti hati.
Wuah terima kasih ya mba untuk tambahanya,semoga kita semua selalu sadar bahwa menjadi orang hebat itu ketika segala sesuatu diselesaikan dengan damai.