Random Thoughts

Luka, Amarah dan Kalah – 2016

Amarah,

Ada yang menangis saat menonton film X-Men Apocalypse? Mungkin hanya aku. Air mataku menetes bukan saat Magneto alias Erik Lehnsherr merangkul istri dan putrinya tertusuk satu panah sekaligus. Tetapi dadaku sesak dan air mataku menetes ketika Erik berteriak marah dan berkata “Inilah aku, Magneto!” Aku melihat Magneto saat itu begitu terluka.

Lukanya itu membuat dia marah dan kemarahan itu menyesatkan langkahnya. Yang belum menonton filmnya silahkan baca tulisan kawan saya, Dani – ada sembilan alasan untuk menonton film ini.

Minggu lalu aku baru menonton film yang berjudul Gone Girl. Amy Dunne tokoh utama di film tersebut adalah sosok wanita yang cerdas namun sangat kejam. Amy terluka dan marah ketika suaminya berselingkuh.

Amarahnya membuat Amy balas dendam. Ingin tahu review film ini silahkan baca tulisan kawan saya, Ryan, Review Film Gone Girl

Dan aku?

sendiri2

Dua film di atas yang aku tonton tanpa sengaja secara berdekatan itu memberi renungan akan diriku sendiri. Bagaimana aku yang punya kekurangan yang paling di ingat hampir semua kawan-kawanku adalah aku yang pemarah, aku yang sensifif, dan itu semua karena LUKA.

Mungkin perbedaannya ada pada langkah yang kuambil. Ketika aku marah dan semakin memuncak, langkah yang aku ambil adalah diam atau menjauhkan diri dari sumber luka itu.

Banyak alasan kenapa aku mengambil langkah itu, salah satu kalimat ini,

“Di dalam amarah terdapat banyak kesalahan“

Kalimat itu menjadi terapiku dalam menghadapi setiap hal yang tidak sesuai di hati. Bagiku kalimat itu benar, karena ketika amarah menguasai, terkadang sering menimbulkan luka bagi orang lain. Apalagi jika amarah dituangkan ke dalam satu tulisan, luka yang di timbulkan akan semakin berlipat.

Selain itu aku juga selalu dianugerahi kawan-kawan yang tepat, yang selalu ada dan mengingatkan. Karena itulah seringkali aku menyebut

seorang kawan yang tepat adalah harta yang tak ternilai.

Melalui mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik, seperti sebuah kalimat bahwa kita terbentuk oleh lingkungan termasuk orang-orang terdekat.

Kalah…

Iya, itu ungkapan yang sering aku katakan kepada cermin saat tidak mampu mengendalikan amarah yang membuat keadaan diri makin terpuruk atau melukai hati orang lain.

Namun demikian bukan berarti tidak bisa mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai di hati. Kekalahan yang aku maksud adalah ketika sesuatu yang tidak sesuai diungkapkan dengan alasan sakit karena luka, bukan karena untuk memperbaiki demi tujuan kebaikan bersama.

Tanpa sadar luka membentuk suatu tindakan diluar nalar, karena butuh penguasaan diri yang sangat baik untuk mampu bertindak dengan tepat.

Aku sering mengingatkan diri atau kawan-kawan di sekelilingku bahwa jika ada amarah di dalam diri, usahakan untuk tidak menulis apapun di sosmed. Karena tulisan sering di salah artikan, apalagi yang bernada negatif. Apapun alasannya menurutku itu kurang tepat.

Belum lagi tidak banyak insan bisa membaca secara betul-betul jernah dan paham atas sebuah kalimat, apalagi membacanya dengan rasa yang dipenuhi luka juga.

Kadang mirisnya saat ini dengan tekanan keadaan niatnya mau mencari hibungan di sosial media tetapi bertemu dengan tulisan yang tidak nyaman jadinya apa maksud tujuan pesan tidak diterima dengan baik.

Dimana seringkali terlihat di dalam tulisan status sosmed atau blog mengutarakan pembelaan bahwa apa yang dialami itu tidak salah dan kerapkali memojokkan pihak lain.

Sementara Prinsipku

Bahwa kita tidak perlu menyatakan kita benar tetapi justru membeberkan keburukan orang lain. Biarkan saja waktu yang memberi penjelasan.

Tentu , kadang kita perlu menjelaskan namun akan lebih baik berbicara langsung atau kalau memang harus menulis usahakan untuk memakai kalimat yang tidak menjatuhkan.

Lagi,
Tidak semua tulisan bisa dipahami dengan baik sesuai tujuannya.

LUKA itu memang menyakitkan, tetapi akan jauh lebih menyakitkan jika membiarkan AMARAH mengendalikan diri yang melahirkan luka lain. Itu yang aku sebut dengan KALAH

Kalah atas diri yang tidak mampu mengendalikan luka, kalah karena belum bisa mengatur peristiwa yang disebut tidak menyenangkan menjadi suatu yang tepat.

Karena pada akhirnya luka itu hanya sebuah peristiwa, seperti apa akhirnya tergantung bagaimana reaksi.

46 Comments

  1. dani 8 Juni 2016
    • Nik 8 Juni 2016
  2. Febriyan Lukito 8 Juni 2016
    • Nik 8 Juni 2016
  3. adelinatampubolon 10 Juni 2016
    • Nik 10 Juni 2016
  4. Donna Imelda 10 Agustus 2016
    • Nik 10 Agustus 2016
  5. Rangga 10 Agustus 2016
    • Nik 10 Agustus 2016
  6. dee 8 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  7. Ria 8 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  8. nurul rahma 8 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  9. Fanny 8 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  10. Haryadi Yansyah 9 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  11. Lala 9 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  12. fajarwalker 10 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  13. Avi 11 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  14. Fenni Bungsu 11 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  15. Wahyu Suwarsi 11 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  16. Tukang Jalan Jajan 11 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  17. ainun 11 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  18. Rahmah 11 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  19. Ruli 12 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  20. Dedew 12 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  21. Dedew 12 November 2024
  22. lendyagassi 12 November 2024
    • Nik 27 November 2024
  23. Istiana 12 November 2024
    • Nik 27 November 2024

Leave a Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.